Kalila terdiam di kursinya dengan wajahnya yang terlihat gugup. Ya, memang begitulah perasaan setiap mahasiswa tingkat akhir saat menunggu hasil keputusan tugas akhir mereka. Seketika Kalila terbelalak terkejut saat melihat Janu sudah di hadapannya dengan menggenggam bouquet bunga.
“Hei, Sayang. Gimana sidangnya? Ini bouquet buat kamu.” Ucap Janu mengejutkan Kalila sembari memberikan bouquet bunga ke hadapan Kalila yang terlihat semakin gugup.
“Mas, kenapa tiba-tiba ada disini?!” Tanya Kalila dengan meninggikan suaranya
Kalila tidak suka jika terus-terusan di beri kejutan oleh Janu. Lagipula, Kalila adalah tipe yang memang sangat tidak suka dengan kejutan. Apalagi kejutan saat itu, akan sangat malu jika hasil sidang Kalila nantinya tidak sesuai harapan sementara Janu sudah terlihat menaruh harapan bahwa Kalila akan lulus.
“Loh, kan kamu sidang hari ini. Jadi, aku bawain kamu bunga deh.” Jawab Janu dengan santai
Kalila mengacak-acak rambutnya dan menatap Janu dengan tatapan frustrasi “Mas… Hasil sidang aku belum keluar. Kalo aku gak lulus gimana?” Jelas Kalila sembari mendengus kasar.
“Tenang aja, Lila. Ka—”
“Kalila Zetana.” Seorang laki-laki memanggil nama Kalila dari ruangan sidang dan seketika memotong pembicaraan Janu.
Kalila bergegas berdiri dari duduknya dan langsung menghadapi laki-laki itu “I-iya, Pak?”
“Silahkan masuk. Dosen sudah ada di ruangan untuk memberikan keputusan hasil sidang skripsi kamu.”
“Baik, Pak.” Kalila pun bergegas masuk ke dalam ruangan. Namun langkah Kalila terhenti tepat di pintu masuk ruangan saat Janu menggenggam tangannya dengan memutar balikkan tubuh Kalila.
Janu melempar senyum ke hadapan Kalila dan mengusap pipi wanita itu “Kamu pasti lulus. Jangan gugup. Everything will be okay.”
***
Janu sedari tadi menunggu Kalila dengan perasaan khawatir. Dia bisa saja menyemangati Kalila dan berusaha menenangkannya. Namun, di satu sisi Janu pun merasa khawatir terhadap hasil skripsi Kalila. Bukan, Janu bukan khawatir akan hasilnya, yang lebih Janu khawatirkan adalah respon Kalila saat hasilnya tidak sesuai dengan harapan wanita itu. Janu tidak ingin Kalila kecewa dengan dirinya sendiri.
Cklek!
Pintu ruangan sidang pun di buka oleh Kalila dengan eskpresi wajahnya yang murung dan terlihat kecewa.
“Lila… Gimana? Kamu lulus, kan?” Tanya Janu menghampiri Kalila.
Kalila menunduk dan tidak menjawab pertanyaan Janu, dia pun melangkahkan kaki perlahan dan meninggalkan Janu yang masih mematung di tempatnya.
Janu menghela napas dan bingung dengan Kalila. Apa jangan-jangan Kalila gak lulus? Batin Janu
Janu pun bergegas mengejar Kalila yang sudah terlihat menjauh dari tempatnya “Lila… Kenapa kamu menghindar? Kamu lulus, kan?”
“Kalo aku gak lulus gimana, Mas?” Tanya Kalila dengan memanyunkan bibirnya.
Janu menangkupkan wajah Kalila dan menatapnya dengan tatapan tulus “Kamu gak lulus? It’s okay, Lila. Jangan pernah takut untuk gagal. Orang sukses itu pasti pernah mengalami yang namanya kegagalan. Jangan down, ya. Nanti aku bakal ngebimbing kamu.” Jelas Janu
“Mas!! Siapa bilang aku gak lulus?” Ucap Kalila dengan mengernyitkan dahinya dan meninggikan nada suaranya
“Maksudnya?”
