Datangnya pihak ketiga dalam rumah tangga bukan hanya kesalahan dari orang lain. Tanpa di sadari kesalahan sendiri yang membuat itu terjadi, inilah yang terjadi dalam rumah tangga Diandra dan Andre.
Diandra dengan santainya memperkenalkan Selvia pada suaminya saat mereka makan malam bersama. Menganggap suaminya akan selalu setia tak tergoyahkan dengan wanita lain. Selvia mencuri pandang pada Andre, ia ingin mengetahui bagaimana reaksi Andre saat melihat dirinya yang berada satu meja dengannya. "Mas ini Selvia, teman aku waktu kuliah dulu," ujar Diandra. "Iya," jawab Andre dingin. Diandra menjadi tak enak sendiri, ia merasa khawatir dengan reaksi suaminya yang dingin. "Mama... aku mau makan itu," tunjuk Keira kearah ayam goreng kesukaannya. "Iya Kei, kalau kakak mau yang mana Nak?" tanya Diandra pada putranya. "Sama aja kaya punya Kei, Ma." "Sel, ayo di ambil makanannya. Jangan cuma menatapnya saja, ntar ga kenyang loh," ujar Diandra. "Ooh... Di. Maaf yaa." Selvia mengambil makanan dengan tak enak. Ia masih terus mencuri pandang pada Andre, tapi lelaki tersebut hanya menunjukan wajah tanpa ekspresi, datar dan dingin. Makan malam kali ini terasa berbeda tak seperti biasanya. Diandra menyadari hal tersebut, ia mengerti mungkin suaminya tidak nyaman ada Selvia di antara mereka. Diandra memeluk Andre dari belakang, Andre menghela napasnya. Ia memegang tangan istrinya yang memeluknya erat, ada perasaan bersalah menggelayut di dalam hatinya. "Mas... kenapa kok cuma diam aja?" tanya Diandra lembut. "Aku lelah." "Mas walaupun kamu lelah ga biasanya begini deh." Andre menarik tubuh Diandra kehadapannya, sekarang posisi mereka saling berhadapan. Andre membelai lembut rambut panjang istrinya, ia khawatir takut salah peluk lagi. "Maaf." Hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari bibir Andre. "Maaf kenapa Mas?" "Pokoknya Mas minta maaf." "Ga salah kok minta maaf sih Mas." "Memang ga boleh kalau aku minta maaf sama istri sendiri? Terkadang manusia sering berbuat salah tanpa disadarinya." "Aku juga minta maaf yaa Mas." "Loh sekarang gantian kamu yang minta maaf. Kenapa sayang?" "Aku ikut - ikutan Mas aja. Mas minta maaf aku juga minta maaf." "Kamu yaa memang sukanya begitu, dasar cerewet." Andre mencubit pelan hidung istrinya yang bangir. "Iiih Mas sukanya gitu deh," ujar Diandra dengan memajukan bibirnya, membuat Andre gemas sendiri ingin melumat bibir mungil istrinya. Keinginan Andre seperti bisa terbaca oleh Diandra, ia menjijitkan kakinya merangkup kepala Andre dan melumat bibir suaminya dengan mesra. Ciuman - ciuman lembut membalut bibir mereka, saling berciuman dan tersenyum di sela - sela kegiatan mereka yang saling bertukar saliva. "Mama... papa...," suara Keira terdengar nyaring seiring pintu kamar yang terbuka. Dengan refleks Andra dan Diandra saling menjauhkan wajah mereka. Mereka berdua tertawa seperti inilah rumah tangga yang mereka jalani, terkadang kemesraan tertunda saat anak datang mengganggu. Andre melihat putri bungsunya datang ke kamar dengan wajah berlinangan air mata. "Kei, kenapa Nak?" tanya Andre. "Kakak nakal Papa. Aku kan lagi main boneka-bonekaan sama Tante Selvi terus Kakak datang dengan pedang berantakin mainan aku," adu Keira pada Andre. "Mungkin Kakak pengen main juga sama Keira." "Aku ga mau main sama Kakak, Kak Richie sukanya main pedang-pedangan. Aku ga suka," ujar Keira masih terus menangis. "Maaf Di," ujar Selvia yang tiba - tiba muncul di pintu kamar Diandra. "Tanya aja sama Tante Selvi, tadi Kak Richie ganggu." "Ga apa-apa Sel, biasalah anak-anak suka berantem," ujar Diandra. Wajah Andre yang tadi tersenyum berubah menjadi tegang. Entah kenapa kehadiran Selvia diantara mereka membuatnya