Share

Bab 10 : Perkenalan

"Ini vaksin ketiga yang kamu suntikkan Hans?" Sebelumnya tadi di tengah malam vaksin kedua sudah disuntikkan.

"Iya Sati."

"Dia semangkin sangat tenang, dan sekarang tidak menggeram dan menggertakkan gigi lagi. Apakah berhasil?" Membasuh tubuhnya dengan kain basah di atas kursi roda.

"Belum tahu Sati, kita harus memeriksa darahnya lagi."

"Iya Hans." Membuka baju dan membasuh dengan kain basah. 

Hans tidak memperhatikan Sati membasuh tubuhnya, perhatiannya kini hanya tertuju khusus untuk Reno. 

"Hans kapan kamu menyuntikkan vaksin kedua?" Memakai baju kembali setelah selesai membasuh, dan merapikan busana yang dipakai.

"Tadi malam ketika kamu terletap tidur, saya akan menyuntikkan setiap dua belas jam sekali."

"Berarti saat saya tidur, kamu tidak tidur?"

"Saya hanya setengah tidur, anatara tidur dan tidak tidur karena saya harus  berjaga di sini. Bagaimana mungkin saya bisa tenang jika kita seruangan dengan makhluk berbahaya. "

"Kamu memang sangat teliti Hans. Tidak ingin ada kesalahan walau sangat kecil." Menghampiri Hans yang sibuk mengambil darah untuk diperiksa kembali. 

"Lebih tepatnya kita harus benar waspada dalam situasi seperti ini. Jika tidak nasib kita akan sama seperti mereka yang terinfeksi di luar sana.

"Kamu tidak lelah Hans, saya bisa menggantikan kamu dalam berjaga. Jadi kita buat jadwal gitu." Di tengah jalan menuju Hans, Sati menghentikan kursi rodanya dan mulai berjalan dengan menggunakan kedua kakinya walau sangat lambat dan butuh banyak latihan.

"Tidak Sati, kondisi kamu masih belum mendukung. Lagian saya ini pria jadi serahkan saja kepada pria." Masih tetap sibuk mengecek semua kondisi tubuh Reno.

"Iya jika itu yang terbaik." Sati berjalan berbelok ke arah jendela karena dia ingin melihat apa yang terjadi di luar.

"Sebenarnya saya ingin keluar mencari makanan untuk kita, dari kemarin kita belum ada makan. Kita hanya minum air saja dari kemarin. Apakah kamu tidak lapar Sati?."

Sati berhenti di belakang tirai jendela, "Lapar, tapi harus bertahan bukan dalam situasi seperti ini?"

"Saya akan ke market lantai dua yang ada di rumh sakit, pasti banyak makanan di sana." Meletakkan sampel di kotak atas meja penelitian dekat mikroskop.

"Tapi tidak Sati, saya lebih khawatir meninggalkan kamu sendirian bersama dengan makhluk berbahaya ini."  Menyambung kembali perkataannya yang sempat tertunda.

"Namanya Reno, dia tidak berbahaya Hans. Hanya sedikit agak liar saja jika kumat." Membuka tirai jendela dan melihat ke arah luar. Para manusia terinfeksi tidak berada pada posisi semula, mereka mengalami pergerakan dari posisi awal. 

"Sama saja Sati." Hans melihat Sati ke arah kamar mandi, yang dilihatnya hanya kursi rodanya. Melihat kesekitar dan ternyata Sati berdiri di dekat jendela.

"Sati sejak kapan kamu sudah bisa berjalan?" Hans merasa senang karena Sati memiliki perkembangan yang positif.

"Sejak kemarin bukan? Saya sudah bisa berdiri dengan mengambil titik tumpuh di atas meja. Dan tadi malam saya melatih diri berjalan sebelum tidur." Mencoba mengingatkan kembali saat Sati sudah dapat berdiri, sebelum dia terjatuh karena terkejut dengan  Reno yang memberontak. 

"Sangat bagus Sati." Hans menghampiri Sati.

"Tapi masih sangat sulit berjalan, masih sangat lambat seperti siput. Saya harus sangat berhati-hati dalam melangkah karena takut jatuh. Saya masih butuh alat bantu untuk berjalan."

"Saya akan mencarikannya untuk kamu, saya juga akan mencari makanan dan minuman untuk pasokan persediaan kebutuhan kita." Mata Hans berbinar-binar karena merasa senang, senyumnya sangat lebar.

"Iya."