“Aku lulus dengan hasil yang memuaskan, Mas!! Aku dapet nilai A” Teriak Kalila yang langsung memeluk Janu
“Lilaaaa!!!” Seru Janu dan melepaskan tubuh Kalila yang tengah memeluk tubuhnya. Janu pun menangkupkan kedua tangannya di pipi Kalila “Jadi kamu ngerjain aku?” Tanya Janu membelalakkan matanya dan Kalila pun hanya mengangguk
“Bener-bener, ya, kamu.” Ucap Janu menghela napas dalam dan kembali membawa tubuh Kalila ke dalam pelukannya “I’m so happy for you, Lil.”
***
Janu dan Kalila tiba di salah satu tempat clubbing untuk merayakan kelulusan Kalila. Kalila terlihat memakai dress berwarna merah yang di belikan oleh Janu. Dress itu terlihat sangat cantik di padukan dengan lekukan tubuh Kalila yang sangat seksi. Ditambah lagi bibir penuh Kalila yang di olesi lipstick merah pun menjadikan dia wanita yang tampak sangat sensual.
Janu menggandeng tangan Kalila seakan tidak ingin melepaskan tangan wanita itu. Dia pun terlihat bahagia sekali menunjukkan kepada dunia bahwa Kalila adalah wanitanya.
Langkah kaki Kalila terhenti saat dia dan Janu ingin memasuki club. Sebuah tempat dengan dentuman musik yang sangat keras dan suasananya yang sesak membuat Kalila tidak nyaman dengan suasana itu.
“Kenapa, sayang?” Tanya Janu menatap Kalila dengan tatapan Janu yang sedari tadi masih terpesona dengan wanita itu.
“Aku belum pernah masuk ke tempat kaya gini, Mas. Kita ke café aja yuk.” Ucap Kalila sembari memanyunkan bibirnya seperti anak kecil.
“Gapapa, sayang. Ada aku. Lagian temen-temen aku juga udah nungguin kamu.” Ucap Janu membujuk
Kalila pun akhirnya menyetujui Janu. Lagipula, dia juga sudah percaya sepenuhnya dengan Janu.
Sesampainya di dalam club, Kalila di sambut hangat oleh teman-teman Janu. Dia pun di ajak berbincang oleh teman Janu saat Janu terlihat harus menemui rekan kerjanya yang kebetulan ada di tempat itu.
“Mau minum, gak?” Tanya Doni yang tengah berdiri di hadapan Kalila sembari memberikan minuman alkohol kepadanya.
“Ng-nggak. Aku gak minum.” Jelas Kalila dan dia pun memberikan jarak agar tidak terlalu dekat dengan Doni.
Pacar Doni, Reva, yang duduk tepat disamping Kalila pun tertawa terbahak-bahak saat mendengar jawaban dari Kalila “Hahaha, ayolah!! Pacar Janu tuh pasti selalu minum.”
Deg!
Hati Kalila bergemuruh saat mendengar pernyataan dari Reva. Pernyataan yang seakan membuat dirinya di bandingkan dengan masa lalu kekasihnya itu.
Tiba-tiba terpikir pula oleh Kalila bahwa dia bukanlah orang yang tepat untuk Janu. Kebiasaan Janu sangat berbanding terbalik dengan Kalila yang berasal dari keluarga yang penuh dengan norma dan aturan adat.
Apa memang Bang Adam mengkhawatirkan hal ini? Batin Kalila.
Disisi lain, Janu yang berbincang dengan rekan kerjanya pun tiba-tiba melihat Kalila dari jarak jauh ditawarkan minuman beralkohol oleh Doni. Sontak, hal itu membuat Janu khawatir karena dia sudah berniat untuk tidak menjerumuskan Kalila dengan dunianya.
Janu terlihat memutuskan percakapan dengan rekan kerjanya dan langsung menyusuli Kalila.
“Jangan pernah ganggu Kalila. Dia wanita yang berbeda dari yang lain.” Tegas Janu sembari mengambil minuman beralkohol yang ada di tangan Doni saat Doni masih saja membujuk Kalila
Janu menoleh ke sampingnya dan menatap Kalila sembari mengusap pipi wanita itu “Sayang, kamu mau minum apa?”
