共有

Tertangkap Stalker Manis
Tertangkap Stalker Manis
作者: Pesawat Kertas

Sweet 16th

last update 最終更新日: 2024-07-26 01:08:58

"Kak Lana, aku suka kakak!"

Lana sudah menduga adegan klaise ini. Sosok mungil dengan hoodie oversize berwarna biru muda itu menatapnya dengan manik mata berbinar. Jemarinya mengantup, memegang sebuah gelang handmade kasual.

Entah sudah beberapa kalinya Lana menerima ungkapan perasaan selama seminggu ini. Beberapa membawakannya coklat, kue, gelang, cincin, ini sudah bukan hal yang menarik bagi pemuda dengan tatapan tajam itu. Ia bahkan tak melirik sedikitpun pada sosok di hadapannya.

"Kenapa suka gue? Karna gue ganteng? Kalo cuma itu, lu bisa cari cowok ganteng yang lain.

"Bu- bukan!" Gadis itu menggeleng kasar. Kedua tangannya bertaut, menggenggam erat gelang buatannya itu dengan sedikit bergetar. "Karena Kak Lana kelihatan keren di jam olahraga di sekolah."

"Oh, jadi maksudmu di jam pelajaran lainnya gw gak keren?" Lana tersenyum miring, ia suka melihat wajah gadis yang terpojok karena tak bisa menjawab pertanyaan nya.

Seperti kucing kecil yang kehilangan arah, manik mata gadis itu bergerak tak beraturan, mencari kata apapun yang bisa menjadi jawaban atas perkataan Lana. Namun, nyatanya yang keluar hanya butiran bening.

"Kenapa suka gw, hmm? Karna gw keren pas jam olahraga? Oh, lu suka lihat gw keringetan, kenapa? S3ksi?" Gadis itu menggeleng pelan ketika Lana mendorong tubuhnya ke tembok kelas yang sunyi di jam istirahat itu.

"Ganggu waktu istirahat gw aja, pergi sana!" Lana sedikit meninggikan suara, menatap puas pada wajah si gadis yang memerah padam dengan air mata mengalir basahi. Tak perduli lagi dengan gelang yang terlepas dari genggamannya, sosok itu berlari keluar dari kelas Lana sembari mengusap air mata.

"Lan, itu kok Anya keluar sambil nangis?" Seorang lelaki teman sebangku Lana mempertanyakan gadis yang baru keluar dari kelas mereka.

Lana hanya mengalihkan pandangan jengah, sama sekali tak menjawab pertanyaan Ardiaz yang meletakkan susu coklat dan roti di depan Lana—titipan pemuda yang malas pergi ke kantin itu.

"Bisa ga sih jangan kasar sama adek kelas?" tanya Ardiaz.

"Ck, ya gimana gw gak kasar coba, alesan mereka suka gw itu aneh-aneh. Tapi ya wajar aja sih, gw emang seganteng ini. Jangankan cewek, pasti di sekolah ini ada aja cowok yang diam-diam suka sama gw."

"Dih, omongan lu. Tapi kalo gw jadi lu, gw udah terima tuh si Anya, dia 'kan anaknya manis banget. Matanya sipit, udah gitu sikapnya malu-malu gitu—"

"Bukan malu-malu, tapi malu-maluin," sela Lana.

oOo

Lana sama sekali tak menyesal, atas perbuatannya menolak setiap perasaan dengan kasar. Namun, rupanya hari ini ada sedikit perbedaan. Langkah santainya terhenti di sebuah kelas yang ramai menyanyikan lagu ulang tahun.

Di tengah kerumunan murid, terlihat seorang bocah manis yang sesenggukan memegang kue ulang tahun, bocah yang mengungkapkan perasaannya pada Lana beberapa jam yang lalu.

“Hah, ini hari ultah lu?” Tak sadar Lana berjalan memasuki kelas itu, melihat dengan jelas Anya yang menangis sesenggukan, menatapnya, lalu mengangguk pelan.

“Happy birthday, Anya. Semoga, lu jadi anak yang membanggakan untuk orang tua, dan menjadi lebih dewasa ke depannya.” Setelah mengucapkan kalimat itu Lana menepuk pelan pucuk kepala Anya dengan seulas senyum tipis. Menyadari kehadiran Lana, semua murid di kelas menatap heran pada pemuda dengan tatapan tajam itu.

