Home / Romansa / The Power Of Love / Kenangan Mimpi Buruk

Share

The Power Of Love
The Power Of Love
Author: Chynthia

Kenangan Mimpi Buruk

Author: Chynthia
last update Last Updated: 2021-09-01 19:56:31

PLAK

Tamparan telak mengenai pipi mulus Ayunda, gadis cantik ini baru saja bercecok lagi dengan sang papa. papa yang seharusnya menjadi pelindung untuk keluarganya, namun tidak untuk papa Ayunda.

Ayunda meringis dan memegang pipi kanannya, rasa pedih atas tamparan yang diberi oleh sang papa tak ada artinya dibandingkan rasa sakit di hatinya. Ayunda melirik sang mama yang tengah menangis memohon bersujud dibawah kaki sang papa, Ayunda menarik nafas panjangnya dan segera membantu mamanya untuk berdiri.

“Bangun, Ma jangan kau habiskan banyak tenaga untuk meladeni manusia gila didepanmu.” ucap Ayunda dengan tegas.

Subagia sang papa yang mendengar ucapan Ayunda hendak melayangkan tamparan lagi dipipi Ayunda, Ayunda dengan cepat menatap sang papa dengan tajamnya.

“Tampar aku lagi, Pa. Jika itu yang membuatmu senang!” seru Ayunda.

Tangan Subagia mengepal, terdiam dan tak melanjutkan tindakannya untuk menampar pipi mulus putrinya.

“Subagia, ku mohon biarkan, Ayunda tetap tinggal. Kau yang harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu bukan, Yunda!!” isak mama Dewi memohon kepada sang suami dengan mata yang penuh dengan air mata.

Ayunda mencoba menangkan sang Mama, Ayunda mengelus punggung sang Mama dengam lembut.

“Mama, biarkan, Yunda menyelesaikan ini semua. Mama masuk kedalam dulu, Yunda harus berbicara empat mata dengan Papa.” Ucap Ayunda dengan sangat lembut.

Mama Dewi menggeleng pelan, ia ragu meninggalkan putrinya berbicara empat mata dengan suaminya.

“Mama, akan tetap disini.” cicit Mama Dewi dengan pelan seraya menatap mata sang putri tercinta.

Ayunda tersenyum, ia sangat hafal dengan sang Mama yang tak bisa meninggalkan dirinya dalam kesulitan apapun. Ayunda menggenggam tangan Mama Dewi dengan lembut, meyakinkan sang Mama jika ia akan baik-baik saja.

“Percayalah, Yunda, akan baik-baik saja. Mama masuk kedalam kamar dulu ya, Yunda, mohon.” ucap Ayunda dengan lembut seraya menggenggam tangan sang Mama.

Mama Dewi menghela nafas panjangnya, ia mengangguk dan menyetujui permintaan Ayunda.

“Jika terjadi apa-apa kamu harus berteriak dengan kencang ya Yun,” ucap sang Mama.

Ayunda terkekeh lalu mengangguk dengan wajahnya tersenyum tenang,

“Tentu saja, Ma!” seru Ayunda.

Mama Dewi pun berjalan menuju kamar tidurnya dan meninggalkan suami dan anaknya di ruang tamu.

Kini hanya ada Ayunda dan sang papa yang saling menatap sengit, sedari tadi Subagia hanya memperhatikan interaksi antara anak dan istrinya. Tak ada rasa kasihan dihatinya, hati papa ini memang sangat keras dan egois.

Ayunda menghela nafas panjangnya, mencoba menetralkan emosi yang membuncah dihatinya. Ayunda berjalan kedepan mendekati sang papa yang tengah duduk dengan angkuhnya di sofa.

“Kali ini, wanita mana lagi, Pah? Hutang dimana lagi Pah?” tanya Ayunda melemah menatap manik mata sang papa.

