Share

2. I'm Virgin

Author: Liachuu
last update Last Updated: 2024-10-21 19:54:13

"Itu adalah harga yang pas untuk kau bayar, Stacy. Aku harap, kau akan menjadi istri yang sempurna. Istri yang bisa membuatku merasa puas di atas bisnisku dan juga di atas ranjang ku," tambahnya.

Stacy terdiam. Sekarang, dia mengerti. Aldrich bukan hanya sekadar membantu dengan cuma-cuma, pria itu memiliki maksud lain. Dan Aldrich, tak hanya bisa menjadi malaikat penolong Stacy, pria itu juga bisa menjadi iblis yang akan menarik Stacy pada kegelapannya.

Dengan sorot mata yang menatap Stacy dengan begitu lekat, Aldrich lantas semakin mendekatkan wajahnya pada wanita itu. Terlebih saat fokusnya berubah pada bibir tipis milik Stacy. Bibir tipis berwarna merah muda yang terlihat sedikit basah.

"Apa yang akan aku dapatkan selain dengan terbebas dari hukumanku?"

Pertanyaan yang dilontarkan Stacy tepat di hadapan wajahnya membuat Aldrich lantas terkekeh. Awalnya, dia tertarik untuk menyesap atau sekadar nengecup bibir wanita itu, tapi mendengar apa yang dikatakan olehnya, membuat Aldrich rasanya lebih tertarik akan pertanyaannya di sana. Dia lantas memberikan jarak di antara wajah mereka, dengan Aldrich kembali menatap wajah Stacy.

"Bukankah itu seharusnya sudah cukup? Kau bisa bebas tanpa harus di cap sebagai kriminal," ucap Aldrich dengan senyum yang meremehkan.

"Kalau aku menolak?"

Sekali lagi Aldrich tertawa atas pertanyaan Stacy. Seolah apa yang ditanyakan wanita itu adalah hal konyol hingga mengocok perutnya. Menggelikan.

"Memangnya kau memiliki pilihan lain, Stacy? Aku yang menjadi satu-satunya saksi. Kalau memang kau menolak, aku tak masalah. Maka, aku tak perlu melakukan apapun, dan hanya akan membuat kesaksian seperti apa yang aku lihat, sesuai faktanya."

Aldrich licik. Stacy menyadari hal itu. Bagaimana pria itu menatap remeh padanya juga membuat Stacy sadar, dia bukan terbebas dari sebuah hukuman, justru dia malah tenggelam ke dalam penjara lainnya.

Akan tetapi, tak ada hal lain yang bisa dia lakukan. Dia membutuhkan Aldrich untuk tetap membuat namanya bersih. Stacy tak bisa di cap sebagai pembunuh, karena dengan begitu, dia akan gagal untuk menjadi penerus sang ayah. Dia juga tak bisa membuat karirnya hancur.

"Aku akan menerima tawaranmu. Aku akan menjadi istri yang sempurna untukmu, asal kau juga memberikan apa yang aku inginkan!" Seru Stacy dengan ide yang terlintas di kepalanya.

Aldrich menatap Stacy dengan satu alis yang terangkat. Bersamaan dengan senyuman miring yang dia tunjukan.

"Kenapa aku harus? Harganya tidak pas untu—"

"Aku akan memuaskan mu di atas ranjang! Pernikahan untuk balasan membebaskan aku dari hukuman, dan tubuhku untuk balasan kalau kau memenuhi keinginanku!"

Stacy sudah tak dapat berpikir lagi selain dengan apa yang baru saja dia katakan. Jika dia memang sudah terjatuh ke dalam lubang yang gelap, maka biarkan Stacy lebih dalam menggali lubang tersebut untuk mencari harta karun yang mungkin bisa dia dapatkan nantinya.

Aldrich tersenyum, lebar. Penawaran Stacy nyatanya memang begitu menggiurkan.

"Apa termasuk dengan aku yang bebas menyentuhmu kapan pun dan dengan cara apapun?" tanya Aldrich dengan raut wajah yang seolah tengah menantang Stacy.

