Share

Gilang yang gila

Author: Althafunnisa
last update Last Updated: 2022-12-28 15:14:49

"Malam ini Amira mau tidur di pelukan Bunda sampai pagi." Amira memainkan rambut Risa sambil sesekali menoleh ke arah Gilang. Gadis kecil itu bicara dengan nada lirih karena takut ayahnya akan marah.

"Ehem, tapi Bunda lelah." Gilang menyahut.

"Dulu sebelum tenggelam, Bunda menemani Amira tidur sampai pagi, kok. Bunda juga tidak pernah masuk ke dalam kamar ayah." Amira sedikit bersikeras pada Gilang.

"Tidak pernah masuk kamar Kak Gilang?" Risa menatap Gilang yang tengah menengadah kepalanya. "Seperti apa hubungan Kak Gilang dan istrinya sebenarnya?" batin Risa lagi.

"Baiklah." Gilang mempersilahkan Risa membawa Amira masuk ke dalam kamar Amira.

Amira berbaring di pelukan Risa dan meminta berdongeng seperti kemarin. Gadis kecil itu mendengarkan Risa berdongeng sampai tertidur.

"Bik Ijum?" Risa terkejut saat Bik Ijum tiba-tiba masuk ke dalam kamar Amira.

Bik Ijum Risa. Dia tersenyum dan berkata. "Terima kasih telah kembali." 

Risa menatap ke arah Bik Jum. Perempuan itu tampak menyimpan sebuah luka dari sorot matanya. Hal itu membuat Risa heran.

Bik ijum lalu duduk di samping Risa. Dia meraih tangan Risa dan menggenggamnya erat-erat. Air mata Bik Ijum menetes di pelupuk matanya membuat Risa semakin bertanya tentang apa yang terjadi pada Bik Ijum.

"Bibik kenapa?" Risa hendak menghapus air mata Bik Ijum, tapi perempuan itu berlalu begitu saja.

***

Risa menoleh ke arah jendela kamar yang bertutup kan tirai putih yang menjulang setinggi tiga meter. 

Di atas langit sana, bintang-bintang bertaburan ditemani rembulan pucat yang bergelayut manja di bawah awan rendah. 

"Bagaimana pernikahan ini akan berlanjut sedangkan hingga saat ini aku dan kak Gilang tak banyak saling bicara." Risa merasa hatinya begitu sunyi dan sepi.

Gilang tidak pernah meminta Risa melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri. Dia tidak pernah meminta Risa menyiapkan makan siangnya ataupun menyiapkan pakaiannya. Padahal mereka sudah menikah lebih dari satu minggu.

"Hatinya tak dapat kuraih. Jangankan untuk meraihnya untuk melihatnya saja aku tidak bisa. Hati Kak Gilang seakan ditutupi oleh sebuah tembok kokoh yang menjulang begitu tinggi sehingga aku tidak bisa menggapainya dan tidak bisa menghancurkan kokohnya dinding pembatas." Risa masih mematung di dekat jendela.

Terkadang Risa berpikir apakah arti sebuah pernikahan jika seorang suami istri tidak pernah saling menyapa atau jika seorang suami istri tidak pernah saling menyentuh.

Selama mereka menikah, Gilang tidur di sofa atau di ruang kerjanya dengan alasan dia memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hingga tengah malam. Dia baru akan naik ke atas ranjang saat Risa sudah tertidur dengan nyenyak dan akan kembali ke ruang kerja sebelum azan subuh berkumandang. Sehingga Risa tidak pernah mendapati Gilang tidur di sampingnya.

"Kak, apakah Kakak tidak lelah bekerja?" Risa akhirnya bertanya pada Gilang di ruang kerjanya.

Gilang menghentikan pekerjaannya, dan menatap Risa lekat-lekat. "Ada yang salah?" tanya Gilang.

"Tidak, Kak."

Gilang menghela napas panjang saat melihat gestur tubuh Risa yang terlihat gelisah. Lelaki itu pun bangkit dan membawa laptopnya ke dalam kamar.

Risa mendengar langkah kaki Gilang mendekati pintu kamar. Jantungnya berdebar tidak karuan. Dia takut kalau tiba-tiba Kak Gilang meminta haknya karena di awal pertama kali menikah, Gilang mengatakan bahwa tidak ada drama pembagian tempat tidur. 