“Kau anak kecil, dan kau tak perlu tau. Yang aku mau kau harus segera berangkat menjadi TKW dan bantu aku untuk membayar hutang-hutang, Papa!” tegas Subagia.

“Aku ini anakmu bukan, Pah?” tanya Ayunda,

“Tentu saja kau anakku, karena kau anakku maka kau harus berbakti padaku. Aku membesarkanmu, memberimu kehidupan, makanan, menyekolahkanmu hingga saat ini. Maka dari itu kau harus tahu bagaimana caranya berbalas budi!” ucap Subagia dengan lantangnya.

Ayunda berdecih lalu menatap sang papa dengan tajam.

“Untuk apa aku dilahirkan jika aku harus menjadi sapi perasmu? Pah, Yunda, tak pernah meminta untuk dilahirkan, aku ada atas kemauan kalian.” ucap Ayunda sendu.

“Yunda, kau terlalu banyak omong! Kau hanyalah anak kecil yang tidak mengerti apapun tentang dunia ini!” tegas papa Subagia.

“Jika menurutmu aku belum mengerti tentang dunia ini, harusnya kau mengajarkanku bagaimana dunia ini sesungguhnya. Hidupmu saja sudah gagal, bagaimana kau bisa mengatakan jika aku tak mengerti apapun tentang dunia ini!” ucap Ayunda sengit.

Menaklukan keras dan egoisnya hati papa Subagia memang selalu menyakitkan, sudah banyak luka yang harus Ayunda, dan mama Dewi, tanggung akibat ulah sang Papa.

Namun luka kali ini Ayunda tak bisa mentolerir lagi.

Tangan Subagia mengepal, mendengar ucapan Ayunda membuat emosinya kembali membuncah.

“Kau!” teriak papa Subagia lalu segera berdiri dan mendekati Ayunda.

“Apa lagi!” teriak Ayunda histeris membuat papa Subagia terkejut dan terdiam.

“Mana jalangmu? Kau berhutang untuk dia bukan? Subagia, Jalangmu itu bodoh. Mengapa dia bisa menyukai, Pria tua bangka dan miskin seperti dirimu” ucap Ayunda histeris.

PLAKKK

Tamparan keras dan menyayat itu kembali dilayangkan dipipi cantik Ayunda, bahkan bekas tangan sang papa terlihat jelas tercetak dipipi mulus Ayunda.

Ayunda meringis dan memegangi pipinya.

“Aku tak masalah jika kau menyakitiku berkali-kali, Pah. Tapi jika kau menyakiti, Mama lagi aku takkan tinggal diam. Tamparan ini dan semua tamparanmu sebelumnya akan aku ingat dan aku simpan dilubuk hatiku yang paling dalam.” ucap Ayunda dengan lantangnya, Ayunda segera pergi meninggalkan rumahnya tanpa pamit dengan sang mama.

BUGHH…

“Akhhh.” ringis wanita cantik yang baru saja terjatuh dari tempat tidurnya.

Ayunda mengelus pelan pantatnya yang terasa ngilu,

“Haiss mimpi itu lagi!” kesal Ayunda

Kejadian 7 tahun silam yang masih membekas dan menghantui dirinya disepanjang waktu, tak bisa dipungkiri ada banyak trauma dihati Ayunda.

Ayunda melirik jam dinding pada tembok kamarnya, ia membulatkan matanya.

“Hell! setengah 7 pagi." teriak Ayunda frustasi, Ayunda segera bangkit dan berlari menuju kamar mandi miliknya untuk bersiap berangkat bekerja.

Ayunda Gita Maheswari, gadis cantik, cerdas, dan penuh misteri. Saat ini ia bekerja disalah satu perusahaan terbesar di Negaranya.

Bekerja sebagai sekertaris seorang CEO selama 7 tahun lamanya bukanlah hal sulit, dibanding beban hidup yang ia hadapi selama ini.

Ayunda segera bergegas memoles wajahnya senatural mungkin, namun aura cantiknya masih terpancar dengan sangat indah.