Untuk beberapa saat, pikiran Lana dipenuhi oleh si manis dengan wajah merah padam ketika Lana membentaknya. Ini hari ulang tahun bocah itu, mungkin saja ia memberanikan diri untuk mengungkap kan perasaannya. “Udahlah, dia sama saja kayak yang lain, tidak istimewa. Ah, gue harus cepat cari pacar agar mereka tidak mengganggu gue.”

Sebuah tepukan di pundaknya mengagetkan Lana, Ardiaz datang senyum lebar. Tangannya memegang sebuah kue tart di sebuah piring kertas. Pemuda itu asik menyendok di sepanjang langkahnya. “Hmm, kue buatan mama nya Anya memang gak main-main, enak banget. Mau coba?”

Lana menepis tangan Ardiaz, melanjutkan langkahnya. Ia hanya ingin cepat sampai di rumah, lalu merebahkan tubuhnya yang lelah. Namun, tetap saja … rasanya ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.

“Katanya, tadi lu ke kelasnya Anya, ngucapin selamat ultah juga, ya?”

Berbeda dengan Lana yang lebih suka menikmati kesendiriannya di dalam kelas, atau perpustakaan, Ardiaz justru suka berkeliling sekolah dan berbaur dengan adik kelas. Tak heran jika pemuda itu bisa tau dengan cepat berita kejadian di kelas Anya tadi.

“Gue juga gak tau, Yas. Gue Cuma gak sengaja lewat, tapi kaki gue rasanya spontan masuk kelas mereka terus tiba-tiba aja gue ngucapin selamat ke Anya.”

“Hmm.” Ardiaz mengangguk-angguk seolah mengerti sesuatu. “Lu emang suka caper sama adek kelas, suka ngebaperin tapi gak mau tanggung jawab, gak heran kalo lu kayak gitu sama Anya.”

Lana mengalihkan pandangan jengah dari temannya itu. Sungguh, Ia tidak berniat caper atau apapun pada Anya, bahkan tak berniat mengucapkan selamat ulang tahun. Semua terjadi begitu saja.

Sejujurnya, Lana memang sedikit tergerak melihat kue ulang tahun dengan angka 16, bocah itu masih sangat muda dan tidak tau apa-apa tentang perasaan. Bagi Lana hanya terlihat seperti bocah ingusan yang sok mengungkapkan perasaan seperti anak-anak lainnya. Apalagi melihat wajahnya yang menangis di hari ulang tahun, ada sedikit penyesalan dalam benak Lana. “Apa gue terlalu kasar?”

oOo

Untuk kesekian kalinya di pagi hari ini, Lana mendengus kesal karena gadis bertubuh mungil dengan hoodie hitam yang terus mengikutinya sedari tadi. Bahkan jika sosok itu menggunakan tudung hoodie untuk menutup setengah wajahnya, Lana yakin bahwa sosok itu adalah Anya.

“Kenapa dia malah ngikutin gue?” Lana bergumam pelan.

Rumah Anya berada di jalan yang bertentangan dengan rumah Lana, jika memang mau berangkat sekolah tentu saja mereka tidak akan bertemu. Bahkan Lana sudah beberapa kali memilih berbelok di jalan lain, sosok itu masih mengikutinya —sambil sesekali bersembunyi di balik tembok.

Sungguh. Lana muak dengan permainan bocah itu. Sengaja ia memelambatkan langkahnya, membiarkan sosok itu semkain dekat dengannya. Dengan cepat Lana menarik tangan Anya, menatap nyalang. Tatapan mereka bertemu untuk sepersekian detik, Anya memutus kontak mata dengan manik yang bergetar takut.

“Berhenti ngikutin gue!” bentak Lana.

“Aku— aku tidak bermaksud mengikuti Kak Lana,” ujar si manis dengan wajah memunduk dalam.

“Lana, apa yang kamu ngapain? dia pastinya mau ke sekolah ini kan di depan gerbang!” Spontan Lana menoleh pada satpam yang meneriakinya. Pegangannya pada tangan Anya mengerat, sebelum ia menghempaskan tubuh ringkih itu.

