Sedangkan aku pergi ke kantor untuk mengambil kunci mobil box, yang biasa aku gunakan untuk mengantar barang keliling kota Medan. Sebab kata pengawas perusahan, hari ini barang yang aku antar sangat banyak, dan jauh.
"Sial..." Batin ku. Sebab biasanya kalau sudah dapat antaran seperti itu bakalan pulang malam.
Setelah aku siap mengeluarkan mobil box itu, dan semua pekerja laki-laki mengangkat barang-barang yang akan aku kirim ini hari, aku meminta pada pengawas, untuk meminta Denny jadi temanku mengantar barang.
"Pak Bos..." Sapaan ku pada pengawas.
"Iya ada apa Dimas?"
"Gini pak Bos, perjalanan kan jauh, aku ajak Denny ya?" Pinta ku pada pengawas.
"Oh, ya udah, Denny kau dengar itu kan, ini hari kau temani Dimas ya!" Jawab pengawas sambil menyuruh Denny untuk temani aku.
"Oh iya pak." Jawab Denny yang sedikit malas.
"Sialan kau Way, lembur aku ini hari gara-gara kau." Kata Denny pada ku saat kami bersiap-siap pergi.
"Kan enak Den, ini hari kau jadi tidak kerja, cukup duduk manis, dan sedikit manja di sampingku, hehe..." Candaku ke Denny sambil mencolek dagunya.
"Way-way. Makannya Way cari cewek Way, cari cewek. Biar nggak homo kau Way." Kata Denny karena jijik dengan kalimat ku.
"hehe... Aman Way, aku masih normal kok. Ya udah yok berangkat, dah siap tu orang-orang itu masukan barang ke mobil box mewah kita." kata ku ke Denny.
Kami pun berangkat mengantar barang, dari toko satu ke toko satunya lagi. Semua barang habis kami antar, semua selesai sampai jam sembilan malam. Aku ingat janji ku dengan Lina, kalau malam ini mau ambil KTP ku. Aku pun langsung telpon Lina.
"Hallo Lin, lagi dimana?" Tanya ku lewat telepon.
"Ini lagi di restoran 76." Jawab Lina.
"Ok, aku ke sana sekarang." Jawabku.
"Iya sudah cepat." Jawab Lina.
"Ok nyonya." Jawabku sambil menutup telepon.
"Siapa Way?" Tanya Denny yang mendengar percakapan ku di telpon yang baru aku tutup.
"Oh iya, kita ke restoran 76 dulu ya Way."
"Ngapain Way?" Tanya Denny.
"Ini ambil KTP ku."
"Bah... Gawat kali kau Way, KTP pun kau gadai untuk makan. Tapi mantap kali ya? bisa laku KTP mu ya? di restoran mewah lagi? nanti kapan-kapan aku pinjam KTP mu lah buat makan di restoran yang lebih mewah." Kata Denny kesal karena ada lagi tujuan, tidak langsung pulang.
"Hehe... Aman Way Denny, buat Way Denny apa yang nggak, pasti iya lah." Jawabku sambil senyum tanda kalau aku lagi butuh teman untuk pergi ke restoran itu.
"Ya udah, jangan lama-lama nanti di sana ya!" kata Denny.
"Ok siap kawan." Jawabku singkat sambil mengendarai mobil box untuk menuju tempat Lina yang sedang menunggu, dan hanya butuh beberapa menit kami pun sampai di restoran itu.
"Denny..." Sapa dari salah satu teman Lina dari kejauhan.
"Lah itu teman mu Way?" Tanya ku pada Denny .
"Loh itu yang mau kita jumpai?" Denny balik bertanya pada ku.
"Iya Way, tapi teman yang di sebelah nya." Jawabku, sambil menuju meja Lina dan teman-temannya.
"Duduk Den, duduk." Kata dari teman Lina yang menyapa Denny, mempersilahkan kami duduk bergabung bersama mereka.
"Lah... ini DJ jagoan itu kan Den? tapi sayang Dia tidak benar-benar jagoan, Dia hampir mati karena Lina, tapi mantap lah, romantis seperti novel-novel cinta itu, rela mati demi wanita yang dicintainya."
"Apaan sih Marta?" Tanya Lina sedikit bingung.