“Air mineral aja, Mas.” Ucap Kalila dengan tatapan kagum saat melihat Janu mengkhawatirkannya seperti itu. Janu pun mengangguk sembari melemparkan senyum kepada Kalila.
Sementara Doni menertawakan Janu terbahak-bahak dan keheranan atas sikap yang di berikan Janu kepada Kalila “Sejak kapan lo bersikap kaya gini sama cewe?” Bisik Doni kepada Janu, namun masih saja tetap menertawai laki-laki itu. Janu tidak menjawab pertanyaan Doni dan dia pun langsung meneguk minuman yang dia ambil dari tangan Doni tadi.
Jelas saja Doni dan teman-teman Janu yang lain keheranan melihat perubahannya seperti ini. Bagaimana tidak, Janu adalah laki-laki yang tidak pernah peduli dengan wanita yang pernah dia kencani. Hal itu karena dia memandang fisik wanita hanya untuk kepuasan semata.
Hal itu pula yang selama ini ditakuti oleh Adam. Tidak bisa di pungkiri, Adam mengakui bahwa dia memiliki adik yang sangat cantik. Kecantikan yang memang menjadi incaran Janu dan teman-temannya.
Kehilangan pasangan hidup untuk selamanya bukanlah hal yang mudah. Hal itu pula yang saat ini di rasakan oleh Janu. Saat ini, kehilangan Kalila adalah suatu hal yang paling tidak mungkin untuk di cari.Sudah beberapa hari dari kepergian Kalila, Janu tidak pernah melahap makanannya. Hanya satu sampai dua sendok saja untuk menahan lapar.Setiap harinya, Janu selalu menghabiskan waktu di kamar dengan memandangi foto Kalila dan juga album kenangan yang mereka ciptakan bersama.“Pa, makan dulu. Nanti Papa sakit.”“Papa cuma butuh Kalila.”“Pa, jangan kaya gini. Ikhlasin Mama. Mama udah nulis di surat itu kalo Papa harus ikhlasin Mama.” Tegas Radit kepada Janu.“Mama kalian cantik banget, ya. Selain itu dia wanita yang kuat, tulus, sabar. Papa beruntung punya Kalila di hidup Papa.” Ucap Janu tanpa merespon pernyataan Radit sembari mengusap foto Kalila.“Iya, Pa. Kita paham. Papa makan du
“Lila… Makan dulu, yuk. Aku coba buatin kamu sup ayam.”“Kalila… kamu kecapean ya? Mau makan nanti aja?” Tanya Janu sembari mengusap kepala Kalila. Namun Kalila belum juga bangun dari tidurnya.“Lila…” Ucap Janu lembut. Janu merasa aneh dengan tubuh Kalila yang sedari tadi tidak merespon apa pun, wajahnya pucat serta tubuhnya terasa sangat dingin.“Kalila….”“Dokter Adrian, Kalila kenapa???” Teriak Janu dan sontak dokter Adrian dan suster pun bergegas menuju ke kamar Kalila diikuti dengan Radit dan Dila“Sebentar, Pak.” Ucap Adrian dan langsung memeriksa Kalila.Dokter Adrian menghela napas, dia menatap Janu dengan tatapan iba, seakan tidak tega untuk memberitahu kebenaran kepada pria yang berumur tujuh puluh tahun itu. “Pak Janu…” Ucap Dokter Adrian dengan bersusah payah menelan ludahnya “Ibu Kalila sudah pergi mening
Tidak terasa sudah beberapa tahun Kalila dan Janu menjadi suami istri sah dan juga tinggal di rumah Janu yang megah itu. Hingga saat ini, anak mereka yang kedua, yaitu Dila. Harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan gelar sarjananya di London, mengikuti jejak Radit.“Ma, Pa… Dila pergi dulu, ya.” Ucap Dila sembari memeluk Janu dan juga Kalila.“Hati-hati, ya, sayang. Titip salam sama Mas kamu.” Jelas Kalila yang selalu saja mengingat Radit. Dila pun pergi ke bandara dengan sopir pribadinya yang sudah menunggu di halaman rumah.Janu menghela napas saat mobil yang mengantar Dila sudah tidak lagi terlihat dari halaman rumah mereka “Aku seneng banget bisa lihat perkembangan anak kita sama-sama yang bahkan udah merantau sekarang. Makasi ya sayang udah mau ngerawat dan ngejaga anak kita khususnya Radit.” Jelas Janu sembari merangkul Kalila dengan mata Kalila yang tampak sembab akibat melepas anak perempuannya untuk
