Share

Kejutan Paling Menegangkan

"Nenek tadi bilang—"

"Kita sudah sampai, Nak."

Eh? Aku melongo mendengarnya. Belum juga Angga berbicara sesuatu.

Rumah di sini seperti rumah panggung, tapi terlihat lebih tua, sepertinya rapuh juga. Aku menatap sekeliling, tidak ada yang menarik.

"Kalian betul mau ke rumah Pia?"

Aku mengangguk. Jelas saja.

"Ayo."

Nenek ini tahu di mana rumah Pia? Berarti itu berita bagus sekali. Kami tidak perlu mencari tahu sendiri.

Kami kembali berjalan. Sejak tadi, Angga terus melirikku. Dia ingin mengatakan sesuatu.

"Nah, ini, Nak."

"Ini rumah Pia, Nek?" tanyaku sambil menatap rumah itu.

Terlihat sudah rapuh sekali rumahnya. Aku menatap dari sisi samping juga. Seperti mau ambruk.

"Bukan. Ini rumah Nenek, Nak. Mari, masuk."

Eh? Kenapa kami malah ke rumah Nenek ini? Bukankah kami mau ke rumah Pia?

Aku menoleh ke Angga. Dia menggelengkan kepala, tanda tidak membolehkanku untuk protes.

"Kalian ingin menanyakan soal Zifa, bukan?"

Astaga. Aku mengerjapkan mata mendengar pertanyaan nenek itu. Dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status