Share

BAB 6

Tiba juga hari di mana Raeli harus datang ke istana sendirian tanpa Anne. Ia datang dengan sekeranjang kue yang layak. Karena memang ini akan dimakan oleh Yang Mulia Permaisuri dan Tuan Putri Liliane.

Marquess Tristan?” panggil Raeli ketika melihat pria itu berdiri di pilar istana seperti sedang menunggu seseorang.

“Ah, Nona Raeliana. Saya sedang menunggu Anda.”

Pria itu tersenyum pada Raeli. “Saya akan mengantarkan Anda ke taman. Yang Mulia Permaisuri dan Putri Liliane sudah menunggu.”

“Terima kasih.” Reali berjalan mengikuti Marquess Tristan.

“Sepertinya Anda membawa kue yang enak, Nona.”

“Oh, ya. Saya tidak mungkin memberikan seperti yang waktu itu.”

Marquess Tristan tertawa. “Saya juga tidak menyangka bahwa akan sampai pada Baginda Kaisar.”

“Tuan—”

“Santai saja. Bisakah Anda memanggil saya Tristan saja?”

“Sungguh?”

Demi Dewa, Raeli senang sekali bisa menyudahi keformalitasan ini satu per satu. Cukup membosankan dengan panggilan yang sangat panjang. “Kalau begitu kau bisa memanggilku Raeliana atau Raeli saja.”

“Kalau begitu tidak bisa.”

“Kenapa?”

Kenapa tidak bisa? Status? Tenang saja, yang memiliki status adalah Duke Servant, Raeli hanya anak yang sebenarnya tidak mempunyai hak itu sama sekali.

“Baiklah kalau Raeli memaksa.” Tristan tertawa. “Namun, tetap saja saya tidak bisa memanggil dengan leluasa seperti itu.”

Kening Raeli berkerut, kebingungan. Sialan, ternyata pria itu hanya mempermainkan Raeli. Lagi pula kenapa dengan pesona Rose? Kenapa tidak mempan kepada pria-pria peran utama ini? Kalau begitu, bisa-bisa Raeli yang kena tindas.

Tidak lama setelah itu mereka sampai di sebuah pintu tralis yang dilapisi kaca buram. Tempat itu seperti taman dalam rumah kaca yang berbetuk kubah. Di dalam kehidupan Raeli sebelum ini, pada dunia Sheriel tempat itu mirip gazebo. Hanya saja ukurannya terlihat sepuluh kali lebih besar dan ada taman di dalamnya. Juga dilapisi kaca.

“Silakan masuk, Raeli.”

“Terima kasih, Tristan.”

Baru saja Reali ingin melangkah masuk, tetapi ia ingat sesuatu. Mungkin saja Tristan tidak memakan kue waktu itu dengan benar, jadi Raeli membuatkan sebuah kantong penuh pai buah dan pai daging.

Lihat, Raeli gadis baik, bukan? Tetapi tetap saja ia bukan pemeran utama novel aneh yang dibacanya semasa hidup ini. Selain itu, ia sudah bertekad untuk menjalani hidupnya seperti biasa, tidak terpaut oleh kenyataan bahwa jiwanya terjebak dalam dunia sebuah novel.

“Ini untukmu.” Raeli memberikan kantung itu pada Tristan. “Makanlah sendirian.”

Tristan tersenyum. “Terima kasih.”

Raeli mengangkat bahu dan berjalan masuk diiringi tatapan Tristan. Tetapi setelah sampai di dalam kubah itu Raeli menghadapi masalah yang lebih jelas. Di sana bukan hanya ada permaisuri dan Putri Liliane. Tetapi juga ada kaisar dan Pangeran Ein. Pria itu tersenyum culas menyaksikan kebingungan Raeli.

Reali kemudian melihat ke pintu masuk, Tristan sudah tidak ada di sana.

Sialan!

Raeli ditipu lagi.

***

Ein menopang dagu sambil melihat pada Raeliana. Memberikan senyum kemenangan. Tentu saja. Sejauh ini Ein yang menang menghadapi gadis itu. Raeliana datang ke istana untuk jamuan minum teh. Bahkan gadis itu tidak sempat menolak.

