Semenjak kunjungan terakhirnya ke rumah, Milly tidak lagi merasakan bahagia tinggal di pulau terpencil tersebut. Jetro yang memahami gejolak yang sedang Milly alami, tidak mengusiknya sedikit pun.
Seminggu berlalu dan Milly tidak keluar kamar sama sekali. Menginjak hari ke delapan, Jetro mulai tidak sabar. Sulit untuknya mentolerir sikap Milly yang bungkam dan menolak untuk bicara. Ketika mendesak Milly untuk membuka mulut, Jetro hanya mendapatkan tanggapan dingin. Wajah wanita itu kembali, dalam versi Jetro tentunya, tampak konyol juga menjengkelkan."Kehadiran ayah juga adikmu, bukan hanya membuatmu jadi aneh tapi juga mengubahmu menjadi pribadi yang getir! Lebih baik tidak usah kau temui mereka lagi!" Keputusan Jetro membuat Milly meledak."Kau hanya mengikatku sebagai istri! Bukan membeli hidupku secara keseluruhan, Jetro Six!" "Ya! Itu betul! Tapi kau buta! Dua manusia yang kau banggakan sebagai sumber kebahagiaan, sesungguhnya merekalah sumbTanah merah itu hanya terselimuti bunga yang ia dan Martin taburkan. Tidak ada sanak saudara yang datang dan memang mereka tidak memiliki kerabat dekat.Martin terpekur dengan wajah membeku dan tatapan mata kosong. Sejak bertemu dengan Milly, adiknya tidak berkata sepatah kata pun.Ada tatapan Martin yang terkesan menyalahkan kakaknya yang tampak tidak peduli sejak menikah dengan pria arogan tersebut.Langit mulai mendung dan hujan deras mungkin akan segera turun. Milly tidak berniat untuk meninggalkan tempat tersebut secepatnya.Martin bangkit dan tanpa mengucapkan kata, ia berjalan menjauh. Hati Milly semakin þerpuruk. Adiknya memperlakukan dirinya seperti orang asing.Virgo yang sedari tadi berdiri di kejauhan, mulai mendekat dengan dua buah payung yang entah kapan ia siapkan."Milly, hujan akan turun. Kita harus bergegas." Kalimat formal Virgo terdengar begitu lembut. Milly masih tertunduk dan menatap makam ayahnya. Hendra Gunawan,
"Virgo, jangan bercanda. Ini bukan waktu yang tepat untuk ....""Ini fakta, Milly Berliana!" potong Jetro yang sedari tadi terdiam, kini mulai turut andil.Istrinya berpaling dan menatap Jetro dengan napas sesak dan jantung berdebar."Iblis? Ba-bagaimana mungkin ... kalian ta-tampak normal," ucap Milly dengan susah payah.Virgo ingin menahan Jetro, tapi pria itu tidak peduli. Setelah berdiri dan menggulung lengan kemejanya, Jetro menjentikan jarinya. Muncul api kecil meliuk di atas telunjuknya seperti sihir mentalis yang sering ia saksikan di televisi."Itu tidak cukup bukti, maksudku, mentalis profesional akan dengan mudah melakukan hal tersebut, bukan?" Milly makin tampak gelisah serta mencoba menyangkal.Jetro tidak berhenti di situ. Lelaki itu kemudian mengubah wujud, serta menunjukkan bentuk aslinya dalam satu kedipan mata!Milly sontak berteriak ketakutan. Ia merapatkan tubuhnya ke sandaran sofa sementara tubuhnya gemetar.&nbs
Jawaban Jetro yang terlontar membuat Milly makin merasakan kemuakan. Mengetahui bahwa dirinya hidup bersama dua makhluk yang bukan manusia sepenuhnya, menciptakan kengerian begitu mendalam.Milly meningkatkan waspada dan selalu menjaga jarak dengan mereka. Semua yang biasa ia lakukan dengan Virgo, ditolak dengan halus.Memahami jika wanita tersebut sedang dalam proses penerimaan atas fakta yang mereka ungkapkan, Virgo membiarkan Milly untuk menikmati waktu sendiri.Sementara itu Jetro terus menyibukkan diri dengan urusan dengan kekacauan Sybil. Sudah beberapa kali ia mengalami serangan dan entah kenapa, Sybil semakin gencar dan bahkan mengetahui semua gerak geriknya selama ini.Permusuhan yang sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu, semakin meruncing. Sybil juga mencoba menghancurkan bisnis yang Jetro dan Virgo telah bangun selama ini."Aku akan mencoba menyelidikinya," pamit Virgo pada Jetro.Pria itu masih cukup ragu akan keper
