Beranda / Romansa / Tertawan Dua Suami / 4. Gertakan Yang Berbahaya

Share

4. Gertakan Yang Berbahaya

Penulis: Mustacis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-04 07:00:00

Tatapan Juni mengikuti setiap derap langkah lelaki itu. Air mukanya masih tegar dan pandangan matanya masih penuh kepercayaan diri. Kendati Saga sudah menhunjamnya kelewat dingin dan sepertinya sebentar lagi dia mungkin akan melayangkan tangan ke wajahnya.

"Aku tidak ingin melihat perempuan yang membangkang di depanku pagi ini. Jangan membawa nama keluargamu di sini. Karena itu sama sekali tidak berguna." 

Alih-alih melayangkan tangan, dia sama sekali tidak menyentuh seinchi pun kulit Juni. Ia hanya mengiris dan mencabik dengan sorot matanya yang teramat tajam.

Juni menengadah dengan mata yang berani. "Saya datang ke sini bukan sebagai budak, asal Anda tahu."

Saga mengerutkan kening.

Detik berikutnya meja yang ditempati Juni sudah digebrak dengan keras. Makanan di atasnya tumpah dan piring serta gelas retak begitu saja. Juni kaget tentu saja. Jantungnya melompat-lompat hendak keluar dari tempatnya.

"Kau terlalu berani. Siapa yang menyuruhmu membantah setiap perkataanku, hah!!"

Beberapa pelayan yang sedari tadi berdiri menemani mereka langsung undur diri dan keluar dengan langkah ketakutan. Mereka memilih berjaga di depan pintu.

Ia menatap Saga tak kalah tajam. Dia bukan pelacur ataupun wanita biasa yang bisa lelaki itu rendahkan seperti ini. Kurang ajar. Baru pertama kali ini ada laki-laki yang memperlakukannya serendah ini. 

Saat itulah ia melihat kilat membunuh dari iris cokelat pekat itu. Seolah yang berdiri di hadapannya adalah malaikat maut yang siap mengantarnya ke neraka.

"Aku bisa saja melemparmu dari lantai teratas dan membuatmu cacat seumur hidup. Kau pikir aku akan peduli dengan status keluargamu?"

Juni memejamkan mata. Bukan karena ia takut ataupun gentar. Kalau lelaki gila ini bisa marah, dia juga bisa. Kenapa harus ada perbedaan di antara mereka hanya karena dirinya tinggal di rumah lelaki itu?

"Kalau saya tidak peduli dengan semua kelakuan bejat Anda, maka Anda juga harusnya tidak peduli dengan apa pun yang saya katakan, kan?" Mata Juni menyipit tajam.

"Apa katamu?" Kedua mata Saga membentuk satu garis lurus. Alisnya menukik tajam. 

Juni tahu seberapa marah pria di depannya itu. Kedua tangannya mengepal kuat.

"LENNA!!"

Juni terperanjat mendengar teriakan murka lelaki itu yang memanggil kepala pelayannya.

Lenna datang dengan cepat. Ia menunduk dalam dan membungkuk dengan hormat. Ekspresinya masih terlihat biasa saja, seolah dia sudah terbiasa menghadapi kemarahan tuannya.

"Apa kau tidak mengajarkan sesuatu pada wanita ini, HAH?!" Saga menudingkan jari ke arah Juni yang masih duduk di kursinya.

"Maafkan saya, Tuan Besar. Saya akan mengajarinya dengan baik."

BRAKKK!!!

Meja kembali digebrak. Juni memejamkan mata lagi-lagi terperanjat.

"Apa gunanya minta maaf sekarang? Kau tahu aku tidak suka dibantah. Tapi dia!" Tatapannya tajam menghunus Juni seolah akan meremukkannya saat ini juga.

"Dia membantahku di hari pertama dia masuk ke rumah ini. Tidakkah kau tahu itu kesalahan siapa, Lenna?!"

"Itu kesalahan saya, Tuan. Mohon ampuni saya."

"Jalani hukumanmu dan ajarkan dia dengan baik."

Juni berdiri dengan cepat. "Apa maksudnya dia harus dihukum? Tidak ada yang salah di sini!"

Saga maju selangkah dan berdiri tepat di hadapan Juni, ujung kaki mereka bertemu. 

"Dan apa maksudmu mempertanyakan ini? Kalau kau terus membantah, maka yang salah adalah orang yang mengurusmu. Itu sudah menjadi hukum Atlanta." 

