Share

The Curse - 04

Leona baru saja keluar dari kamarnya. Seperti biasa, keadaan apartemen sangat sepi. Tak ada suara apapun yang dapat ia dengar, selain gesekan sendalnya dengan lantai.

Leona melihat ke arah televisi yang selalu berada dalam keadaan mati sejak pertama ia lihat. Ia pun mulai menyalakannya. Setidaknya lumayan untuk mengurangi aura mencekam di apartemen semewah ini.

"Kau mau menonton TV?" tanya William yang baru saja datang.

Leona menolehkan kepalanya dengan cepat. Ia mengangguk sembari tersenyum.

"Suaranya menggangguku," ujar William dengan wajah datar.

"Apa kamu tidak pernah menonton TV?" Kini giliran Leona yang melemparkan pertanyaan. William menjawabnya dengan gelengan kepala.

Leona bergedik ngeri. Bisa-bisanya di dunia ini ada manusia seperti William.

"Kamu bahkan punya TV berukuran sangat besar di sini. Apa kamu sesibuk itu hingga tidak sempat menontonnya?" berondong Leona sembari bangkit mendekati William.

"Aku hanya tidak suka," balas laki-laki itu, kemudian melangkah pergi dari hadapan Leona.

Leona mengikutinya. Ia memang cukup nekat ketika merasa gemas dengan sesuatu.

"Sekarang kamu mau apa? Kalau tidak punya kegiatan, cobalah sesekali menonton TV!" bujuk Leona.

"Aku mau masak untuk makan malamku," jawab William malas.

Laki-laki itu mulai membuka kulkasnya. Ia sedikit terkejut melihat penampakkan kulkasnya yang berbeda dengan biasanya.

"Kamu tidak keberatan kan, kalau berbagi kulkas itu padaku? Aku juga perlu tempat untuk menyimpan bahan makanan," ucap Leona yang seolah sadar dengan perubahan sikap William.

William tak menjawab. Laki-laki itu mengambil sekantung daging lalu menutup kembali pintu kulkasnya.

"Tunggu! Aku sudah memasak untuk makan malam kita," ujar Leona sembari menahan langkah William.

William menatap gadis itu dengan tatapan datar. Seolah berkata jika ia tidak peduli dengan apapun yang gadis itu katakan. Karena memang, sebisa mungkin William ingin bersikap seolah tidak ada gadis itu di dalam unitnya.

Leona mengambil daging di tangan William, "kalau kamu lapar, ayo kita makan masakanku!" ajak Leona sembari tersenyum.

"Keberadaanmu benar-benar mengganggu," gumam William masih dengan wajah datarnya.

Leona menyeritkan alisnya. Ia benar-benar berniat baik untuk memasakkan William. Kenapa laki-laki itu malah menganggapnya seperti hama?

"Bukankah kamu sendiri yang menyuruhku tinggal di sini? Tapi kenapa kamu-"

"Aku menyuruhmu tinggal, tapi tidak mengizinkanmu mengganggu ketenanganku," balas William sembari merebut kembali dagingnya dari Leona.

Leona tak tinggal diam. Ia merebut kembali daging itu dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.

"Aku sudah masak untuk porsi dua orang. Setidaknya bantu aku menghabiskannya malam ini!" pinta Leona dengan nada memelas.

Tatapan William masih sama, dingin. Ia seolah tak peduli sama sekali dengan rengekan gadis di hadapannya.

"Aku tidak bisa makan sembarangan," balasnya pada akhirnya.

"Aku memasak daging untukmu. Aku hanya tahu kamu bisa makan daging. Makanya aku membuatnya. Setelah ini, kamu bisa mengatakan padaku, apa saja makanan yang kamu suka. Dan aku akan berusaha membuatkannya untukmu setiap hari," terang Leona.

William meneliti penampilan gadis di hadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Leona bergedik ngeri melihat tatapan William padanya. Pikirannya mulai berkelana memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Bagaimana? Kamu setuju, kan?" tanya Leona tak sabaran.

"Aku tidak tertarik dengan gadis agresif sepertimu." Jawaban tak terduga itu keluar dari mulut William.

Kali ini, Leona menatap laki-laki di hadapannya itu dengan sengit. "Kamu pikir aku tertarik padamu?" tanyanya.

"Ya. Bukankah kamu sedang berusaha menarik perhatianku?" tanya William balik.

Leona mendengus kesal. Ia berjalan menuju lemari pendingin kemudian memasukkan daging milik William dengan kasar.

"Dengar! Aku melakukan ini demi membangun chemistry yang baik denganmu. Kamu ingat, kita diminta untuk tinggal bersama agar kita bisa saling mengenal dan membangun chemistry yang baik sebelum mulai shooting?" omel Leona yang tidak terima dengan ucapan William sebelumnya.

William tersenyum miring mendengar penuturan Leona yang menurutnya hanya alibi belaka.