Dalam kondisi lemah dan syok, Milly dirawat oleh Minerva dengan sangat baik. Terkadang demam menyerang dan Milly menggigil kedinginan.Jetro menengoknya diam-diam tanpa sepengetahuan Milly. Pada malam kritisnya karena luka di kepala yang baru mulai meradang, pria itu duduk di samping tempat tidur Milly sembari menenangkan.Jahitan sejumlah lima tisikan memang tidak seberapa. Namun kenyataannya, Milly sempat mengalami demam yang cukup parah.Selama Milly sakit, Jetro makin sering menemaninya. Biarpun hanya duduk dan memastikan Milly baik-baik saja, tapi Virgp bisa melihat bahwa Jetro sangat mengkhawatirkan wanita yang telah menjadi istri kontraknya.Empat hari berlalu dan Jetro tahu jika Milly sudah cukup membaik. Malam itu ia berpamitan untuk mengunjungi salah satu bisnis mereka. Virgo mengingatkan untuk tidak berlama-lama.Jetro membalas dengan tepukan pelan."Aku harus memutuskan rantai Sybil sepenuhnya."Virgo tahu dengan b
Milly melangkah masuk rumahnya dengan semangat. Ketika mencoba mencari kunci, pintu terkuak dan Prana muncul."Milly?" sapa Prana heran.Wanita itu tertegun. Sejak kapan Prana sering datang ke rumahnya?"Martin di mana?" tanya Milly mendadak tidak menyukai kehadiran Prana yang tidak pernah ia harapkan. Ada sesuatu dalam diri pria tersebut yang membuat Milly tidak nyaman."Dia ada di dalam. Aku hanya mengunjungi dan memastikan semua keadaan baik-baik saja," cetus Prana seraya memberi alasan yang membuat dirinya ada di rumah tersebut."Terima kasih, Dok. Aku masuk dulu," pamit Milly kikuk.Prana menyingkir ke samping dan memberi ruang untuk Milly berlalu."Martin!" Kakinya terus melangkah ke ruang dapur yang merangkap meja makan.Tangannya menyibak tirai kamar adiknya yang kebetulan ada paling belakang. Adiknya tidur dengan posisi miring dan mukanya menghadap ke tembok.Milly mengira Mar
Makan malam yang Milly harapkan bisa melunturkan kekakuan dan kebekuan hubungannya dengan Martin, berakhir menjadi semakin memburuk. Tidak pernah menyangka jika saat ini dirinya telah kehilangan Martin. Tidak ada yang bisa mengendalikan kemarahan Martin yang terlihat sudah melampaui batas. Prana sendiri terlihat serba salah. "Kita lanjut makan, Pran," ajak Milly dengan suara seperti tercekik. Prana tidak lagi berselera. Kesedihan Milly yang jelas tampak dari raut wajahnya, membuat Prana iba sekaligus bersimpati. "Kita beresin semua aja, Mill. Aku tahu perasaanmu. Jangan paksa diri terlalu kejam," tutur Prana. Milly akhir meletakkan sendok dan garpunya, lalu mulai terisak. Kedua telapak tangannya menutup wajah rapat-rapat. "Martin menjadi pribadi yang aku nggak kenal, Pran," keluh Milly tergugu. "Beri dia waktu," hibur Prana. Setelah memeras mata kuat-kuat, Milly memutuskan untuk tidak lagi menangis. Ini semua me
Virgo sempat khawatir ketika melihat Milly mendadak meminta menjemput malam itu. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya. Milly terlihat murung dengan wajah ditekuk. Selama perjalanan kembali ke pulau pribadi Jetro, keduanya tidak banyak bicara.Setelah tiba di villa, Milly memilih untuk berpamitan dan masuk ke kamarnya untuk menyendiri. Virgo tidak memiliki alasan yang tepat untuk menahannya. Dengan anggukan pelan, Virgo membiarkan Milly berlalu.Kini Virgo tidak lagi akan tinggal diam. Dia bisa merasakan ada kesedihan yang begitu mendalam pada Milly. Dengan langkah panjang, Virgo bergegas menuju ruangan Jetro biasa berada.Pria itu sedang sibuk menatap layar laptopnya dengan pandangan yang serius.“Virgo, sudah kembali?” sapa Jetro tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop.“Milly terlihat jauh lebih buruk dari yang terakhir,” sahut Virgo.Jetro tersenyum miring.“Sudah kukatakan sejak awal, kelua
Semangat untuk menjalani hidup yang baru memang tidak mudah untuk Milly. Terkadang kenangan akan adiknya kembali menyulut kecewa yang membuatnya resah. Ada ganjalan yang membuatnya tidak mampu merasakan damai.Virgo tahu mengenai hal tersebut. Namun untuk mengungkit, pria itu tidak berani. Milly sangat sensitif setiap membicarakan tentang masalah dengan adiknya, Martin.Sudah beberapa hari ini, Virgo sibuk memastikan tower yang khusus dia pesan untuk memperkuat sinyal di pulau pribadi Jetro berjalan seperti yang diharapkan. Setelah badai beberapa kali, tower tersebut sempat tidak berfungsi dengan maksimal. Kedatangan tehnisi yang memperbaiki sistem akhirnya berhasil dengan baik.Milly memekik gembira dan mengatakan akan memasak untuk Virgo sebagai hadiah.“Lain kali, Mill! Ingat, malam ini kau akan pergi untuk undangan pesta dengan Jetro,” tukas Virgo.Milly seketika terdiam. Ada rasa enggan yang menguasai hatinya. Dirinya jarang berkom