Di mata Ein, Raeliana mirip anak kucing berbulu emas. Manis dan terlihat jinak dari luar, tetapi ketika didekati maka akan mencakar. Raeliana sudah jauh berbeda dari yang pernah ia tahu sejak kecil.

Pada akhirnya gadis itu menyetujui untuk jadi salah satu yang akan menyajikan kudapan manis pada malam debutante. Tentu saja Liliane tidak akan memberikan celah untuk gadis itu menolak.

Ein ingin tertawa melihat tatapan gadis itu padanya sekarang. Seakan mengatakan dirinya sedang berada di lingkaran setan dengan perintah mutlak yang tidak bisa dibantah. Tentu saja. Gadis itu berhadapan dengan sang kaisar Easter.

“Kalau begitu saya permisi dulu, Baginda,” kata Raeliana sambil berdiri dan membungkuk layaknya bangsawan sesungguhnya.

Liliane juga melompat berdiri, menggapai tangan Raeliana. “Sampai jumpa di debutante. Ohh, aku harap kau akan berdiri bersamaku.”

Raeliana tersenyum. Ein bahkan bisa melihat ringisan pada senyuman itu. Ia menduga bahwa Raeliana hanya akan datang ke debutante sebentar seperti yang di dengarnya kemarin, lalu gadis itu akan berdiri di sudut aula dansa, sendirian. Kemudian mengendap-endap keluar dan pulang diam-diam.

Memang gadis itu pikir Ein akan membiarkannya begitu saja?

“Ein?” panggil permaisuri. “Antarkan Raeliana kembali ke kediaman Servant.”

“Ya?” Raeliana bertanya sambil mengedip-ngedipkan matanya. Seakan gadis itu mencari jawaban dengan mata dan bukan telinga.

“Ein akan mengantarmu sampai rumah,” kaisar memberikan senyum selagi bicara. Ein rasa Raeliana terlalu pintar untuk mengartikan senyum di balik kumis beruban itu.

“Ah, maaf, Baginda. Tetapi seorang putra mahkota tidak bisa berkeliaran sesuka hati. Apalagi mengantarkan seseorang seperti saya.”

Ah, menolak secara halus tetapi menegaskan bahwa gadis itu tidak perlu diantar.

“Seseorang seperti Putri Duke Servant?”

“Ah, ya.”

“Tidak akan ada yang berani mengritik Duke Servant dan Pangeran, Raeliana,” sambung Liliane dengan senyum cerah.

Gadis itu diam. Ein tahu bahwa gadis itu sudah terpojok. Kemudian Raeliana melirik padanya. Ia hanya bisa menunggu dengan senyum culas, apa lagi yang akan keluar dari mulut gadis itu?

“Apa saya boleh menolak?” tanya Raeliana pada kaisar.

“Tidak,” jawab kaisar tegas.

Raeliana mengangguk dengan mulut setengah terbuka. “Ah, baiklah kalau begitu. Yang Mulia Pangeran, tunjukkan jalannya.”

Ein mati-matian menahan tawanya melihat tingkah Raeliana. Gadis itu tersenyum sangat lebar. Setelah ini mungkin gadis itu akan mengeluh karena bibirnya sakit. Ternyata Raeliana sungguh menghindari kontak dengan keluarga kerajaan.

***

Raeli bersandar di kursi beludru kereta kuda milik kerajaan. Ada apa dengan kereta ini? Ukurannya besar sekali. Apa kuda dari kereta ini yang sudah hampir menginjak hancur tubuh Raeliana?

Ternyata sifat pemaksa Pangeran Ein diturunkan dari kaisar. Atau memang semua anggota keluarga Easter begitu? Lalu kenapa Rose di dalam novel itu bisa tahan dengan semua ini? Bahkan jatuh cinta dengan pria pemaksa ini.

Raeli mengawasi Pangeran Ein dengan pandangan tajam dari ujung kaki sampai kepalanya. Pria itu memang tampan, rambut dan matanya sangat langkah yang hanya dimiliki oleh anggota keluarga kerajaan.

Ah, tetapi kenapa pria itu terlahir menyebalkan!

“Boleh aku menambahkan daftar kuemu?”

Raeli menatap Pangeran Ein dengan tidak berselera. “Tidak.”

“Kenapa?”

“Tidak ada. Saya hanya tidak mau.”