"Tapi tetap saja saya tidak bisa tenang meninggalkan kamu sendirian bersama makhluk berbahaya itu."  Menunjuk ke arah Reno dengan jarinya. 

"Reno, tidak berbahaya Hans. Percaya lah, jika ada apa-apa saya akan langsung membunuhnya. Kamu juga sudah mengikat kuat, jadi pasti sangat aman." Mencoba meyakinkan agar Hans mencari makanan untuk perut yang sangat lapar.

Hans tertawa lepas. "Hahaha!!!"

"Kenapa?"

"Membunuhnya? Kamu membunuh?"

"Hans!!" Sati merasa kesal karena ledekan dari Hans.

"Ok Sati saya percaya kepada kamu. Saya janji akan segera kembali jadi jaga diri selama saya pergi." Hans mengelus kepala Sati.

Sati merasa ada yang aneh dengan Hans, tapi mungkin hanya perasaannya saja.

"Saya akan tinggalkan besi ini bersama kamu, peganglah dan pastikan tetap berada di dekat kamu." Hans memberikan pemukul besi kepada Sati

"Iya Hans."

Hans mengambil tas ranselnya yang kosong dan berkata kepada Reno. "Jangan macam-macam kamu dengan Sati, bersikap baiklah dan jika bisa tolong jaga Sati."

Sati tertawa mendengar perkataan Hans, Hans hanya tersenyum.

"Sati ingat pesanku." Mendorong lemari yang menutupi pintu laboratorium dengan celah hanya lewat ntuk badan dengan posisi miring. Karena dikhawatirkan jika dengan celah besar akan mengundang manusia terinfeksi lainnya untuk masuk ke dalam ruangan laboratorium.

"Iya, saya akan mengingatnya jadi cepatlah kembali."

"Ok." Hans keluar ruangan dengan sangat hati-hati, dengan berusaha tanpa ada suara.

💎💎💎

"Sepertinya ada yang aneh atau perasaan saya saja. Dia itu seperti mau pergi perang saja." Sati mengelus kepalanya yang telah dielus oleh Hans.

Sati berjalan menghampiri Reno dengan sangat lambat. Sati memandangi Reno dengan penuh perhatian. Kini reno terikat dengan posisi X, entah sejak kapan posisi ikatannya berubah. Mungkin Hans merubahnya tadi malam saat dia menyuntikkan vaksin karena pada saat itu semua manusia terinfeksi akan tertidur.

"Sekarang kamu menjadi anak yang sangat baik." Sati mulai berbicara kepada Reno dan mengelus kepala Reno.

"Iya saya lupa memberitahukan kamu, nama kamu Reno, iya nama kamu Reno. Ingat ya R E N O. "Sati membentuk dengan jarinya satu persatu huruf yang menyusun kata Reno. 

"Nama saya Sati dan pria yang tadi adalah Hans, dia seorang dokter profesor muda di rumah sakit ini." Memperkenalkan diri kepada Reno, Sati tidak tahu apakah Reno memahami yang dikatakannya. Menurut kesopanan memang harus saling memperkenalkan diri.

"Hmm... Apa yang harus saya lakukan. Bentar ya Reno saya akan segera kembali." Sati berjalan ke kamar mandi dan mengambil kain basah yang digunakannya tadi untuk membasuh tubuhnya.

"Reno ijinkan saya membersihkan tubuh kamu, agar tidak berbau busuk." Sati membuka Jaket dan menaikkan kaos yang di pakai Reno, kaos dan jaket tidak seutuhnya terlepas karena tangan Reno dalam posisi terikat. Memulai membasuh tubuh Reno yang berotot dengan perlahan.

"Benar kata Hans, kamu itu memiliki bentuk tubuh yang bagus. Pasti dulu semua cewek banyak jatuh cinta pada kamu Reno. Kamu tampan, putih, tinggi, rapi, modis, benar-benar idaman cewek banget." Sati terus membasuh tubuh Reno dan Reno hanya terdiam saja tanpa bisa berkomentar atau bergerak, seakan seperti patung yang diam.

"Maafkan kami Reno, kamu harus menjadi objek uji coba vaksin yang kami buat. Saya memilih kamu karena saya melihat kamu berbeda dari yang lainnya. Entahlah mungkin perasaan saya saja, sekali lagi maaf." Merapikan kembali baju Reno. Sati berhenti dan berfikir sejenak, karena kini dia harus membasuh tubuh bagian bawah.