“Aku benci kamu, Mas Janu. Pergi dari sini!!!” Teriak Kalila kepada Janu sementara Radit menahan tubuh Kalila yang sedari tadi ingin memukuli Ayahnya.“Lila, aku sayang kamu. Kita udah baikan, sayang. Aku gak pernah tinggalin kamu lagi.” Lagi-lagi, Janu tidak pernah menyerah menyebutkan kalimat itu.Dila mendekati Kalila dan Radit yang tengah susah payah menahan tubuh Kalila.“Kamu siapa?” Kalila melontarkan pertanyaan itu kepada Dila dan sontak hal itu membuat Dila terbelalak terkejut.“Aku Dila, Ma. Anak Mama.” Ucap Dila sembari mencoba menyentuh tangan Kalila.“Nggak!” Seru Kalila sembari menghempaskan tangan Dila kasar “Anak aku Cuma Radit. Kamu pasti orang suruhan Mas Janu buat ambil Radit dari aku, ‘kan?”Dila menatap Kalila dengan tatapan kecewa, bagaimana bisa Kalila hanya mengingat Radit? Apakah dari dulu Radit memang selalu jadi anak kesayangan Kalila? Di
Kalila akhirnya menikah dengan Janu, namun bukan pernikahan seperti ini yang di impikannya dulu. Dia memimpikan pernikahan dimana keluarganya masih ada di sampingnya. Satu-satunya keluarga yang dia punya saat ini hanyalah Rangga, Adiknya.Pernikahan Janu dan Kalila di adakan di rumah orangtua Janu, rumah Rostiana dan juga peninggalan Gunadhya. Pernikahan yang di gelar pun tampak sederhana dan hanya beberapa kerabat terdekat saja yang hadir dalam acara pernikahan itu, seperti permintaan Kalila. Bertolak belakang dengan Janu yang menginginkan pernikahan yang mewah. Namun, apa pun itu, dia menurunkan egonya, yang terpenting dia bisa hidup bersama Kalila.“Hei, kak. Kenalin ini pacar aku. Namanya Mentari.” Ucap Rangga yang sudah berada di hadapan Kalila dengan menggenggam tangan MentariKalila pun terbelalak terkejut melihat adiknya itu menggandeng tangan seorang wanita di hadapannya “Loh… Bukannya---” Seketika pembicaraan Kalila
Ruangan sidang pengadilan, sebuah ruangan dimana setiap orang selalu mengadu nasib atas permasalahan yang di hadapi dan juga nasib mereka yang berada pada keputusan hakim yang selalu memutuskan setiap perkara yang mereka miliki.Ya, Kalila sedari tadi tengah memperhatikan penjelasan Rangga yang sedang menyelesaikan kasus kliennya. Mereka berdua terlihat sangat professional tanpa memandang latar belakang sebagai keluarga.Setelah persidangan selesai, Kalila dan Rangga pun bertemu di salah satu restaurant untuk makan siang bersama seperti yang sudah mereka janjikan."Kakak yakin balikan sama Mas Janu?" Tanya Rangga saat dia tengah mengunyah nasi ayam."Iya. Aku balik demi Radit." Ucap Kalila namun tatapannya kosong.Rangga bukanlah anak kemarin sore yang bisa di bodoh-bodohi dan di bohongi seperti itu. Apalagi, tuntutan pekerjaan Rangga yang sudah menggeluti dunia hukum dan bertemu banyak kasus akan sangat mudah sekali melihat hati Kalila ba