"Dia tidak bersalah!"

"Kau lihat, Lenna? Kesalahanmu sangat besar. Ajari dia! Aku tidak menyuruhmu untuk memanjakannya seperti ratu. Kalau dia membangkang, cambuk atau tenggelamkan dia di kolam. Jangan memberinya celah untuk menjadi istri pembantah!"

Dada Juni kembang kempis menahan amarah. Selama ini dia hanya mendengar kalau lelaki itu sangat perfeksionis dan tidak suka dengan kesalahan, tapi dia tidak pernah membayangkan dirinya akan diperlakukan serendah ini.

"Masih mau membantah?" ucapnya dengan seringai menyeramkan di bibir. Tak lupa dengan kilat mata seperti iblis yang akan merobek-robek jiwanya.

"Bawa dia, Lenna. Mulai hari ini berikan pelajaran padanya. Kalau dia bertingkah di depanku, maka kau harus bertanggung jawab."

Lenna mengangguk hormat. "Baik, Tuan Besar." Lalu mempersilakan Juni keluar dari ruang makan yang kini berantakan itu. Pecahan piring dan makanan berserakan di lantai. 

Saat Juni meninggalkan ruang makan diikuti para pelayan, ia menoleh dan menatap Lenna dengan sorot bersalah. 

Tampaknya Lenna mengerti arti tatapannya. "Tidak apa-apa, Nyonya. Anda jangan risau. Saya baik-baik saja." 

"Tapi aku yang melakukan kesalahan, tidak seharusnya kau yang menanggung hukumannya."

"Seorang nyonya besar rumah ini tidak boleh mendapatkan hukuman, Nyonya. Ini salah saya yang lalai mengajari Anda."

Juni menatap sayu. Walau dia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun, tetap saja Lenna tidak seharusnya dihukum.

"Kamu tidak salah apa pun, Lenna."

"Saya sudah terbiasa, Nyonya. Anda tidak perlu khawatir. Mari saya antar ke kamar."

Juni berbalik dan kembali mengikuti arahan Lenna.

"LENNA!" 

Teriakan penuh mutlak itu membuat Juni berbalik dengan cepat. Lagi-lagi ia terperanjat. Sial, jantungnya hampir saja meledak karena lelaki itu.

Saga menghampiri tempat mereka dengan langkah marah. 

"Bawa dia ke kamarku malam ini."

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Hafizh
saga serem bgt yak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 6 Kelahiran Anak Kita

    Saga tak mampu mengukur kepanikannya saat Juni merintih kesakitan sekalipun dokter sudah menanganinya. Ia tak ingin beranjak sedikit pun dari tempat Juni. Menyaksikan bagaimana Juni berjuang melahirkan anak mereka. Wanita itu kesakitan. Peluh memenuhi wajah dan lehernya. Tangan Saga ia genggam dengan erat. Berkali-kali Juni meliriknya dengan ekspresi yang sekarat, namun matanya menyimpan tekad yang sangat kuat. Saga tak ingin melihat penderitaan wanita yang amat dicintainya. Tapi ia tetap harus berada di tempat ini. Dengan latar belakang suara dokter yang terus menuntun Juni menghela napas dan mengembuskan napas dengan tenang, Saga akhirnya mendengar suara tangisan bayi yang cukup kencang, menggugah hatinya, menciptakan sebentuk perasaan yang tak pernah ia rasakan. "Bayi Anda sudah lahir, Pak. Dia laki-laki." Sang dokter memperlihatkan keseluruhan bayi berwarna merah itu kepada Saga. Perasaan Saga berkecamuk. Ia terpana. Diakah yang sedang

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 5 Karma yang Menyakitkan

    Leticia bergidik jijik saat seorang wanita berambut acak-acakan melewatinya sambil menggaruk kepala. Menggumam sendiri lalu cekikikan tanpa sebab. Uuuhhh ... pakaian macam apa pula yang sedang dia pakai sekarang? Seragam pasien rumah sakit berwarna biru telur asin yang sangat norak. Leticia muak mendengar suara jeritan dan tingkah gila setiap hari. Ia memilih keluar ke taman. Barangkali rumput-rumput hijau segar itu bisa menenangkan sakit kepalanya. "Ahahahaha!" Seorang pria ceking dengan wajah pucat dan rambut setengah botak terbahak di sampingnya. Sial sekali. "Nyam nyam. Enaknya. Steik dari daging premium berkualitas." Lelaki itu mencabuti rumput lalu memakannya. Leticia semakin bergidik. Lelaki itu lalu tengkurap begitu saja dengan sesuatu di kepalan tangannya. "Sekarang kita harus cuci mulut dengan anggur segar ini." Kepalannya ia buka dan seekor katak kecil menggeliat di sana, mencoba untuk kabur. Mata Leticia m