“Mata pandakuu!!” seru Ayunda yang tengah bercermin didepan kaca riasnya.

Ayunda yang baru saja menyelesaikan deadline rutin akhir bulan harus begadang sepanjang malam, ia bahkan baru sempat tidur pukul 3 pagi tadi.

Ayunda adalah sekertaris yang profesional, maka dari itu ia tak masalah jika harus bergadang sampai pagi.

Workholic adalah sebutan yang pantas untuk Ayunda.

Ayunda segera menyelesaikan ritual berhiasnya, ia segera pergi meninggalkan Apartement mewah miliknya dan segera berjalan menuju Basemant untuk mengambil mobilnya dan bertolak ke Mansion keluarga Abraham.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Power Of Love    Taman

    The Power Of Love (28) Sinar surya terbit menghangatkan seluruh makhluk hidup di bumi. Ayunda dan Nathan telah terbangun pukul 07.00 pagi waktu jam Australia. Ayunda terbangun lebih dahulu karena ia ingin membantu para pelayan di Mansion untuk menyiapkan makanan dan beberapa cemilan yang akan ia bawa untuk piknik bersama si Kembar. Kini mereka telah bersiap dikamar mereka masing-masing, meski matahari begitu terik, namun udara masih terasa dingin. Ayunda mengenakan pakaian casual dipadukan dengan jacket tebal agar ia tak kedinginan. Begitu pula Nathan, ia mengenakan sweater tebal dan celana panjang. Ayunda masih harus memoleskan bibirnya dengan pewarna agar ia terlihat cerah dan cantik seperti biasanya. “Sempurna!” seru Ayunda, melihat bagaimana dirinya dari pantulan cermin membuat dirinya senang. Ayunda segera bergegas untuk keluar dari kamarnya dan menemui Nathan untuk segera bersiap ke Sydney Park.

  • The Power Of Love    Gina yang licik

    30 Menit Perjalanan. Mobil mewah milik Kevin dan Gina telah sampai di sebuah Mansion besar dan mewah milik Kevin dan Gina. Selama perjalanan, Zoe dan Zia tak henti-hentinya berebut untuk berpangku di pangkuan Ayunda. Nathan yang menyaksikan itu semua hanya menyembunyikan rasa senangnya. Nathan sangat bahagia, Ayunda tak hanya mampu menaklukan hati Alson saja, namun ia juga mampu menaklukan hati keponakannya, Zia dan Zoe. “Yun, kamarmu seperti biasa bersebelahan dengan kamar Nathan. Aku sudah meminta staff disini untuk membersihkannya kemarin. Bersihkanlah dirimu dulu, jika kau merasa lelah beristirahatlah tapi akan lebih baik kita bisa makan malam bersama. Aku sudah siapkan masakan kesukaanmu.” ucap Gina kepada Ayunda yang tengah berdiri di ambang pintu kamar tamu. Ayunda tersenyum senang, rasa hangat keluarga selalu ia rasakan didalam keluarga Abraham. Tak hanya Haris dan Sisilia, Gina dan Kevin juga ikut memp

  • The Power Of Love    Arrived Well

    Ayunda membulatkan matanya, ia sangat terkejut. Ayunda bergegas hendak bangun dari pangkuan Nathan, namun Nathan dengan kuat mencekalnya. Nathan mengeratkan kedua tangannya memeluk pinggang Ayunda. “Biarkan seperti ini, sebentar saja.” ucap Nathan. Ayunda melemah, ia tak memberontak lagi. Ayunda membiarkan Nathan memeluk dirinya hangat. “Apa kau memiliki masalah?” tanya Ayunda dengan lembutnya. Nathan mendongakkan kepalanya menatap Ayunda. Nathan tersenyum dan mengangguk. Melihat wajah Nathan yang menatap dirinya serius membuat Ayunda penasaran. Masalah apa yang di miliki Nathan sehingga Ayunda harus menjadi tameng penghangat Nathan. “Apa masalahmu, ceritakan padaku. Aku yakin, aku bisa membantumu.” ucap Ayunda dengan antusias. “Masalahku itu kamu.” sahut Nathan seraya menatap manik mata hitam lelat milik Ayunda. Ayunda memincingkan matanya, “Apa kau masih memikirkan kepergianku sebagai Sekertaris? Apa kau seham