Stacy sempat meragu. Dia benar-benar tak dapat memprediksi bagaimana Aldrich sebenarnya. Apakah dia bisa dimanfaatkan  untuk menjadi malaikat penolongnya? Atau hanya bisa menjadi iblis yang dapat menggerogoti kehidupan Stacy secara perlahan?

Stacy mengangguk dengan ragu. "Tentu. Selama kau juga bisa memenuhi semua permintaanku."

Setidaknya, Stacy hanya perlu meyakinkan dirinya sendiri tentang Aldrich. Untuk urusan nanti, biarkan waktu yang menunjukan. Yang lebih penting untuk Stacy saat ini adalah kesempatan bagus yang diberikan Aldrich.

Harus menikahi pria seperti Aldrich di usianya sekarang bukanlah hal yang terlalu buruk. Apalagi kalau melihat Aldrich yang juga memiliki wajah tampan dengan pahatan yang nyaris sempurna. Stacy juga penasaran dengan kehidupan Aldrich. Sekaya apa Aldrich, dan semisterius apa sebenarnya pria itu.

Aldrich menyeringai. Tepat seperti serigala yang telah mendapatkan mangsanya. "Deal!" bisiknya tepat di telinga Stacy.

Sungguh, Stacy sampai merinding sendiri. Belum lagi saat dia merasakan embusan nafas Aldrich di telinganya. Seolah pria itu dengan sengaja melakukannya berulang kali di telinga Stacy.

"Jangan lupa untuk membuatkan kontrak tertulis. Aku tidak ingin kau mengingkari apa yang telah kau katakan."

Aldrich terkekeh saat mendengar apa yang dikatakan Stacy. "Kau memang pintar, Stacy. Kuharap kau juga pintar seperti ini saat menjadi istriku. Karena aku akan membiarkanmu juga terlibat ke dalam bisnisku. Tunjukan kau memang sepadan dengan apa yang akan aku berikan nantinya."

"Dan jangan khawatir soal kontraknya. Aku akan membuatnya nanti. Kau juga boleh menambahkan beberapa hal ke dalam kontraknya," tambah Aldrich.

Stacy mengangguk. Meski sebenarnya dia tengah merasa khawatir akan kehidupannya nanti, dia tetap mencoba terlihat tenang.

"Jadi, boleh aku pergi sekarang?" tanya Stacy.

Pasalnya, Aldrich terus menahan Stacy di atas pangkuan sejak tadi. Membuat Stacy semakin tidak nyaman sendiri saat beberapa kali dia harus merasakan bagian belakangnya menyentuh milik Aldrich yang terasa menonjol di balik celananya.

Aldrich sadar ketidaknyamanan Stacy. Tapi, dia malah dengan sengaja membuat Stacy lebih merapat pada tubuhnya. Belum lagi, dengan wajahnya yang sudah mendekat pada sisi wajah Stacy.

"Biarkan adik kecilku berkenalan dengan tubuhmu dulu, sayang."

Gila. Hanya kata itu yang sepertinya tepat untuk Aldrich. Baru kali ini Stacy bertemu seorang pria yang dengan beraninya mengatakan hal seperti itu pada dirinya. Sampai membuat Stacy bergidik sendiri.

"Jangan macam-macam! No consent, kau akan dianggap melakukan pelecehan kalau macam-macam padaku!" Stacy segera bangkit dari pangkuan Aldrich.

Dia juga cukup merasa lega saat Aldrich hanya membiarkannya bangkit dari atas pangkuannya.

"Tapi, kau mengatakan akan memuaskanku kapanpun dan dimana pun, girl."

Stacy mengangguk. "Tapi tidak sekarang. Kontraknya belum dibuat. Aku masih berhak menolak."

"Baiklah, tentu. Aku akan menunggu sampai malam pertama kita tiba, baby," ucap Aldrich dengan satu kerlingan mata yang ditunjukan pada Stacy.

Menggelikan untuk Stacy mendengar dan melihat semua itu dari Aldrich.

"I'm still virgin. Aku harap kau tidak memaksaku dan membuat pertamaku hilang secara paksa."

