Kehidupan memang tak selalu indah terkadang juga pahit. Ada kalanya dalam hidup bisa menghadapi kejadian yang tidak mengenakan, bisa membuat suasana hati menjadi buruk. Ini lah yang dirasakan Selvia. Ia menghubungi Yulius, memohon pada sang mantan suami untuk diijinkan bertemu dengan putra semata wayangnya, tapi hanya kekecewaan yang ia rasakan.
"Kamu pikir aku akan dengan mudah mempertemukan anakku dengan wanita seperti kamu?" ujar Yulius. "Aku mohon padamu Ius, tolonglah aku. Sudah 2 bulan aku tidak bertemu dengan Kenzo, sekali saja pertemukan aku," ujar Selvia. "Tidak!" "Yulius...." Selvia hanya bisa menghela napas saat Yulius memutuskan sambungan komunikasi mereka. Ia heran kenapa Yulius begitu membencinya? Mereka sudah bercerai dan Yulius saja telah memiliki kekasih. Selvia memandangi wajahnya di depan cermin, ia melihat wajahnya yang sembab akibat menangis seharian merindukan Kenzo, anaknya. Selvia memutuskan untuk beristirahat di apartemen kecil yang disewanya, memejamkan matanya sambil memandangi wajah putranya dari layar ponsel. ***** Hari semakin siang sinar matahari seakan menyengat dan membakar kulit putih Selvia. Ia mempercepat langkah kakinya menuju perusahaan Andre. Ia ingin bertemu dengan suami sahabatnya dan ingin bertanya tentang kejadian beberapa hari yang lalu saat lelaki itu membelai kedua gunung kembarnya. Selvia menunggu di lobby perusahaan, mencoba menghubungi ponsel Andre, tapi tak ada jawaban. "Nih laki-laki kok nyebelin banget ya," ujarnya kesal. "Aku kirim pesan akh... biar dia ngerti." Selvia : Selamat siang Andre. Ini aku, Selvia teman Diandra, aku sekarang ada di lobby perusahaanmu. Aku ingin bertemu denganmu. Ooh iya aku penasaran dengan reaksi Diandra jika tahu kalau suaminya sudah ... wanita lain di dalam kamarnya ya? Selvia melihat layar ponselnya dengan harap-harap cemas. Ia berharap Andre membalas pesannya, tapi ternyata Andre menghubunginya. "Apa maumu?" tanya Andre dingin. "Ga banyak mau ku. Aku hanya ingin bertemu denganmu walau hanya sebentar." "Aku tidak bisa." "Serius kamu ga bisa Andre. Aku penasaran dengan wajah istrimu yang polos itu kalau tahu suaminya..." "Oke... oke... kamu naik ke atas. Bilang sama resepsionis kalau kamu tamu ku." "Oke." Selvia menyunggingkan bibirnya, ternyata semudah itu bertemu dengan Andre. Ia mengira Andre akan menyuruh pihak keamanan untuk menyeretnya keluar dari perusahaannya. Andre merasa cemas sendiri dengan kedatangan Selvia, ia khawatir jika Diandra mengetahui kedatangan Selvia di kantornya yang bisa membuat istrinya salah paham. Andre menutup matanya sendiri, sudah beberapa hari ini dia terbayang-bayang saat kejadian yang tak di sengaja itu di dalam kamar pribadinya. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Andre, Selvia masuk ke dalam ruangan dengan senyuman yang terukir indah di wajahnya. Andre melihat penampilan Selvia yang tampak berbeda. Harus ia akui Selvia memang sangat cantik bahkan lebih cantik dari istrinya, Diandra. "Kenapa kamu memandangiku terus? Aku ga akan pergi kemana-mana asal kamu mempersilahkan aku duduk di sofa mu itu." Selvia menujuk kearah sofa berwarna hitam yang ada di ruangan Andre. "Si–silahkan duduk," ujar Andre gugup. Sial! Kenapa aku bisa terpesona dengan wanita ini. Rutuk Andre di dalam batinnya. Selvia yang sudah mengerti gerak-gerik Andre yang seakan terpesona dengan kecantikannya, semakin membuatnya ingin menggoda lelaki itu. "Kamu hanya akan memandangi aku dari kejauhan. Duduk sini dong," ujar Selvia menepuk sofa di sampingnya. "Aku di sini saja." Andre berbicara dari balik meja kerjanya. "Ruanganmu bagus dan besar ya bahkan lebih besar dari apartemen studioku," ujar Selvia melihat kesegala arah ruangan Andre. "Terima kasih dan sekarang kamu ga usah basa-basi lagi, apa maumu?" "Mau ku?" "Iya apa mau mu?" "Ga banyak yang aku mau, aku hanya ingin kamu mengenalkan aku dengan rekan kerjamu yang kaya agar aku bisa menawarkan asuransi pada mereka." "Hanya itu mau mu?" "Apa kamu mau aku melakukan hal yang lain Andre?" "Apa maksudmu?" "Ayolah Andre jangan seperti bocah deh. Masa kamu ga ngerti dengan maksudku. Tapi, kalau kamu ga ngerti aku akan menghubungi Diandra dan mengatakan kalau