Share

7. Malam di restoran 76

 Sedangkan aku pergi ke kantor untuk mengambil kunci mobil box, yang biasa aku gunakan untuk mengantar barang keliling kota Medan. Sebab kata pengawas perusahan, hari ini barang yang aku antar sangat banyak, dan jauh.

"Sial..." Batin ku. Sebab biasanya kalau sudah dapat antaran seperti itu bakalan pulang malam.

 Setelah aku siap mengeluarkan mobil box itu, dan semua pekerja laki-laki mengangkat barang-barang yang akan aku kirim ini hari, aku meminta pada pengawas, untuk meminta Denny jadi temanku mengantar barang.

"Pak Bos..." Sapaan ku pada pengawas.

"Iya ada apa Dimas?"

"Gini pak Bos, perjalanan kan jauh, aku ajak Denny ya?" Pinta ku pada pengawas.

"Oh, ya udah, Denny kau dengar itu kan, ini hari kau temani Dimas ya!" Jawab pengawas sambil menyuruh Denny untuk temani aku.

"Oh iya pak." Jawab Denny yang sedikit malas.

"Sialan kau Way, lembur aku ini hari gara-gara kau." Kata Denny pada ku saat kami bersiap-siap pergi.

"Kan enak Den, ini hari kau jadi tidak kerja, cukup duduk manis, dan sedikit manja di sampingku, hehe..." Candaku ke Denny sambil mencolek dagunya.

"Way-way. Makannya Way cari cewek Way, cari cewek. Biar nggak homo kau Way." Kata Denny karena jijik dengan kalimat ku.

"hehe... Aman Way, aku masih normal kok. Ya udah yok berangkat, dah siap tu orang-orang itu masukan barang ke mobil box mewah kita." kata ku ke Denny.

 Kami pun berangkat mengantar barang, dari toko satu ke toko satunya lagi. Semua barang habis kami antar, semua selesai sampai jam sembilan malam. Aku ingat janji ku dengan Lina, kalau malam ini mau ambil KTP ku. Aku pun langsung telpon Lina.

"Hallo Lin, lagi dimana?" Tanya ku lewat telepon.

"Ini lagi di restoran 76." Jawab Lina.

"Ok, aku ke sana sekarang." Jawabku.

"Iya sudah cepat." Jawab Lina.

"Ok nyonya." Jawabku sambil menutup telepon.

"Siapa Way?" Tanya Denny yang mendengar percakapan ku di telpon yang baru aku tutup.

"Oh iya, kita ke restoran 76 dulu ya Way."

"Ngapain Way?" Tanya Denny.

"Ini ambil KTP ku."

"Bah... Gawat kali kau Way, KTP pun kau gadai untuk makan. Tapi mantap kali ya? bisa laku KTP mu ya? di restoran mewah lagi? nanti kapan-kapan aku pinjam KTP mu lah buat makan di restoran yang lebih mewah." Kata Denny kesal karena ada lagi tujuan, tidak langsung pulang.

"Hehe...  Aman Way Denny, buat Way Denny apa yang nggak, pasti iya lah." Jawabku sambil senyum tanda kalau aku lagi butuh teman untuk pergi ke restoran itu.

"Ya udah, jangan lama-lama nanti di sana ya!" kata Denny.

"Ok siap kawan." Jawabku singkat sambil mengendarai mobil box untuk menuju tempat Lina yang sedang menunggu, dan hanya butuh beberapa menit kami pun sampai di restoran itu.

"Denny..." Sapa dari salah satu teman Lina dari kejauhan.

"Lah itu teman mu Way?" Tanya ku pada Denny .

"Loh itu yang mau kita jumpai?" Denny balik bertanya pada ku.

"Iya Way, tapi teman yang di sebelah nya." Jawabku, sambil menuju meja Lina dan teman-temannya.

"Duduk Den, duduk." Kata dari teman Lina yang menyapa Denny, mempersilahkan kami duduk bergabung bersama mereka.

"Lah... ini DJ jagoan itu kan Den? tapi sayang Dia tidak benar-benar jagoan, Dia hampir mati karena Lina, tapi mantap lah, romantis seperti novel-novel cinta itu, rela mati demi wanita yang dicintainya."

"Apaan sih Marta?" Tanya Lina sedikit bingung.

"Oh... kamu Marta yang di malam ulang tahun Denny itu ya? yang ngajak Lina duduk di tempat laki-laki Brengsek itu." Tanya ku yang mulai mengingat Marta.

"Iya aku Marta, oh iya... aku minta maaf ya atas malam itu. Jawa Marta.

"ya udah nggak apa-apa, lupain aja." jawabku.

"Ini." kata Lina sambil memberikan KTP ku.

"Eh... eh... apa-apaan ini? cerita novelnya udah mau tamat ya? ngurus surat nikah ya? jangan lupa undang aku ya." Kata Marta karena melihat KTP ku dari tangan Lina.

"Apaan sih Marta... kami cuma teman aja loh" kata Lina.

"Eh... Lin, ini ya Lin, yang beginian jangan dibiarkan, sayang loh, nanti kalau di makan kucing baru tahu rasa kau." kata Marta ke Lina, Marta juga menirukan suara kucing, dan kedua tangannya memperagakan kucing yang sedang mencakar, sambil kedua bola mata Marta melirik ke arahku.

"Apaan sih Marta." Lagi-lagi Lina hanya bisa berkata seperti itu.

BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA.

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA TULISAN KU.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status