Stacy selalu membayangkan untuk memberikan pertamanya pada suami yang dia cintai di malam pertama. Siapa sangka dia akan menikahi pria yang belum begitu dia kenali, bahkan pernikahan yang terikat sebuah kontrak.

Aldrich sempat terkejut, tapi beberapa saat kemudian dia sudah tersenyum dengan lebar, "Sial! Kau berhasil membuatku penasaran ingin segera menjamah tubuhmu, Stacy!" Seru Aldrich dengan senyuman lebarnya. "Kita menikah minggu depan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Perfect Hot Wife   20. Keuntungan yang besar

    "Perkenalkan, ini istriku, Stacylia Frey. Dia yang akan menjadi Presdir sementara untuk menggantikan Pak Yovi."Itulah bagaimana Aldrich memperkenalkan Stacy pada beberapa orang yang sudah duduk di kursinya masing-masing. Sebuah perkenalan yang lantas membuat Stacy harus bersikap elegan sembari tersenyum dan memperkenalkan dirinya sendiri. Seperti yang diinginkan oleh Aldrich, Stacy sedang berusaha untuk menjadi seorang istri yang sempurna, untuk bisnisnya."Duduklah," ucap Aldrich pada Stacy.Stacy mengangguk dengan lembut. Dia pada akhirnya duduk tepat di samping Aldrich. Dan sekali lagi, Stacy tengah berusaha bersikap baik dengan segala manner yang dia miliki. Tak lupa, Stacy juga mencoba untuk terlihat angkuh.Membutuhkan waktu beberapa puluh menit untuk mereka semua membahas beberapa hal tentang perusahaan dan semacamnya. Stacy tak begitu tahu banyak hal tentang itu. Tapi, sedikitnya dia yang sudah paham dengan bisnis sedikit menger

  • The Perfect Hot Wife   19. Pria yang dikenal

    "Karena dengan menjadi istriku, keamananmu adalah nomor satu. Kau tak pernah tahu bahaya yang mungkin akan datang saat menjadi bagian dari diriku."Bisikan yang diberikan Aldrich di telinganya jelas membuat Stacy tidak bisa tenang begitu saja. Jelas yang dikatakan pria itu mampu membuat kecemasan dalam dirinya bangkit. Tidak mungkin Stacy tidak khawatir kalau Aldrich mengatakannya dengan begitu serius.Sebab, di sisi lain, Stacy juga tak pernah benar-benar mengenal bagaimana Aldrich sebenarnya. Bagaimana pria itu menjalani kehidupannya. Meski lelah dengan hidupnya, tapi Stacy juga tidak mau kalau dia harus mati konyol hanya karena telah menjadi istri seorang Christian Aldrich Devoire.Stacy menelan ludahnya sendiri. "Apa orang-orang mencoba memburumu atau semacamnya?" tanya Stacy pada akhirnya.Rasa penasaran dalam dirinya tak bisa dielakkan lagi.Bukannya menjawab, Aldrich justru malah tersenyum dan mengangkat kedua bahunya."Ay

  • The Perfect Hot Wife   18. Bahaya yang mengancam

    Cukup memalukan untuk Stacy saat Levin berucap demikian. Dimana itu berarti, Levin benar-benar mengetahui apa yang terjadi semalam. Tentang apa yang dia lakukan bersama Aldrich di dalam kamar hingga membuat Stacy melenguh dan mendesah dengan begitu keras. Nyaris seperti jeritan, tepat dengan yang dikatakan oleh Levin.Pun begitu, Stacy sudah mendapati Levin pergi dari mereka. Pria itu sudah berlalu meninggalkan Stacy dan Aldrich di sana. Bahkan, membuat Aldrich bisa merasakan bahunya sengaja ditabrakkan oleh tubuh Levin. Membuat Aldrich ingin sekali memberikan pukulan pada Levin, jika saja Stacy tidak mengalihkan fokusnya."Dari mana? Kenapa tidak mengatakan akan pergi?" tanya Stacy penasaran pada Aldrich.Nyatanya, wanita itu lebih memilih untuk memberikan pertanyaan, daripada membahas apa yang sebelumnya dikatakan oleh Levin."Ada urusan," jawab Aldrich singkat."Kenapa tidak membangunkan aku? Kau malah meninggalkan aku sendiri," ujar S