"Bodoh, ngapain juga aku harus bertanya seperti itu tadi." Risa memukul kepalanya sendiri.

Gilang melangkah masuk ke dalam kamar. Lalu duduk di sofa dengan laptop dihadapannya. Alisnya saling berkerut memperlihatkan dia sangat sibuk mengurusi perusahaannya.

Seperdetik berikutnya, Gilang menatap Risa yang masih duduk di meja rias dengan kikuk.

"Tidurlah, aku masih banyak pekerjaan." ujar Gilang.

"Iya, Kak."

Risa melangkah menuju ranjang. Lalu berbaring di belakang punggung Gilang karena dia masih fokus dengan laptopnya. Saat Risa hendak memejamkan mata, tiba-tiba gadis itu merasakan pergerakan di belakangnya.

 Ternyata Gilang juga naik ke atas ranjang dan duduk berselonjor di kepala ranjang tersebut dengan laptop yang masih berada di atas kedua pahanya.

Risa menoleh ke arah Gilang yang keningnya berkerut. Risa membatin. "Apa pekerjaan sebagai seorang pengusaha amatlah berat sehingga ia begitu sibuk bahkan sampai lupa pada jam istirahatnya?"

Risa tertidur dengan nyenyak hingga tidak sadar sampai jam 02.00 WIB dini hari. Perempuan itu menggeliat kecil dan sedikit menoleh ke belakang. 

"Kak?" Risa terkejut karena Gilang masih sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Gadis itu mensejajarkan kepalanya dengan Gilang demi melihat kerutan di kening suaminya yang semakin banyak.

"Ada apa?" Gilang bertanya.

"Apa Kakak tidak mengantuk?" Risa balik bertanya padanya.

 Gilang meletakkan laptop di samping Risa, lalu meregangkan otot-ototnya sehingga terdengar bunyi bergemeretak. Lelaki itu lalu mendesah perlahan seraya menatap Risa yang masih menatapnya meminta jawaban.

"Memangnya mengapa kalau aku tidak mengantuk? Apa kamu ingin melayani ku?" Gilang mendekatkan wajahnya di hadapan Risa.

Refleks, Risa beringsut mundur dari hadapan Gilang, lalu kembali memunggunginya dan menarik selimut hingga ke dada.

"Kirain mau ngasih pelayanan." Gilang terkekeh disamping Risa. Ia kemudian turun dari ranjang dan meletakkan laptop di atas meja.

Risa sedikit menajamkan telinganya untuk Mendengar langkah Gilang. Dia merasa nyalinya menciut saat Gilang kembali melangkah mendekati ranjang.

"Mati aku, Kak Gilang pasti meminta haknya." Risa mengutuk dirinya sendiri yang tadi malah menyapa Gilang ketika terbangun dari tidur.

Tak berapa lama kemudian, Gilang merebahkan tubuhnya di samping Risa. Dia menarik selimut dan menutupi tubuhnya. 

"Apakah sepasang suami istri yang sah menikah tidurnya dengan cara seperti ini?" Gilang bertanya.

Risa terdiam. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan Gilang karena dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku tahu kamu tidak tidur." Gilang berbisik di telinga Risa membuat bulu-bulu yang menempel di kulitnya meremang. Ini adalah kali pertama Risa dibisikkan oleh seorang lelaki tepat di telinganya. 

Gilang menyentuh bahu Risa dengan lembut, lalu berbisik. "Bisakah kamu tidur tidak munggungiku?"  

Hening 

"Risa, aku suamimu." Intonasi suara bariton Gilang menyadarkan Risa kalau dia harus menuruti perkataan seorang suami. 

Risa segera membalikkan badan dan berhadapan dengan Gilang yang sedang berbantal lengan.

"Tidurlah. Ini sudah malam." Satu tangan Gilang membelai wajah Risa dengan lembut. 

Gilang kemudian menaikkan selimut kami sampai ke dada. 

"Good Night," ujarnya tersenyum sebelum memejamkan mata.

Risa menepuk-nepuk pipinya dengan kuat untuk meyakinkan ini hanya sebuah mimpi atau tidak.

Jantung Risa semakin terasa hendak melompat dari tubuh saat tiba-tiba tangan Gilang melingkar di pinggangnya.

