Share

7. Kamu hamil anak siapa?

"Mas, kalo Mas mau kerja nggak apa-apa, biar, Mbak Tania, Arin yang jaga." 

Arini berdiri dan mendekat ke tempat aku terbaring. 

Apa yang dia katakan barusan? Arin? Jadi, selama ini mereka sudah punya panggilan kesayangan. Dan Mas Reza memanggilnya, 'Arin'?   aku tidak habis pikir dengan mereka berdua. Benar-benar jahat! 

Mas Reza menoleh ke arahku, sementara aku membuang pandanganku ke arah lain. 

Ku ikuti saja apa yang dia mau sekarang, toh, jika aku minta juga tidak akan diizinkan. Lebih baik dia bekerja saja dan tidak berada di sini. 

"Hm, itu ide yang bagus, kalau kamu nggak keberatan, Aku kerja dulu. Kamu jaga baik-baik Tania, ya. Kalau ada apa-apa, cepat kabari aku." Mas Reza berpesan pada Arini. 

"Siap, Mas," jawab Arini dengan sedikit membungkukkan badanya. 

Aku hanya melihat dari ekor mataku. 

Aku tahu, Arini mungkin sengaja mencegah itu agar aku tidak menanyakan kecurigaan terhadap Mas Reza. 

Silahkan, Mas! Pergilah dari sini. Bawa sekalian wanita dihadapanku ini. 

Itu hanya aku ucapkan dalam hatiku. 

"Sayang, Mas masuk kerja dulu, ya. Kamu di sini dulu hari ini, nanti sore kalau kamu udah baikan, Mas, janji, Mas bolehin kamu pulang. Jadi kamu istirahat dulu, ya. Jangan bikin, Mas khawatir lagi. Ok." Dia mengecup keningku setelah selesai bicara. 

Aku hanya tersenyum kecut sembari memberikan anggukan kecil kepalaku tanda aku mengiyakan permintaannya. 

Mas Reza berlalu keluar dan hilang di balik pintu rawat inapku. 

Aku masih bergeming dan menatap langit-langit kamar tempat aku terbaring lemah. Lemah karena hatiku lelah telah dikhianati oleh suamiku sendiri. 

"Mbak, apa Mbak perlu sesuatu? Mbak mau makan apa? Biar aku belikan di luar."

"Aku nggak butuh makan, Rin. 

Karena perutku tidak merasakan lapar sedikitpun. 

 Aku hanya butuh pengakuan darimu." Aku berkata dengan nada datar. 

"Mbak mau aku mengakui apa?" tanya Airini. 

"Kamu hamil, Rin? Kamu hamil anak siapa? Bukannya statusmu itu masih gadis dan belum berkeluarga. Terus kenapa kamu bisa hamil? Apa kamu pernah membawa laki-laki lain masuk ke rumahku sepeninggalanku kerja? Dan kamu berzina di dalam rumahku?" 

Kali ini aku berkata dengan mantap lurus manik matanya. Ingin kulihat seperti apa nyalinya yang begitu besar masuk dalam biduk rumah tanggaku. 

"Mba, tau aku  ha … mil?" Arini terlihat terkejut dengan pertanyaanku. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status