"Oh... kamu Marta yang di malam ulang tahun Denny itu ya? yang ngajak Lina duduk di tempat laki-laki Brengsek itu." Tanya ku yang mulai mengingat Marta.
"Iya aku Marta, oh iya... aku minta maaf ya atas malam itu. Jawa Marta.
"ya udah nggak apa-apa, lupain aja." jawabku.
"Ini." kata Lina sambil memberikan KTP ku.
"Eh... eh... apa-apaan ini? cerita novelnya udah mau tamat ya? ngurus surat nikah ya? jangan lupa undang aku ya." Kata Marta karena melihat KTP ku dari tangan Lina.
"Apaan sih Marta... kami cuma teman aja loh" kata Lina.
"Eh... Lin, ini ya Lin, yang beginian jangan dibiarkan, sayang loh, nanti kalau di makan kucing baru tahu rasa kau." kata Marta ke Lina, Marta juga menirukan suara kucing, dan kedua tangannya memperagakan kucing yang sedang mencakar, sambil kedua bola mata Marta melirik ke arahku.
"Apaan sih Marta." Lagi-lagi Lina hanya bisa berkata seperti itu.
BERSAMBUNG DI HALAMAN SELANJUTNYA.
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA TULISAN KU.
Putaran pertama, ujung pistol mengarah ke arah anak buah ibuku, dalam arti anak buah ibuku yang harus menerima tembakan di kepalanya. "Haha… mati lah kau!" Kata lawan dari anak buah ibu ku. Ctek, ctek. Dua suara tembakan dari silinder pistol yang kosong. "Haa…! Aku mati, aku mati." Ejek dari anak buah ibu ku. "Cuih…" Suara ludah dari lawan main anak buah ibuku, dia sengaja untuk memancing emosi, agar terjadi keributan untuk menghentikan permainan. "Apa ini? Apa?" Reaksi dari teman-teman anak buah ibu ku yang emosi, sambil menodongkan senjata. "Jangan… turunkan senjata kalian, karena ini
Dor… "Buang senjata kalian tiga!" Dengan satu tembakan ke atas, empat pria berjas hitam, berdasi merah, dan berkacamata hitam tiba-tiba datang mengancam ketiga pria yang telah membunuh tiga satpam Marta. "Aduh… siapa lagi lah ini." Batin ku karena melihat empat manusia yang sama nggak jelasnya dengan tiga orang yang telah membuat hidung Lina berdarah. Tapi yang empat orang ini berbeda senjata dengan tiga orang itu, mereka membawa empat senjata ak 47, sedangkan tiga orang tadi hanya membawa tiga pistol. "Haha…" Bukannya merasa terancam, ketiga brengsek itu malah tertawa. "Psikopat ini tiga orang." Batin ku karena melihat reaksi mereka tertawa.
"Ah… masa iya, dulu kau satu sekolah dengan Marta?""Alffy Rev, kalau kau mau mereka menikmati acara malam ini yang kau pegang!" Laras tidak menjawab ku, dia malah menyarankan ku kembali untuk putar musik dari alffy Rev.Aku putar satu lagu dari Alffy Rev yang berjudul Wonderland Indonesia, lalu aku lihat si Laras, dia melihat ku dan menaikan sebelah alisnya, lalu melirikan matanya ke para tamu, seakan dia sedang memberiku isyarat agar aku segera melihat reaksi para tamu.Menyadari isyarat dari Laras, aku langsung melihat tamu, aku lihat reaksi mereka yang sebelumnya saling mengobrol kini semua bola mata mereka melihat ke arahku."Harusnya kau menyadari dari pertunjukan sebelumnya!" Bisik Laras lagi di teling
"Hai.." Sapaan Lina ke Marta yang sedang mencari kami. "Hai… cantik kali bah, ini hari kau Lin" Sambutan Marta pada Lina sambil mencium pipi kanan dan kiri Lina. "Makasih, ini hari kau pun juga cantik Marta." Kata Lina yang membalas pujian Marta. "Sudah boleh masuk belum nih?" Tanya ku pada Marta. "Oh... iya ya ya, ayuk masuk yuk!" Jawab Marta sambil tersenyum. "Ok... oh iya, gimana Marta sudah lengkap alat-alat DJ yang kau sewa?" Tanya ku ke Marta sambil jalan masuk ke restoran milik Marta yang sangat mewah itu. "Enggak tahu sih, yang ngatur itu semua si Denny kemarin, tapi cek aja nan
"Lima pasang pakaian, kau bilang baru ya Lex, mau sampai berapa pasang lagi rupanya buat memenuhi lemari pakaian punyamu Lex." Kataku ke Alex "Tenang lah Way… kok tegang kali, besok aku balik kan pakaianmu semuanya, gampang itu, tenang, selow." Kata Alex agar dapat meminjam pakaian aku lagi. "Hem… suka mu lah Lex, capek kali aku udah kau tipu-tipuin aja Lex. Mandi lah aku, oh iya jangan kau serak-serak lemari pakaian aku ya lex." Kataku ke Alex sebagai jawaban kalau kali ini dia boleh lagi pinjam pakaian aku. "Ok siapa tuan." Jawaban Alex sambil hormat. Tidak sampai satu jam berlalu. Aku, dan Alex sudah siap untuk berangkat ke acara reunian Marta, dan Denny. Tapi Lina yang sudah berjanji untuk pergi bareng belum datang, membuat kami harus menunggu dia.