  • The Perfect Hot Wife   17. Jeritan yang terdengar

    Stacy cukup terkejut saat dia telah berjalan keluar kamar pagi ini. Dimana dia yang tengah mencari Aldrich yang entah kemana sejak pagi buta, malah menemukan suasana Mansion itu yang sudah rapi. Dengan beberapa pelayan yang ada di sana. Padahal, sebelumnya suasana di sana begitu ramai dan dapat dipastikan jika pagi ini tempat itu akan begitu berantakan.Mungkin, karena memang Aldrich atau entah siapa yang mengurus tempat itu telah mengerahkan puluhan pekerja untuk membereskan semua itu. Hingga akhirnya, semuanya cepat beres dalam waktu singkat. Saat waktu baru menunjukan pukul tujuh pagi."Selamat pagi, Nona Stacy."Sapaan itu terus terdengar selama Stacy berjalan ke sana kemari untuk mencari Aldrich. Ya, itu adalah sapaan dari beberapa pelayan yang berpapasan dengannya selagi dia menyusuri beberapa tempat yang ada di sana."Ya. Apa kau melihat Suamiku?" tanya Stacy saat dia mulai merasa lelah mencari Aldrich ke sana kemari."Ah, Tuan Ald

  • The Perfect Hot Wife   16. Fantasi liar

    "Jangan melakukan hal lain selain dengan menuruti perintahku dan menjadi istri yang baik untukku, Stacy. Atau kau, akan terluka. Lebih buruknya, kau mungkin akan mati."Kalau sudah seperti ini, jelas Stacy sudah tidak bisa melakukan apapun lagi. Dia hanya bisa menjadi seorang wanita yang telah patuh pada suaminya. Ah, atau mungkin lebih tepatnya itu adalah tuannya.Karena Stacy sendiri sadar kalau Aldrich tak benar-benar menganggapnya sebagai istri saja. Nyatanya pria itu juga menganggapnya sebagai seseorang yang bisa dia perbudak di antara bisnis dan urusan ranjangnya."Aku ingin beristirahat," ucap Stacy kemudian. Dia berusaha menghindari Aldrich di sana dengan bangkit dari duduknya.Aldrich malah menunjukan senyumnya pada Stacy yang sudah berdiri dari sampingnya."Memangnya siapa yang mengizinkanmu untuk beristirahat, sayang? Kau bahkan sudah menghabiskan beberapa waktu mu untuk tertidur di kamar Levin," ucap Aldrich dengan jari telunjuk yang sudah bergerak menggaruk pelipisnya yan

  • The Perfect Hot Wife   15. Jadilah istri penurut

    Tidak seperti Stacy yang terlihat begitu gelisah mendengar suara Aldrich di luar sana. Levin justru terlihat santai dan tenang-tenang saja, seolah kehadiran Aldrich bukanlah hal yang akan menjadi masalah untuk dirinya. Padahal dari suaranya saja terdengar jelas jika Aldrich tengah berada di dalam sebuah amarah."Tenang saja, jangan khawatirkan apapun. Biar aku yang menjelaskan pada pria itu," ucap Levin saat melihat kekhawatiran Stacy.Dia juga sudah berjalan melewati Stacy di sana. Dimana dia kini telah membukakan pintu kamar tersebut.'Levin, benar-benar tidak merasa takut untuk berhadapan dengan Aldrich?' tanya Stacy dalam hati.Menghela nafasnya dalam, Stacy sempat memejamkan matanya untuk beberapa detik. Dia mempersiapkan diri jika saja Aldrich memarahi dan melemparkan makian padanya."Hai! Lama tidak bertemu, Aldrich. Kakakku!"Stacy kembali dikejutkan dengan hal lain. Kakak, katanya? Stacy sampai harus berpikir dengan baik, dia takut jika memang telinganya salah mendengar Levin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status