tak nyaman, ia khawatir Selvia memberitahukan kejadian tadi siang pada Diandra. Ia sendiri pun tak ada keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada istrinya. "Ayoo Kei main sama Tante lagi," ajak Selvia. "Aku ga mau. Aku mau nya sama Papa." "Tuh kan, si cerewet ngadu lagi. Dasar tukang ngadu, cengeng," ejek Richie yang berlari masuk ke dalam kamar. "Richie ga boleh berkata seperti itu sama adikmu," tegur Andre. Andre menghabiskan waktunya bermain bersama Richie dan Keira, tanpa memperdulikan Selvia yang melihat. Selvia memperhatikan interaksi Andra dan anak - anaknya. Andre tampak sangat mengayomi keluarganya, hal tersebut membuat hati Selvia berdesir. Ia semakin penasaran pada Andre. Diandra melihat tatapan Selvia pada Andre merasa aneh. Kenapa Selvi ngeliat Mas Andre kaya gitu ya, ga mungkin lah Selvi mau aneh - aneh sama suami aku. Dia dan aku sesama wanita apa lagi kami bersahabat, mungkin ini cuma perasaanku aja. Ucap Diandra dalam hatinya. Malam harinya terdengar dengan samar-samar suara desahan demi desahan dari kamar Diandra. Selvia tak sengaja mendengar suara-suara tersebut, apa lagi saat mendengar suara erangan kenikmatan yang panjang dari Andre membuatnya membayangkan lelaki itu berhubungan intim dengan dirinya. Selvia kesal sendiri, ia juga ingin merasakan menikmatnya surga dunia. Ia membayangkan Andre yang menyentuh dirinya. **** Pagi harinya sebelum Andre berangkat kerja, Diandra ingin menceritakan maksud dan tujuan Selvia ke rumah mereka. "Mas aku bisa minta bantuan ga?" tanya Diandra. "Bantuan apa Di? "Ini Mas aku mau minta tolong, Mas bantuin Selvi." "Maksudnya apa Di?" "Begini Mas. Selvi menawarkan asuransi untuk kita." "Ga usah. Kita kan udah ada asuransi sendiri." "Tapi, kasihan Mas. Dia baru bercerai dari suaminya, ga ada penghasilan. Suaminya selingkuh terus mereka bercerai." "Terus apa hubungannya sama kita?" "Aku ga tega Mas. Tolonglah Mas ikut asuransinya Selvi." Andre menghela napasnya, ia tak tega melihat wajah istrinya yang memohon. "Yaa sudah, kamu urus aja asuransi lagi buat Richie dan Keira." "Terima kasih Mas. Mas memang yang terbaik. Saranghae Mas." "Kumat lagi deh sama korea nya, sarang semut." "Iih Mas bisa aja deh." Setelah Andre pergi kerja, Richie dan Keira juga berangkat sekolah. Diandra berbicara dengan Selvia. "Sel, suamiku setuju untuk asuransi di kamu." "Benarkah Di? Aduuh aku seneng banget. Makasih yaa Di." "Sama-sama Sel." "Di boleh minta nomor ponselnya Andre ga?" "Hmm buat apa Sel?" "Suamimu kan banyak kenalan tuh, aku mau minta tolong dikenalin gitu sama teman kerjanya atau karyawannya siapa tahu ada yang mau asuransi ke aku." "Ooh iya bener juga, ini nomor Mas Andre." Diandra memberikan nomor ponsel Andre pada Selvia. "Makasih yaa Di." Diandra tersenyum, ia merasa senang bisa membantu Selvi. Tanpa ia ketahui bahwa Selvia memiliki maksud dan tujuan tertentu pada Andre.Kebahagiaan seorang ibu terletak pada anaknya, bahkan seorang ibu akan mengorbankan dirinya sendiri demi sang buah hati. Seperti Diandra, ia tak akan menyerah untuk menjadi seorang single parents demi Richie dan Keira. Ia akan berjuang membesarkan putra putrinya demi kehidupan yang lebih baik. Hari ini Diandra sangat bahagia. Richie akhirnya bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya yang baru bahkan sekarang putranya lulus Elementary School atau sekolah dasar di London. Tidak terasa juga ternyata sudah setahun berlalu semenjak pernikahannya kandas dengan Andre. "Selamat yaa sayang sudah lulus Elementary School sebentar lagi Kakak akan jadi siswa Junior High School," ucap Diandra memberikan semangat pada Richie. "Kakak malah inginnya langsung Senior High School atau masu