"Reno maafin saya, saya juga harus membasuh bagian bawah tubuh kamu. Tapi percayalah saya tidak akan membuka zona pribadi kamu. Saya hanya akan membasuh disekitarnya saja, saya janji tidak akan menyentuh aset  masa depan kamu, maafkan saya." Setelah berbicara, Sati membuka celana Reno dan menurunkan. Dan dengan perasaan malu membasuhnya, kali ini Sati hanya diam saja tidak berbicara karena takut melakukan kesalahan dalam membasuh. Sati membasuh dekat area pribadi Reno yang membuat sangat meneganggkan, dan Sati menjadi terkejut  ketika Reno sedikit bersuara pelan.

"Arrghhh."

Sati menghentikan aktivitasnya dan memakaikan kembali celana Reno. "He... He.... He.... Maaf ya Reno, kamu pasti kegelian ya. Maaf..." Sambil menyatuhkan kedua telapak tangan memohon maaf.

"Nah sekarang sudah selesai, kamu tidak memiliki bau  seperti tadi. Andai saja Hans bawa parfum mungkin akan ada udara segar untuk dihirup di ruangan ini." Sati kembali memandang Reno dengan penuh kekaguman atas ketampanan yang dimiliki Reno.

"Tidak diragukan lagi kamu memang tampan Reno, Hans saja kalah. Tapi Hans memang tampan juga, saya yakin seratus persen Hans dokter terpopuler di rumah sakit yang banyak dibicarakan oleh petugas medis cewek-cewek."

Tiba-tiba raut wajah Sati berubah menjadi cemberut.

"Tapi apakah semua yang tampan akan menyakiti hati? Saya sangat mencintainya, bagi saya dia adalah dunia saya. Kenyataan yang ada saya bukan apa-apa untuk dia." Sati teringat yang dilakukan Aries kepadanya di malam yang menghancurkan dunianya.

Sati meninggalkan Reno dan duduk di depan jendela mengamati manusia terinfeksi di luar. Sati meneteskan air mata, dan menangis berusaha tanpa suara. Benar-benar sangat menyakitkan jika terus diingat.

"Sati bodoh, jangan menangis." Menenangkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Berusaha lebih kuat dari semula. Sati terdiam memandang langit yang kemerahan.

"Tuhan kapan semua ini akan berakhir, sebenarnya saya sangat lelah. Dan sekarang harus berada dalam kenyataan seperti ini, tidak tahu apa yang sedang terjadi." Sati berdo'a berharap Tuhan mendengar perkataan Sati, tapi sebenarnya Tuhan memang mendengar setiap perkataan hambanya.

Sati kembali melihat manusia terinfeksi yang baru saja disadarinya ada yang aneh dengan mereka. Sati mengamati dengan sangat serius katena mungkin yang dilihatnya adalah suatu kesalahan dari mata dalam melihat.  Makhluk terinfeksi satu persatu seperti merasa kesakitan, mereka menggigit bibir bawahnya. Ada yang melukai diri sendiri, mengigit tubuhnya. Atau mengigit benda yang ada disekitarnya.

"Reaksi mereka sama seperti Reno kemarin." Melihat dengan  cermat mereka seperti berteriak tapi tidak terdengar sampai ke ruangan. 

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apakah pengendalian jarak jauh? Tapi kenapa seperti Zombie?" Mental Sati seperti tertampar dengan apa yang terjadi, dia merasa sangat terkejut dan tidak percaya dengan yang dilihatnya.

"Jika benar manusia terinfeksi memang masih hidup berarti mereka dipaksa menjadi mode hampir mati. Mereka disiksa seperti itu? Ini kejahatan dunia, apakah ini uji coba senjata biologis? Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Sati berbicara sendiri dengan fikirannya,bterlalu banyak pertanyaan yang tidak mampu dipahami denga akal.

Suara lemari terdengar tergeser, membuat Sati terkejut atas lamunannya. 

"Sati, maaf saya lama." Duduk di samping Sati dan meletakkan tas ranselnya yang terisi penuh.

"Sati, kamu kenapa?" Menyadari ada yang aneh kepada Sati.

"Ah..." Sati tersadar seutuhnya.

"Saya tidak ada apa-apa Hans."

"Kamu yakin?"

"Iya, Hmm.... Kamu menemukan apa saja di supermarket?"

"Iya makanam dan minuman semua, ini makanlah." Memberikan sebungkus roti dan sebotol air minum mineral, Sati langsung memakannya. Seperti biasa memakan dengan sangat hikmat.