su—" "Stop! Hentikan semuanya Selvi! Kalau kamu mau seperti itu aku akan menghubungi temanku." "Nah gitu dong. Mudahkan." Andre mengeraskan rahangnya menahan emosinya menghadapi Selvia. Wanita ini pintar memanfaatkan kelemahannya. Andre menghubungi temannya yang ia tahu memang suka bermain api dengan wanita, ia yakin Selvia tidak hanya menawarkan asuransi. Selvia melihat wajah Andre yang menahan marah, ia tahu lelaki itu tak suka diancam secara halus. Tapi, mau bagaimana lagi ia keuangannya semakin menipis. Apapun akan ia lakukan demi mendapatkan keinginannya. "Nanti jam 9 di Central karaoke," ujar Andre. "Hmm... apa harus ke karaoke? Apa tidak bisa di restoran atau apa gitu," ucap Selvia resah. "Bukan urusanku." Selvia melihat Andre dengan kecewa, apa lelaki itu tidak tertarik dengannya? "Kenapa kamu belum pergi juga?" "Ooh maaf... aku akan pergi." "Selvi jangan kamu mengira kejadian di kamar itu akan selalu ku ingat. Aku malah sangat menyesal melakukan sudah menyentuhmu." "Aku ga apa-apa kok Ndre. Aku malah suka kamu sentuh seperti itu." Andre mengernyitkan dahinya melihat Selvia dengan heran. "Ga usah kamu pikir Ndre, kamu memang lelaki yang baik." Selvia melangkahkan kakinya keluar ruangan Andre dengan raut wajah kecewa. Yang ia inginkan Andre bukan lelaki yang lain. "Sel." Andre memanggil Selvia. Selvia mengulum bibirnya, ia merasa bahagia saat Andre memanggil namanya. Ia dengan cepat berbalik melihat Andre. "Berapa nomor rekeningmu?" tanya Andre. "Kenapa menanyakan nomor rekeningku?" "Sudah jangan banyak bicara katakan berapa nomor rekeningmu." Selvia menyebutkan nomor rekeningnya, Andre mengetik di ponselnya nomor rekening Selvia. "Silakan kamu pulang." "Terima kasih sudah membantuku." Andre tidak menjawab perkataan Selvia. Selvia menghela napasnya dengan raut wajah yang kecewa terlihat jelas di mata Andre. Selvia menuju mobilnya dengan langkah gontai, ia duduk di jok mobil tanpa semangat. Sebuah pesan datang di ponselnya. Aku harap uang ini cukup untukmu supaya tidak mengungkit apapun yang pernah terjadi. Ini pertemuan pertama dan terakhir kita tanpa Diandra. Terima kasih. Selvia dengan cepat melihat aplikasi ABC Mobile di ponselnya. Wajahnya yang tadi kecewa sekarang berubah saat melihat nominal uang 50.000.000 yang telah di transfer Andre padanya ke rekening tabungannya. "Laki-laki ini makin membuatku semakin ingin memilikinya," ujar Selvia dengan berbagai macam rencana di dalam pikirannya.Mungkin takdir memang tidak bisa selalu seperti keinginan kita. Setiap jodoh, maut, karir berbeda - beda tiap orang. Ada yang hidup memiliki segalanya, tapi ada juga yang tak beruntung. Kerja keras dan berdoa salah satu cara untuk merubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Selvia tersenyum tipis melihat cermin. Apakah salah jika ia ingin hidup seperti orang yang memiliki segalanya? Atau ia hanya bisa menatap iri pada orang yang memiliki segalanya. Ia ingin mendapatkan semua yang diinginkannya walau harus dengan cara yang kurang baik. Yang penting baginya bisa mendapatkan semuanya dan tujuannya tercapai. Ia pun menghela napasnya dengan berat, ia memoleskan lipstik berwarna merah di bibirnya, memberikan bedak dan perona pipi di wajahnya, menyemprotkan parfum di lengan dan lehernya. Ia harus bisa berpenampilan menarik agar bisa memikat hati Bobby, rekan kerja Andre. &nbs
Malam semakin larut, jarum jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Seorang wanita tidak bisa tidur menunggu pria yang di cintai pulang. Diandra melihat jam yang ada di nakas samping tempat tidurnya. "Kenapa ponsel Mas Andre ga bisa di hubungi yaa." Diandra sibuk menelepon Andre, tapi tidak ada jawaban. "Aduh Mas, kamu di mana sih. Aku jadi khawatir sendiri." Diandra turun ke bawah menuju ruang tamu, ka berharap suaminya segera kembali. Sambil menunggu sang suami pulang ia melihat ponselnya membaca novel Miss L yang Selena story of my life. "Sialan si Devan itu, kalau aku jadi Selena udah ku kasih racun dia," ujarnya dengan emosi. "Semoga Mas Andre ga kaya si Devan. Kalau sampai kaya gitu awas aja!" Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 2, Diandra makin gelisah suaminya tak kunjung pulang. Ia pun tertid