“Sial, udah di gerbang sekolah, gue malah gak sadar,” gerutu Lana.

Beberapa murid yang lewat di gerbang sekolah terikik geli melihat kelakuan Lana, sementara Anya sudah melenggang kabur entah kemana. Kedua telapak tangan pemuda itu mengepal geram. “Gue pasti bakal balas ini, awas aja lu, Anya!”

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Tertangkap Stalker Manis   Apa Akan Bahagia?

    Pagi ini Lana datang ke sekolah dengan wajah murung, membuat Ardiaz menatap keheranan. Kenapa lagi sahabatnya ini."Lah, napa lu udah monyong aja pagi-pagi gini," sapa Ardiaz yang merangkul pundak sahabatnya itu, lalu berjalan bersama menuju gerbang."Lu percaya ga sih kalo orang seganteng gue ini bisa ditolak cewek?"Ardiaz menatap Lana dengan tatapan tajam, menelisik. "Lu ditolak? Emang lu nembak siapa cuy, kok ga koordinasi sama anak-anak, kan bisa kita kasih kejutan biar acara lu makin romantis.""Stress." Lana mendorong Ardiaz menjauh darinya. "Itu, si Anya."Dapat terlihat jelas raut kaget di wajah Ardiaz. Pemuda itu menatap dengan mata terbelalak. "Lu ditolak Anya?"Setelahnya pemuda itu tertawa kencang seolah puas melihat pangeran sekolah yang di tolak cewek cupu. Anya itu biasa saja, tidak secantik Elsa atau Eliyah. Hanya saja, Anya itu manis dan tingkah nya selalu saja mengundang tawa."Seriusan lu nembak Anya? Demi apa? Lu serius kan sama dia?""Ga."Kali ini langkah Lana t

  • Tertangkap Stalker Manis   Lana Ditolak?

    Lana melangkah pelan memasuki sebuah restoran yang telah ditentukan oleh Jefran - papa dari Anya.Dengan sopan ia menunduk pada pria paruh baya itu. Lana tampak menoleh ke sekitar, rupanya mereka telah memesan semua tempat untuk mereka, pantas saja tidak ada siapapun kecuali mereka dan pelayan."Loh, Anya ga datang juga?" tanya Lana. "Pasti masih shock sama kejadian tadi."Jefran menggeleng. "Dia datang kok, itu ...."Arah jemari Jefran menunjuk pada putrinya yang berjalan mendekat. Beberapa saat lalu Anya memang minta ijin ke kamar mandi dulu untuk memperbaiki riasannya saya mendengar Lana hampir sampai ke restoran.Untuk beberapa saat Lana terpana pada penampilan Anya yang berbeda dari biasanya. Di sekolah, gadis itu terlihat polos dan manis, tapi sosok dihadapannya ini sungguh berbeda.'Lah, baru tau gue. Anya bisa cantik gitu kalo pake dress terus rambutnya di ikat rapi.'"Eh, ada yang aneh? Kak Lana kenapa liatin aku?" tanya Anya sembari meraih ponselnya, membuka kamera depan unt

  • Tertangkap Stalker Manis   Ingin Tau Semua

    Selepas bel pulang sekolah berbunyi, semua murid menghambur keluar sekolah, begitupun Anya yang celingukan mencari sopir nya.Sejak kaki nya terluka, ia tak memiliki alasan untuk pergi mengikuti Lana. Kedua orang tua asuhnya meminta agar Anya langsung pulang tanpa bermain dulu."Ck, padahal mau liat Kak Lana dulu," lirih gadis itu. "Mana sih pak Sopir. Kalau ga ada ya udah, aku cari Kak Lana aja."Dengan senyum sumringah Anya menoleh ke sana kemari. Lana biasa jalan kaki sepulang sekolah, pasti tak sulit menemukannya dengan memperhatikan sekitar. Namun, bulannya Lana, yang dia dapati justru sosok perempuan yang malam itu bertemu dengannya dan Lana di zebracross.Perempuan dengan rambut panjang dan lurus, wajahnya sangat cantik, dan tubuhnya gemulai feminim."Aneh. Padahal waktu itu Kak Lana nanya perempuan yang mirip ciri-ciri nya kayak dia, tapi pas ditanya kenal atau engga, justru bilang engga," gumam Anya, masih memperhatikan Eliyah yang berada sedikit jauh darinya.Eliyah yang mer