Dengan tatapan marah Bobby memandang Selvia. Wanita yang tidak tahu diri tersebut berani - beraninya mengganggu segala aktivitasnya yang sedang melakukan hubungan intim dengan Tyas. "Mas, aku harus bagaimana?" tanya Tyas. "Pakailah bajumu, nanti kita bicara lagi yaa sayang," ucap Bobby dengan lembut pada Tyas. Mendengar ucapan Bobby yang lembut pada Tyas membuat Selvia makin marah. Laki - laki yang menjadi kekasihnya itu sudah berani berselingkuh darinya. "Dasar perempuan murahan!" teriak Selvia. "Mas, aku takut," ujar Tyas. "Tenanglah sayang, ada Mas di sini yang akan selalu melindungimu dan calon anak kita." Tyas mengangguk
Satu tahun kemudian Hari demi hari telah berganti, waktu terus berlalu, dan kehidupan Selvia juga berbeda. Pagi Selvia terbangun dalam perlukan seorang pria. Dengan senyuman bahagia ia menatap pria berbadan atletis yang mendekapnya. "Bang, kapan janjimu untuk membelikan aku rumah? Aku 'kan pengen punya rumah," ujar Selvia dengan suara manja. "Nanti yaa ... sabar dulu sebentar saja. Setelah proyekku ini tembus kamu mau minta apapun yang kamu inginkan akan aku belikan," ucap Bobby membelai buah dada Selvia yang membusung menantang saat ia menjamahnya. "Hanya satu rumah saja Bang. Please berikanlah aku sebuah rumah." "Jika proyek kerjasama ku dengan perusahaan asing berhasil kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan. Jangan
Tiga hari kemudian Andre menuju kantor Bobby dengan khawatir dan putus asa. Ia sudah tidak memiliki apapun lagi, mobilnya sudah ia gadaikan untuk membayar uang kos dan biaya makan. Ia juga membeli sebuah motor bekas agar ia bisa ke sana sini salah satu menuju ke perusahaan Bobby. Ia sudah mencari tahu tentang Necotech yang ada di Jerman, tapi ternyata perusahaan tersebut sudah lama gulung tikar. Betapa bodohnya ia langsung percaya dan tidak menyelidiki dulu tentang Necotech. Selama tiga hari juga Bobby tidak dapat ditemuinya. Kali ini ia sengaja menunggu dari subuh kedatangan sahabatnya itu ke kantor dengan berbekal nasi bungkus untuk mengganjal perutnya yang lapar. Ia harus berhemat, tidak bisa makan seperti dulu lagi, kehidupannya jauh berbeda dibandingkan dulu. Tak sengaja Andre melihat seorang anak yang sedang disuapi bapaknya. Matanya berkaca - kaca teringat pada Richie dan Keira.
Keesokan harinya Selvia terbangun dengan merasakan sakit disekujur tubuhnya. Sangat sakit hingga ia tak mampu untuk bangkit dari lantai. Ia menangis sendirian di apartemennya, tak menyangka hidupnya akan seperti ini. Dulu ia sering di pukulin oleh Yulius, mantan suaminya sekarang Andre pun melakukan hal yang sama. "Kenapa ini semua terjadi padaku? Ini semua tidak adil. Aku hanya ingin bahagia, aku hanya ingin sedikit saja dilindungi bukan untuk disakiti seperti ini," ujar Selvia dengan air mata menetes dipipinya. Sakit. Sakit sekali hati dan tubuhnya. Dengan tertatih - tatih ia mengambil ponselnya menghubungi pria yang ada di dalam benaknya. "Hallo Rido," sapa Selvia. "Siapa ini?" tanya Rido. "Aku Selvia Kirana." "Wow, s
Hari sudah menjelang pagi, matahari sudah terbit di ufuk timur memancarkan cahaya yang menyilaukan mata seorang pria yang tertidur di sofa ruang tamu menunggu wanitanya yang tak kunjung kembali. Andre terbangun melirik jam diponselnya yang sudah menujukkan pukul 7 pagi. Ia pun menatap pintu apartemen berharap Selvia pulang, tapi ternyata itu hanyalah harapan semu. Selvia tak kunjung pulang. "Sepertinya dia memang berselingkuh," ujar Andre dengan kecewa. Dering ponsel membuat Andre terkejut. Ia berharap Selvia yang menghubunginya, tapi ternyata Bobby. "Hallo Bob," ujar Andre. "Jangan lupa pagi ini kita ada rapat membahas kelanjutan yang kemarin," ucap Bobby. "Ok Bro." Waktu s