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 4 Kemenangan yang Hampa

    Maria menatap beberapa pramugari yang berlalu lalang semata untuk mengawasi para penumpang dan keadan pesawat yang sudah lepas landas, sebagian membawa troli makanan dan menghampiri kursi penumpang.Dia duduk tenang di kursinya. Mengembuskan napas lalu memejamkan mata. Menikmati deru pesawat yang bertubrukan dengan udara, langkah-langkah para pramugari di sekitarnya dan juga bisikan-bisikan penumpang yang duduk di depan maupun di belakangnya.Samar-samar hidungnya mengendus bau permen karet, wine, dan beraneka ragam pasta dengan saus yang menggugah selera.Maria tak berniat membuka matanya. Meski tak mengantuk sama sekali walau telah menghadiri pesta pernikahan yang jauh, di Jepang. Dia tak tahu dorongan apa yang membuatnya menyanggupi undangan dari Tuan Tanaka itu.Barangkali Maria hanya ingin menghormati hubungan kerja sama yang sempat terjalin di antara mereka atau mungkin ... dia ingin melarikan diri.Melarikan diri dari rasa

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 3 Mencoba

    "Saya minta maaf."Rafael benar-benar berlutut. Dihadapan Tuan Tanaka yang berdiri memunggunginya, dia bersimpuh dan meminta agar laki-laki paruh baya itu mengizinkannya pergi."Saya tidak bisa terus menyakiti Nazura."Tuan Tanaka tak menjawab. Punggungnya tegak dan kaku."Saya akan pergi jauh."Lama kemudian barulah Tuan Tanaka berbalik setelah menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak akan menghakimimu. Aku hanya ingin mengatakan, Jika kau pergi sekarang, maka seumur hidup kau akan kembali menerima penghinaan lagi. Istrimu tak kau dapat, kau pun kembali miskin. Tolong pakai sedikit logikamu."Embusan napas kasar Tuan Tanaka terdengar. Rafael mengangkat wajah untuk menatap punggung itu."Kau pun menyia-nyiakan putriku yang sangat mencintaimu. Ada aku yang bisa menjadi orang tuamu. Apalagi yang kurang, Rafael? Kau membuang-buang potensimu hanya untuk sebentuk perasaan yang sudah seharusnya kau kubur dalam-dalam."Rafael

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 2 Tak Pernah Bisa Melepasmu

    Rafael duduk di tepi ranjang, pada kamar hotel bintang lima yang berfasilitas mewah dan tidak tanggung-tanggung. Ia menatap cincin putih polos di jari manisnya. Tatapannya kosong, namun ada penyesalan dan pilu di sana. Ia tak tahu yang mana dari tindakannya yang harus dia sesali. Sekali pun dalam hidupnya, dia tak pernah membayangkan Juni akan menangisi pria lain dan menatapnya penuh cinta, pun mengkhayalkan wanita itu berada dalam dekapan laki-laki lain. Hati Rafael tersayat-sayat. Rasa sesak menggerogoti dadanya. Semakin dipikirkan, semakin dia terjatuh pada luka yang menganga di dalam hatinya. Pintu kamar mandi terbuka dan sosok Nazura yang berbalut kimono tipis berwarna merah muda hadir di sana. Berdiri kaku di depan kamar mandi. Rambut sebahunya sedikit basah dan riasannya sudah tak lagi tersisa. Ekspresinya terlihat canggung. Kimono tipis yang memperlihatkan sedikit belahan dada dan sebagian besar pahanya membuatnya terlihat tidak ny