  • Tertangkap Stalker Manis   Si Caper

    "Ayo, gue gendong. Ini jam pertama udah mau mulai." Abin tiba-tiba merangkul Anya dari samping, lalu mencubit pipi gemas gadis itu."Ish, kak Bima apaan sih."Lana mengalihkan pandangan, jengah. Entah mengapa kehadiran Bima membuatnya kesal, pemuda itu pun melangkah cepat meninggalkan Anya yang tengah sibuk naik ke punggung Bima untuk digendong.'Halah, sok baik banget,' batin Lana. 'Caper.'Sementara Anya terkikik gemas berada di gendongan Bima. Sudah sangat lama sejak sepupu nya itu menggendongnya di belakang."Kak, kamu ga bilang ke Papa kan tentang luka di lutut ku ini?" tanya Anya."Engga. Sebenernya gue mau ngomong langsung sama Elsa buat ga ganggu lu, tapi ternyata keduluan si Lana."Anya mengeratkan pelukannya di punggung Bima, lalu berbisik. "Kak, kayaknya luka di kaki Kak Elsa parah, ya. Aku jadi merasa bersalah.""Lah, ngapain merasa bersalah. Lu harusnya bersyukur ada orang yang mau ngelindungi lu. Ada orang yang perduli sama lu. Emangnya selama ini selain gue, paman, sama

  • Tertangkap Stalker Manis   Harus Mau

    Lana langsung menuju ke kelas 2-A di mana Elsa sedang duduk sambil merias wajahnya lagi. Beberapa anak menghampiri Elsa sambil berbisik, "El, itu Kak Lana datang."Dengan panik Elsa langsung menutup kotak make up nya saat Lana datang dan duduk di sampingnya dengan tatapan tajam."Kenapa?" tanya Elsa dengan malu-malu."Lu ngapain dorong Anya? Ada masalah?""Oh, itu." Elsa langsung memalingkan wajah, malas. "Pagi tadi aku liat Kak Lana jalan bareng sama Anya. Kak, kakak sadar kan kalo aku suka sama kakak, aku cinta sama kakak. Kakak harus hargain perasaan aku," ujar perempuan itu."Gak."Jawaban singkat dari Lana membuat perempuan itu merengut kesal. Ia juga termasuk perempuan yang banyak diinginkan murid laki-laki. Selain terkenal karena pintar, Elsa juga sangat menawan.'Gue gak tau kenapa Kak Lana ga bisa suka sama gue. Gue gak percaya. Pasti ada cara buta Kak Lana suka sama gue,' batin perempuan itu."Gue datang buat peringati lu, jangan ganggu Anya. Atau orang gue bakal ganggu lu j

  • Tertangkap Stalker Manis   Jangan Ganggu Anya

    Anya menggeleng kasar. Ia menatap ponselnya. "Kalau terjadi sesuatu sama aku, Kak Bima pasti tau lokasi ku ada di sini, jadi gak masalah kalau aku pingsan. Pasti Kak Bima tau," bisik Anya dalam kesendirian.Perempuan itu memanjat tembok samping gerbang sekolah, lalu memasuki bangunan yang sudah sepi dan gelap itu. Ia menyalakan senter hp dan menutup telinganya dengan kedua tangan.Air mata mengalir basahi pipi. Ia tak bisa berpikir apapun lagi selain berjalan melewati lorong-lorong sepi. Air mata mengalir deras basahi pipi, diikuti suara isak tangis yang terdengar jelas dalam kesunyian."Kenapa rasanya lorong itu jauh banget," tangis Anya.Sementara itu di dalam gudang, samar-samar Lana mendengar tangis perempuan yang sangat nyata. Pemuda itu sesekali menepuk nyamuk yang mengigit lengannya. Ia semakin mendekat ke pintu, memperjelas pendengaran."4njir, itu beneran suara kuntilanak? Gak, gue gak percaya hantu. Ini pasti ulah Bima." Meski berkata demikian, sebenarnya Lana sudah berkerin

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status