"Hem… Lex-Lex. Entah kapan dompetmu nggak pernah ketinggalan, selalu ketinggalan. Entah pun nggak punya dompet kau Lex." Kataku ke Alex sambil memberinya uang untuk membeli mie instan. "Bisa jadi." Jawab Alex sambil tersenyum, dan mengambil uang yang aku berikan. Setelah mengambil uang yang aku berikan, Alex pun langsung pergi membeli mie instan di warung sebelah kosan ku, sehingga tidak butuh waktu lama untuk Alex membeli mie instan, yang sementara untuk mengganjal lambung kami, sampai kami berada di acara reunian SD (sekolah dasar) Marta. "Nah, nih mie nya." Kata Alex yang baru saja kembali dari warung. "Kau masak lah Lex." Kataku ke Alex. "Hem… judulnya mie instan, tapi harus dimasak juga. Udah... diseduh pakai ai
"Makasih." Bisikku di telinga Lina Sambil berjalan menuju alat DJ ku, untuk mempersiapkan musik yang akan aku mainkan di acara reunian Marta, dan Denny. "Sama-sama." Kata Lina sambil tersenyum merasa lucu, karena aku dan Alex memaksa kan diri menelan masakan pembantunya yang sangat asin luar biasa itu. "Eh Lex, nanti malam kau mau ikut?" Tanyaku ke Alex. "Kemana?" Alex kembali bertanya. "Udah ikut aja!" Kata Lina. "Iya, ikut aja. Pesta kita nanti malam." Kataku ke Alex. "Pesta apa?" Tanya Alex bingung. "Sudah banyak kali tanya kau bagudung (tikus) ikut aja lah kau pokoknya nanti malam." Kataku ke Alex.
"Bangsat main mati-matiin telpon sesuka hatinya aja sih Lina ini." Batin ku. Aku pun langsung bergegas mandi, belum aku masuk ke kamar mandi, Alex datang. "Pagi kali kau datang Lex, ada apa?" Tanya ku ke Alex. "Nggak apa-apa Way, cuma lagi suntuk aja nih." Kata Alex. "Kau anggap kosan ku ini taman hiburan ya Lex. Kalau kau suntuk, kau datang kemari." Kata ku. "Iya memang. Selama ini aku memang selalu anggap kosan ini taman safari Way. Lihat itu foto monyet imut lagi main Dj." Kata Alex sambil menunjuk foto ku. "Bangsat kau Lex." Kata ku sambil melemparkan baju ku yang baru saja ak
Dua jam lebih telah berlalu, kami pun sampai di Jalan ayahanda, Disaat itu Lina masih tertidur. "Lin, Lina, Lina, bangun." Kata ku membangunkan Lina. "Emmm… iya." Jawab Lina "Sudah mau sampai nih!" Kata ku. "Mana orang Marta sama Denny?" Tanya Lina. "Mereka pisah jalan dengan kita sejak kau tidur tadi, karena kau tidur aku nggak berani bawa motor kencang-kencang, takut kau jatuh, jadi aku suruh mereka untuk jalan duluan." Jawabku. "Ya sudah, kita ke kosan kau aja!" Kata Lina "Sudah malam." Kata ku.