  • Tertawan Dua Suami   EXTRA PART 1 Kamu Pantas Dicintai

    Setelah dirawat intensif dan diizinkan pulang, Saga tak henti-hentinya menatap perut Juni dengan pandangan aneh setiap kali Juni ada di dekatnya. Matanya seolah sedang berbicara kepada anak dalam kandungan Juni.Setelah puas memandang sang bayi dari luar perut Juni, Saga akan mengangkat wajah dan bertanya kepada Juni lewat sorot matanya, 'Apa dia baik-baik saja?'"Dia baik-baik saja, Saga. Berhentilah memandangnya terus. Dia bisa ketakutan."Saga tampak sedikit terkejut, tapi wajahnya masih terlihat garang. "Benarkah? Dia akan takut?"Saga selalu terkesima. Layaknya seorang anak kecil yang baru saja menemukan dunia yang tak pernah dilihatnya. Saga terlihat begitu ingin menyentuh perut Juni yang sudah semakin membesar."Kenapa tidak kau sentuh saja?" Juni mengulum senyum tipis melihat tingkah canggung Saga."Dia akan terluka."Juni terkekeh. Saga mengucapkannya dengan datar, tapi di mata Juni itu terdengar sangat lugu."Ke

  • Tertawan Dua Suami   Salam Perpisahan dan Karya Baru

    Akhirnya tiba juga kita di perjumpaan terakhir dari cerita ini, eit jangan sedih. Akan ada banyak cerita yang akan membuat kita kembali bersua. Terima kasih kepada kalian semua yang sudah mendukung aku dan cerita ini. Aku berharap se-anu apa pun cerita ini, masih ada hal baik yang bisa kita petik bersama-sama. Aku sangat membutuhkan saran, masukan, dan kritik dari kalian guna untuk memperbaiki kualitas tulisan aku di karya-karya selanjutnya. Jangan sungkan untuk menghubungi aku ya, aku aktif di fesbuk 🤭 Mustacis Kim Oh ya, GoodNovel sedang mengadakan event yang keren banget, dan aku bakal mengikutkan karya baru untuk mengikuti event. Mohon dukungannya (lagi) 🙏 Cerita baru aku berjudul KILL MY HUSBAND yang akan terbit pada Desember nanti di web GoodNovel (karena belum terkontrak) Jangan lupa mampir jika sudah terbit dan berikan dukungan. Teri

  • Tertawan Dua Suami   Tapi, setidaknya ...

    RAFAEL adalah seorang anak yang tumbuh di panti asuhan. Tak ada orang tua, hanya ibu panti dan teman-teman yang senasib dengannya.Baginya tidak dianggap manusia dan diremehkan seperti sampah adalah hal yang biasa. Orang-orang di dunia luar menginjaknya dan meludahinya. Setiap hari ia harus mengorbankan semua kekuatan fisiknya untuk bekerja. Dirinya hanya dipenuhi keringat bau terik matahari. Kemiskinan menggerogotinya dan melenyapkan semua harga dirinya.Tapi, setidaknya ... Rafael pernah mengecap kasih sayang dan hidup aman, walau hanya di bawah atap panti asuhan.SAGA adalah anak yang beruntung. Lahir dan besar di keluarga kaya dan terpandang. Hidup di rumah yang megah dan memiliki orang tua yang lengkap. Ada banyak pelayan dan pengawal yang melayaninya.Tapi, seperti sebuah kotak berisi mayat tikus yang busuk namun dibungkus dengan kertas berlapis emas dan hiasan pita yang cantik. Hidup Saga seperti di neraka. Setiap malam ia h

  • Tertawan Dua Suami   Epilog

    Saga mengerjap, lalu terpana. Melihat perut Juni yang bergerak-gerak, seolah bayi di dalam sana meronta-ronta ingin keluar. Ia menendang dan bergerak mencari perhatian Saga saat lelaki itu menempelkan telinganya di atas perut Juni."Dia sangat aktif." Saga terkesima saat kembali menatap Juni. "Banyak gerak sekali."Juni memulas senyum. Saga terlihat seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. "Sama sepertimu."Sebelah alis Saga terangkat lalu menatap Juni dengan senyum jail. "Maksudmu banyak gerak di ranjang?"Tak ayal perkataannya membuat wajah Juni merona. Meski belum terlalu pulih sepenuhnya, tapi Saga masih sangat aktif di atas ranjang.Tubuh lelaki itu mendekat, menyiapkan gestur untuk menindih tubuh Juni."Anak kita sedang bergerak-gerak di dalam, dan kau mau melakukan itu?!" Juni melotot. Keningnya berkerut kesal."Baiklah. Aku akan menunggu nanti malam."Juni memutar bola mata."Bukankah hari

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status