"Di sana sangat aman, di dalam rumah sakit juga sudah tidak banyak lagi manusia terinfeksi seperti kemarin."

"Sangat bagus Hans, mempermudah dalam melakukan pergerakan." Memakan roti dengan perlahan.

"Sati kamu benar tidak apa-apa?" Masih merasa khawatir karena Sati melamun ketika kedatangan Hans.

Sati terdiam memandang Hans, memilih kata yang tepat untuk menjelaskan apa yang dilihatnya kepada Hans. Atau lebih baik diam tidak berkata apa yang terjadi karena takut Hans tidak percaya seperti kemarin. Di saat Sati berkata Reno masih memiliki detak Jantung. 

"Saya baik-baik saja Hans."

"Saya harap kamu tidak menyembunyikan hal yang penting Sati. Karena Saya sangat mengkhawatirkan kamu."

Sati hanya tersenyum mendengar perkataan Hans.

"Sati ada yang lupa."

"Apa?" Bertanya dengan nada lembut.

Hans mencari sesuatu di tasnya.

"Nah ketemu, lihatlah ini alat bantu kamu berjalan." Hans merakit alat bantu jalan untuk siap digunakan.

"Terima kasih Hans."Meminum air mineral botol yang diberikan Hans tadi.

Pandangan Hans teralih pada manusia terinfeksi yang dirasanya ada yang aneh.

"Akhirnya saya menemukannya."

"Menemukan apa?"

"Kejanggalan yang saya cari-cari dari kemarin. Kamu tahu kemarin saya duduk saja disini memandangi manusia tetinfeksi."

"Iya tahu."

"Karena saya mencari jawaban yang terjadi pada Reno, apakah sama juga terjadi pada mereka?"

"Maksud kamu."

"Entahlah setelah saya membawa Reno kemarin, saya merasa Reno kesakitan , seperti ada yang menyiksa dia di dalam tubuhnya. Mungkin itu gejala virus yang mengusai sel tubuh atau yang lainnya."

Sati hanya terdiam mendengar penjelasan Hans.

"Lihat Sati apa yang dilakukan mereka." Hans memandang manusia terinfeksi dan Sati mengikuti pandangan Hans.

"Benar dugaan saya bukan hanya Reno yang mengalami kesakitan, buktinya mereka seperti berteriak keras, menggigit apa yang bisa dilampiaskan menahan rasa sakit." 

"Sebenarnya hal ini yang ingin saya bicarakan kepada kamu, tapi saya takut kamu tidak percaya kepada saya seperti kemarin"

"Kemarin?"

"Saya bilang bahwa Reno memiliki detak jantung yang sangat lemah. Dan kamu tidak percaya dengan perkataan saya."

"Hmmm... Maafkan saya Sati awalnya tidak percaya kepada kamu. Tapi malamnya ketika Reno tertidur saya mengecek dengan lebih teliti tubuhnya. Kamu benar Reno memiliki detak jantung yang sangat lemah hampir tidak ada detak jika tidak dengan teliti dan sabar dalam mengeceknya. Saya juga merasakan nafas Reno yang sangat lemah." Hans teringat dengan kegiatan tadi malam saat menguji coba kebenaran perkataan Sati. 

"Saya harap Tuhan memaafkan perbuatan saya yang membunuh mereka." Hans memohon ampun atas dosa-dosanya yang telah membunuh manusia terinfeksi.

"Saya sudah bilang kita melindungi diri Hans." Sati tidak suka dengan sikap Hans yang merasa pesimis seperti itu.

"Benar Sati, tapi kenyataannya mereka masih hidup."

Sati hanya bisa terdiam tidak mampu lagi berkata-kata, rasanya logikanya telah lelah mencerna setiap hal yang terjadi. Bukan jawaban yang ditemukan dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya melainkan hanya ada pertanyaan-pertanyaan yang terus menumpuk menyerang fikir untuk diselesaikan.

"Seperti apa dunia di luar sana, apakah sama dengan yang dialami oleh kami?" Kesekian kali Sati bertanya kepada dirinya sendiri.

Begitulah fikiran Sati terus penasaran pada dunia luar, karena saat ini hanya ada rumah sakit yang menjadi benteng tempat berlindung. Tidak lebih tepatnya ruang laboratorium menjadi benteng tempat berlindung dari mereka yang terinfeksi. Selalu bertanya akankah hari ini dan hari-hari sebelumnya menjadi selamanya untuk ke depannya.  Sayangnya waktu masih belum bisa menjawab pertanyaan ini. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status