  • The Power Of Love    Perjalanan

    Hari berganti dengan begitu cepatnya. Tak terasa ini adalah hari yang ditunggy oleh Nathan. Membawa Ayunda ke Australia untuk berlibur selama 10 hari kedepan. Ayunda sebelumnya telah mengajukan permohonan pengunduran diri kepada HRD Abraham’company. Dan itu mengejutkan seluruh karyawan Abraham’Company. Haris dan Sisilia juga sangat terkejut atas berita ini, namun dengan tenang Nathan mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Meski hati Haris dan Sisilia tidak menerima jika Ayunda harus pergi, namun ia tak bisa memaksa kehendak Ayunda. Haris dan Sisilia menyerahkan semua kepada Nathan.Bandara Udara International Soekarno Hatta. Haris dan Sisilia ikut adil mengantarkan Nathan dan Ayunda untuk bertolak ke Australia. Alson tak ikut, ia terpaksa tidak diikut sertakan untuk mengantar Ayunda dan Nathan. Karena jika tidak, Alson pasti akan merengek dan ingin ikut.“Kalian jangan lupa kaba

  • The Power Of Love    Rencana 10 Hari

    Sebulan berlalu telah berlalu dengan cepat. Project jam tangan Abraham’company juga telah berhasil launching tanpa hambatan. Bahkan, jam tangan tersebut berhasil menjadi trending topic dan laku keras dalam kurun waktu seminggu.Kini mereka ada disini, di ruang meeting. Dengan wajah gembira dan suka cita. Selama sebulan bekerja penuh dengan tekanan, hasilnya berbuah dengan sangat manis.“Saya sampaikan kepada seluruh team. Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Terutama untuk Sekertaris Ayunda. Karena telah sigap menangani kasus pada project ini dengan sigap. Karena itu, project ini menjadi berhasil dan menguntungkan banyak pihak. Kita lihat disini, penjualan semakin meningkat setiap detiknya. Akan saya minta pada Bagian Devisi Sales dan Marketing untuk menguatkan promosinya.” ucap Nathan yang memimpin rapat sembari menunjukkan presentasi penjualan di depan layar Lcd.Seluruh team yang mengikuti meeting pagi ini terlihat sangat senang d

  • The Power Of Love    Kerja bagus, Alson!

    CklekPintu ruang rawat Ayunda terbuka, terlihat Haris, Sisilia, dan si kecil Alson yang berlari menuju brankar tempat Ayunda berbaring.Ayunda sedikit terkejut, karena kehadiran Tuan dan Nyonya Abraham untuk mengunjungi dirinya.“Mama!” isak Alson berlari menuju Ayunda dan memeluk Ayunda erat.“Hey, Son!” sapa Ayunda seraya mengelus rambut Alson.“Mama, dimana yang sakit? Mengapa, Mama, bisa sakit? Apa Alson nakal sehingga mama kelelahan?” tanya Alson beruntun, pria kecil itu sangat mengkhawatirkan Ayunda. Mendengar Ayunda masuk Rumah Sakit, si kecil Alson langsung mendesak Sisilia untuk mengantarkan dirinya bertemu dengan Mamanya.“Hey, Mama, baik-baik saja, Sayang. Bahkan, sebentar lagi, Mama, sudah boleh pulang.” jelas Ayunda menenangkan Alson.Alson mengangguk seraya melepas pelukannya kepada Ayunda. Bocah kecil itu mengelap ingusnya, membuat Ayunda s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status