"Kenapa kamu tersenyum seperti itu?" bentak Leona yang tak bisa lagi menahan kekesalannya.

William melangkah ke depan. Mengikis jarak antara dirinya dengan gadis polos di depannya. Senyum miring masih tercetak jelas di bibirnya. 

Leona perlahan mundur. Berusaha mempertahankan jarak antara dirinya dengan laki-laki aneh itu. Tapi, William masih terus bergerak maju, membuat Leona bergedik ngeri mengingat ia hanya tinggal berdua dengan laki-laki ini di lantai ini.

Jika William melakukan sesuatu pada Leona, tak akan ada seorangpun yang bisa menolongnya.

Tap

Leona terpenjat kaget saat bagian pinggulnya menyentuh meja makan. Sementara di depan sana, jarak William dengan dirinya sudah menakin menipis. Napas Leona semakin tak beraturan merasakan debaran aneh di dadanya.

'Apa dia seberengsek itu? Tidak! Kamu tidak boleh takut, Leona! Tunjukan kalau kamu bukan gadis sembarangan!' monolog Leona dalam hati.

Tap

William menghentikan langkahnya. Namun, jarak antara dia dengan Leona sudah benar-benar tipis. Leona melirik ke samping kanan dan kiri. Mencari peluang untuk kabur dari laki-laki itu.

Namun, baru saja Leona hendak bergeser ke samping, William sudah lebih dulu mengurungnya. Kini posisi Leona benar-benar terhimpit oleh meja makan dan tubuh kekar William.

"Minggir!" ujar Leona berusaha mempertahankan atensinya.

Bukannya menyingkir, William malah tertawa kecil mendengar usiran gadis di hadapannya itu. Hal tersebut membuat Leona semakin ketakutan, namun sebisa mungkin ia masih berusaha untuk menahannya.

"Aku bilang menyingkir dari hadapanku!" bentak Leona sembari berusaha mendorong tubuh William.

"Akuilah, kamu menyukaiku, kan?" desak William sembari memajukan wajahnya.

Leona menggeleng kecil. Ia tidak berani terlalu banyak bergerak dalam posisi seperti ini. 

'Jantungku... kenapa rasanya seperti ini? Tidak! Kamu tidak boleh terpesona dengan laki-laki berengsek ini, Leona! Kamu tidak boleh dilemahkan oleh cinta!' batin Leona masih menyemangati dirinya sendiri.

Wajah William semakin dekat. Dan Leona sudah tak memiliki ruang untuk menghindar. Tangannya sudah bergetar, tapi ia meremasnya kencang agar kondisinya yang memprihatinkan ini tidak diketahui oleh William.

William terus memajukan wajahnya. Leona memejamkan matanya pasrah. Ia tak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh laki-laki itu. 

Apakah William akan membunuhnya? Atau dia akan menciumnya? Leona benar-benar tidak bisa menebak isi pikiran laki-laki itu.

"Jangan pernah menaruh hatimu padaku! Jangan berharap lebih! Aku mengizinkan kamu tinggal, bukan berarti kau boleh lancang menaruh hatimu padaku," bisik William dengan nada rendah, membuat Leona semakin kesulitan bernapas.

Cup

Napas Leona tercekat. Ia dapat merasakan sesuatu yang lembab menyentuh pipinya. Apa laki-laki itu baru saja menciumnya?

Apa maksudnya melarang Leona jatuh hati padanya, tapi satu detik berikutnya ia malah mencium pipi Leona seperti itu?

Apa yang sebenarnya diinginkan laki-laki bernama William Redorge itu?

"Kamu pikir aku menciummu karena aku tertarik padamu? Hmm.. jangan bermimpi! Aku hanya ingin membuktika padamu, tentang perasaan padaku. Kau menyukaiku, bukan?" bisik William sebelum akhirnya ia menjauhkan wajahnya.

Plakkk

Leona tak dapat lagi menahan kekesalannya. Ia mendorong William sekuat tenaga setelah sebelumnya ia menampar pipi pria itu.

"Dasar laki-laki berengsek!" teriak Leona kemudian berjalan cepat meninggalkan laki-laki yang masih membeku di tempatnya itu.

Setelah kepergian Leona, William mendengus kesal, "seperti ini tamparan seorang wanita? Dasar lemah," gumamnya.

"Mari aku tunjukkan apa arti kata berengsek yang sebenarnya pada gadis munafik itu. Permainan baru saja akan dimulai, Leona Russel," lirih William sembari menatap pintu kamar Leona yang baru saja ditutup dengan kasar.



***


Bersambung...


Aku mengajukan kontrak The Curse (Bahasa Indonesia) pada tanggal 25 Mei 2021 (setelah versi Bahasa Inggrisnya sudah acc).  Dan cerita ini akan dilanjut setelah keduanya benar-benar terkontrak. Jadi, yuk bantuin doa bagi yang nggak sabar sama kelanjutan cerita William dan Leona :)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status