Pangeran Ein tertawa pelan, membuat Raeli mau tidak mau jadi mengerutkan kening dengan pertanyaan apakah pria ini sakit setelah jamuan tadi?

“Bagaimana kalau aku tidak memberimu kesempatan menolak?”

“Maaf, Anda sedang bertanya, bukan memberikan perintah, Yang Mulia.”

“Ein,” kata Pangeran Ein. “Panggil saja namaku seperti kau memanggil Liliane.”

Oh? Pangeran Ein ingin mengakhiri keformalitasan? Seharusnya ini diajukan kepada Roseline, bukan? Benar. Novel itu sudah melenceng jauh dari cerita. Atau memang tempat ini sama sekali bukan bagian dari novel?

“Anda yakin?”

Pria menyebalkan ini mungkin hanya mempermainkan Raeli seperti Tristan sebelumnya.

“Kau harus mencobanya.”

Raeli memberikan senyuman. Ia akan melakukan sesuka hatinya. “Baiklah. Ein, aku menolak membuatkan menu kue yang kau inginkan. Apa begini cukup?” tanya Raeli.

“Kenapa kau harus menolaknya?”

Argg!

Kapan Raeli akan sampai rumah? Terjebak dengan pria ini selama setengah jam hampir seperti setahun. Pasti daratan Easter tidak menyangka bahwa Pangeran Ein yang mereka puja itu ternyata sangat menyebalkan. Bahkan Raeliana yang tertulis di novel sejak kecil menyukai pangeran itu pasti tidak tahu kalau pujaan hatinya sangat membuat sakit kepala.

“Aku sibuk dengan persiapan debut. Pelayanku akan mengoceh tentang gaun dan riasan. Mama juga akan menceramahiku sebelum debut tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jadi aku tidak mau disibukan dengan urusan kue khusus untukmu, Yang Mulia.”

Pangeran Ein tersenyum. “Kau tahu sesuatu, Raeliana?”

“Oh, tidak,” jawab Raeli cepat. “Dan aku tidak ingin tahu.”

“Kau jauh berbeda dengan Raeliana De Servant yang kami kenal selama ini.”

Reali menegang, secara tidak sengaja jadi menahan napasnya. Apa-apaan serangan langsung ini? Kenapa tiba-tiba mengatakan hal itu?

Celaka.

Apakah Raeli sudah mengubah kepribadian Raeliana sejauh yang terlihat? Ia hanya tidak mau Raeliana terlihat seperti yang tertulis di novel. Hanya menurut dan tidak melawan, menerima kemalangan padahal ia bisa bahagia dengan apa yang dimilikinya.

“Seseorang bisa berubah, Yang Mulia.”

Pangeran Ein mengangguk. “Ya, kau jadi jauh lebih menarik. Seperti anak kucing.”

Ha? Pangeran Ein bilang apa?

“A-anak kucing?”

“Anak kucing manis yang suka mencakar.”

Sialan.

Raeli tidak meminta dirinya dideskripsikan seperti itu. Kenapa malah Pangeran Ein terlihat lebih tertarik padanya daripada Rose? Apa karena perubahan karakter ini?

Kereta kemudian berhenti tepat di depan rumah Duke Servant dan Anne sudah berdiri di pintu gerbang, sedang menunggu.

Pangeran Ein kemudian turun lebih dulu untuk menyambut Raeli. Ia rasa akan membuat pria itu malu jika menolak.

“Terima kasih, Yang Mulia,” kata Raeli setelah turun dan memberikan hormat. Kemudian tanpa Raeli sadari, pangeran Ein malam mengulurkan tangan padanya.

“Bayaranku.”

“Ah, ya?”

Apa Raeli terlihat seperti gadis bodoh sekarang? Maka terkutuklah Pangeran Ein.

“Aku meminta bayaran karena telah mengantarkanmu pulang dengan selamat, Raeliana.” Pangeran Ein tersenyum dan menjatuhkan tangannya. “Satu tart lemon. Sampai bertemu lagi malam debutante, Raeliana.”

Kemudian pangeran Ein kembali melompat masuk ke dalam kereta besarnya.

Aarggg!

Raeli kena lagi. Bukan ia yang minta diantarkan pulang, itu perintah kaisar. Jadi, kenapa harus ia yang membayarnya?

Dasar pangeran menyebalkan!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status