Diandra mencoba untuk menenangkan dirinya, ia berusaha untuk tidak berpikiran negatif pada Andre. Walaupun sulit ia akan mencoba untuk percaya. "Aku harus percaya sama Mas Andre, tak mungkin Mas Andre akan melakukan kesalahan yang sama," ucapnya mencoba menyakinkan dirinya sendiri. Di saat Diandra berusaha untuk mempercayai suaminya. Andre malah melakukan hal yang sebaliknya. Lelaki yang memiliki dua orang anak tersebut sedang berciuman mesra di hotel dengan Selvia. "Maaf Mas, aku ga tahan baru sebentar saja sudah merindukanmu," ucap Selvia saat mereka melepaskan tautan bibir. Andre tersenyum. Ia membelai surai Selvia dengan lembut. "Aku juga merindukanmu, Sel." Mata Andre dan Selvia saling beradu pandang. Gelora gairah ter
Menyembunyikan sesuatu yang dapat membuat hidupmu tidak tenang hanya akan meninggalkan rasa bersalah di dalam hati, kegelisahan, ketakutan, dan terus merasa bersalah. Hal tersebut di rasakan Andre sekarang, sudah tiga hari ia selalu bertengkar dengan Diandra hal tersebut membuat kepalanya pusing. Ia memang berselingkuh, tapi ia berusaha untuk bersikap adil. Ia selalu pulang ke rumah walau sebelumnya mampir ke apartemen sang kekasih. Seperti malam ini, ia dan Selvia makan malam di salah satu restoran. "Sayang, makannya kok ga semangat?" tanya Selvia. "Diandra, marah - marah terus di rumah. Aku males pulang," keluh Andre. Selvia tersenyum. Ia mengerti bagaimana perasaan Andre. "Bicarakanlah baik - baik dengan Diandra. Jangan menyakitinya." "Aku tak tahan kalau harus selalu bertengkar setiap hari. Sudah 3 hari kami bagaik
Musang berbulu domba mungkin itu pribahasa yang pantas untuk Selvia. Di depan Diandra, ia akan berpura - pura baik, lembut, dan sikap bersahabat, namun saat Diandra lengah ia akan bertingkah sebaliknya. Demi menutupi perselingkuhannya dengan Andre, ia akan bermain dengan sempurna. Tak akan membiarkan Diandra sampai tahu tentang kelakuannya. Hari ini Selvia akan ke rumah Diandra, ingin mencurahkan segala perasaannya pada sahabat sekaligus rivalnya. "Sel, kamu kenapa?" tanya Diandra khawatir. "Aku lagi ada masalah, Di," keluh Selvia. "Masalah apa, Sel? Apa tentang mantan suamimu lagi? ato masalah lain?" "Bukan Di. Ius masih sama seperti dulu. Aku jatuh cinta pada pria yang salah." Mata Selvia berkaca - kaca.  
Selvia menatap wajah Andre yang tertidur di sampingnya, ia melihat jam sudah menujukkan pukul 10 malam. "Sayang, bangun," ujar Selvia dengan lembut memanggil Andre. "Kenapa sayang? Mau lagi?" tanya Andre. "Iih, kamu gitu deh, Mas. Ini sudah jam 10 malam, ayo pulang ke rumahmu, Diandra sudah menunggumu, Mas." Mendengar nama Diandra membuat Andre menghela napasnya. Entah mengapa ia jadi tak bersemangat jika harus pulang. Ia merasa lelah harus berhadapan dengan Diandra, wajah dan sikap dingin istrinya membuat ia tak betak di rumah. &n
Pagi ini terasa berbeda bagi Andre, akhirnya ia dan Diandra sudah berbaikkan kembali. Sudah tak ada lagi wajah cemberut dan dingin istrinya. Ia pun bersikap begitu perhatian pada Richie dan Keira bahkan mengantarkan ke sekolah. Setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah, Andre segera kembali ke rumah. Ia akan memberikan cincin berlian untuk Diandra. "Di ini untuk kamu," ujar Andre sambil memberikan kotak cincin. "Apa ini Mas?" tanya Diandra heran. Diandra membuka kotak. Mata berbinar-binar saat tahu isi dalam kotak tersebut sebuah cincin. Andre memeluk Diandra dari belakang. "Maafkan aku yaa sayang," ucap Andre. "Ini bagus banget Mas. Cincin ini kamu belikan untuk aku?" tanya Diandra. "Iya dong. Memang untuk siapa lagi? Sini aku pakaikan." Andre memakaikan cincin di jari ten
Andre kembali ke kantornya dan Diandra pulang bersama dengan anak - anak. Begitu juga dengan Selvia, ia kembali ke apartemennya. Menuggu telepon dari Andre. Tak menunggu waktu yang lama Andre pun menghubunginya. "Hallo Mas." "Maaf yaa sayang tadi ada Diandra jadi kita ga bisa melanjutkan pertemuan kita." "Ga apa-apa Mas yang penting Diandra ga tahu tentang hubungan kita." "Aman sayang." "Tapi Mas, Diandra tahu ga kalau tadi aku?" "Ga sayang." "Iya Mas." "Sayang untuk beberapa hari ini aku belum bisa menemuimu. Aku khawatir Diandra akan semakin curiga." "Iya Mas."