"Kak, tolong lepaskan." Risa berusaha melepaskan tangan Gilang, tapi tangan itu semakin melilit dengan erat, bahkan tubuh besar Gilang pun mulai menindih Risa membuat Risa semakin ketakutan.

Althafunnisa

Hai pembaca semua. Terima kasih mau ikuti kisah ini. Untuk bab berikutnya akan lebih seru dan jika kalian tidak punya koin, kalian bisa baca pakai iklan kok. Secepatnya Nisa akan kasih visual tokoh Gilang, Risa, dan Amira. Terima kasih Salam sayang Althafunnisa

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
eeeeaaaa eeeaaaa Gilang mulai berani pegang2 n peluk2 Risa...
goodnovel comment avatar
Dwi Handhayanii
hemmm.. sebenarnya kak gilang udah tergoda sama risa dari pertama kali mungkin ya atau dia cuma ingin risa karna risa mirip mamanya amira?
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
risss... siap siap risss.. besok malam bisa2 gilang mintaa jataaah nganuuu............
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)   Tamat

    Risa memarkirkan mobil di halaman sekolah yang bercat merah putih tersebut. Ia memasuki ruangan yang di tuju. Acara belum di mulai. Ia memilih duduk di deretan bangku paling depan. Setelah menunggu beberapa menit, Acara pun di mulai. Kepala sekolah menyampaikan pidatonya tentang perkembangan sekolah dan meminta maaf atas nama seluruh majelis guru jika pernah menyinggung perasaan wali murid. Tibalah saatnya pengumuman siswa berprestasi dengan nilai terbaik. "Siswa tersebut adalah ..." Hening "Amira Syakila Gading Putri" Air mata Risa meluncur dengan deras membasahi pipi. Amira naik ke atas panggung, menerima piala dan berjalan menuju mikropon yang telah di sediakan. Amira menunduk sebelum berbicara. Setelah mengangkat wajahnya, Risa baru tahu kalau putrinya itu sedang menangis. "Piala ini .. Amira persembahkan untuk Bunda. Bunda yang telah menjaga dan merawat Amira dengan baik dan penuh kasih sayang. Bunda yang begitu tulus menyayangi Amira. Bunda yang begitu sabar dan tabah

  • Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)   Cinta pertama dan terakhir

    Dear Diary ...Sejak awal pertama aku dilelang oleh Tante Tika, aku tidak pernah menyangka kalau hidupku akan menjadi seperti saat ini.Dinikahi laki-laki yang tidak dikenal bukanlah impianku. Namun, aku selalu berharap, untuk bisa mengabdi pada laki-laki yang telah mengikatku pada ikatan pernikahan yang suci.Sejak pertama kali Kak Gilang menggenggam erat tanganku, aku merasa terlindungi. Aku jatuh cinta padanya. Walaupun sikap Kak Gilang sangat dingin padaku, aku merasa nyaman dengan perhatian dan ketegasannya.Aku merasa terluka saat tahu Kak Gilang memilki seorang ratu di dalam hatinya. Aku berharap, dan selalu berdo'a agar Kak Gilang bisa membuka hatinya untukku dan melupakan cinta di masa lalunya.Cinta membawa keajaiban. Kak Gilang yang dahulu sangat dingin, perlahan mulai sedikit mencair dengan seringnya kami merajut kasih. Dan yang membuat aku sangat bahagia adalah ketika Kak Gilang mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku. Dan aku adalah cinta pertama dan terakhir baginya.Na

  • Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)   Kematian Gilang

    "Aku tidak ingin Kakak terus-terusan membicarakan tentang kematian. Kita pasti akan menjaga anak kita dengan bersama-sama." Risa membingkai wajah Gilang dan kembali mencium pipi suaminya itu dengan mesra.Lisa meraba dadah Gilang yang terkena bekas tembakan dan dia merasakan bahwa detak jantung Gilang yang sudah semakin melemah."Jantungku akan berhenti berdetak. Tapi, kamu harus terus maju. Jangan pernah berpikir kalau kamu seorang diri membesarkan anak-anak. Karena aku akan selalu menyelimutimu dengan cinta." Gilang menatap Risa dan mengusap air mata istrinya itu yang semakin deras mengalir."Jangan pernah sakiti dirimu dengan memori tentang kita. Karena aku akan selalu mencintaimu. Aku akan selalu ada dalam hatimu, menemanimu. Karena yang akan pergi, hanya ragaku saja. Tapi jiwaku akan selalu ada ...!""Kak ... Tolong. Berhenti bicara seperti itu!" Risa berhambur memeluk suaminya itu. Gilang mendekap tubuh Risa dengan erat. Membelai rambutnya dan mencium kening istrinya itu berkali

  • Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)   Gilang kesakitan

    Risa dan Gilang sampai di Villa ketika matahari hampir terbenam. Gilang terlihat sangat lemah. Sesekali dia memegang dadanya. Setiap Risa tanya kenapa? Gilang berkata dia baik-baik saja.Mereka duduk di bangku panjang di Balkon kamar yang dulu pernah mereka tempati untuk merajut kasih. Gilang berkata ingin melihat matahari terbenam. Senyum terbit di wajah Gilang. Senyum itu sangat manis. Namun, seperti menyimpan sebuah luka."Kamu bahagia menikah denganku?" Gilang menoleh ke arah Risa sesaat. Lalu kembali menatap matahari yang semakin hilang dan meninggalkan semburat berwarna merah. "Sangat. Aku sangat bahagia. Kebahagiaanku selama hidup adalah menjadi istri Kakak," jawab Risa dengan uraian air mata."Kakak sendiri? Apa Kakak bahagia?" tanya balik Risa.Gilang menatap Risa, lalu mengecup kelopak bibir istrinya itu dengan hangat. Risa pun memejamkan mata menikmati kecupan yang diberikan oleh suaminya itu. Risa merasakan sentuhan bibir Gilang yang kali ini terasa berbeda. Entah mengapa

  • Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)   Gilang selamat

    Beberapa saat kemudian, Perawat membawa Gilang menuju ruang ICU. Risa dan keluarga Gilang di larang untuk masuk. Dan mereka harus menunggu di luar.Risa semakin gelisah. Perasaan takut semakin menghantuinya. Ia ingin segera bertemu Dengan Gilang. Perempuan itu sudah sangat rindu pada suaminya dan ingin melihat kondisi suaminya itu.Sementara itu, Pak Adiguna dan Gio merasa gelisah karena pihak polisi tak kunjung datang ke rumah sakit. Padahal baik Pak Adiguna maupun pihak rumah sakit sudah menelpon pihak polisi sejak setengah jam yang lalu."Apa sebaiknya aku telepon lagi polisi itu?" Dio hendak merogoh ponselnya di dalam saku celana. Namun Pak Adiguna menahan pergerakan putranya karena khawatir pihak polisi menganggap mereka tidak mempercayakannya.Mereka semua merasa gelisah karena satu-satunya kunci untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Gilang adalah pihak polisi.Della pun sudah datang kembali ke rumah sakit karena ketiga anak Risa sudah tertidur dengan pulas."Kak, polisinya d

  • Terpikat Pesona Suami Sedingin Salju (love me please, Hubby)   Gilang tertembak

    "Mati kau Gilang! Lebih baik kau mati dari pada menambah luka hatiku!" Allea tertawa terbahak-bahak."Allea ....!" Gilang memegangi dadanya.Risa terkejut ketika tiba-tiba Gilang meraba dadanya dan ...Darah mengalir dengan deras."Kakak ...! Ya Allah." Air mata Risa mengalir dengan deras. Dia tidak kuasa melihat Gilang yang bersimbah darah."Alea. Kamu sudah gila!" Mamanya Gilang membantu Risa menyanggah tubuh Gilang yang hampir tumbang."Kita akan mati bersama-sama, Gilang. Aku mencintaimu!"Dhuarr ...!Alea menembakkan pistol tersebut ke dadanya. Mata Alea melotot, dengan darah segar mengalir deras dari mulutnya.Alea ambruk ke lantai. Dengan pistol yang masih di tangannya. Alea merenggang nyawa."Allea ....!" Mamanya Gilang terkejut ketika melihat Allea yang benar-benar sudah tidak berkutik dan sudah mati.Risa memeluk tubuh Gilang yang bersimbah darah. Ia merasakan tubuh suaminya semakin dingin. "Gio... Cepat panggilkan ambulans!" Risa berteriak dengan lantang dan suara yang be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status