Home / Young Adult / The Princess Troublemaker / BAB 1 : Pesta Sambutan

Share

BAB 1 : Pesta Sambutan

Author: shalunace
last update Last Updated: 2024-08-16 09:56:05

KALAU-KALAU membahas tentang interior bangunan sekolah maka sudah pasti Bina Bangsa akan keluarga sebagai pemenang. Bina Bangsa memang terkenal sebagai rajanya bangunan sekolah lantaran memiliki begitu banyak lorong dan tikungan pada tiap-tiap bangunan menjulang tinggi nan saling terhubung satu sama lain. Sehingga pihak sekolah menyediakan papan penunjuk jalan bagi pendatang baru karena rumitnya membedakan tiap-tiap koridor, bahkan tak ayal penghuni aslinya sendiri terkadang masih ada nan rentan tersesat. Mengerti benar bahwa petunjuk jalan merupakan suatu hal yang sangat-sangat krusial dan nyaris di butuhkan seluruh orang. Apalagi pada hari-hari penting seperti hari ini, contohnya. 

Bina Bangsa kedatangan tamu penting yaitu kunjungan tahunan dari para ketua OSIS dari sekolah-sekolah lain.

Nah, karena Jessica adalah murid yang paling baik hati dan ingin mereka mendapat sambutan terbaik dalam sejarah pertemanan antar sekolah ini. Maka dari itu si gadis datang dengan senyuman manis di gerbang dan melambaikan tangan pada sang ketua OSIS Bina Bangsa, yaitu Arzan. Dan menemukan Jessica lengkap dengan seluruh atribut sekolah merupakan hal terjanggal yang pernah laki-laki jangkung lihat sebelumnya.

"Lo ... ngapain, Jes?" tanya Arzan kelewat ragu dan betulan aneh.

Gadis berponi tersebut berdeham sejenak sebelum tersenyum penuh arti melirik Dhani yang merinding. Tatapan laki-laki itu seolah berkata, "Nggak usah liat-liat gue, setan!" Tajam sekali, soalnya.

Jessica menyerahkan paper bag sewarna putih pada Arzan. "Burger buat kalian orang-orang berjasa di Bina Bangsa. Gue harap kalian suka, belinya pake hati lo." Kala Arzan menelaah benar makanan bawaannya, si gadis menambahkan. "Yang warna merah muda di hias langsung sama Rosa, lho, Zan. Hope you like it. Gue dapet tugas dari Bu Inda kalau gue ngedampingin kalian nyambut tamu-tamu penting kita."

Dhani mengerutkan keningnya. Total menolak dengan sekuat tenaga, jelas saja. Ia tidak pernah sekalipun akur dengan cucu pemilik sekolah itu. "Dalam rangka apaan? Kita nggak dapet kabar apapun, tuh. Mau bikin ulah 'kan lo? Ketebak banget anㅡ"

"Ssssttt! Babe, jangan marah-marah. Nanti lo suka sama gue lagi, 'kan gue nggak bisa bales perasaan lo. Benci jadi cinta, lho," sela Jessica usai meletakkan jari telunjuknya di bibir Dhani kemudian ia menariknya dan mengendus jarinya sendiri. "Bau juga jigong lo, Dhan," komentarnya.

Dhani gumoh. Ingin sekali melahap Jessica hidup-hidup tetapi mengetahui benar bahwa tenaga si gadis tak bisa di anggap main-main, maka pemuda tersebut mendengus kesal dan memilih menjaga jarak daripada tekanan darahnya terus naik secara signifikan karena Jessica. Lebih baik menjaga jarak saja.

"Jadi lo beneran di utus Bu Inda?"

"Telepon sendiri kalau enggak percaya," sahut Jessica, jelas sekali menantang.

Sepersekian detik berikutnya Jessica tersenyum kala melihat beberapa orang yang mengenakan almamater berbedaㅡperwakilan setiap sekolah. Gadis itu lantas mengeluarkan ponselnya saat Arzan menyambut mereka dengan senyum hangat di pagar.

"Selamat datang. Perjalanannya lancar?" tanya Arzan ramah.

Ben mengangguk dan matanya mengedar guna mengagumi pahatan gerbang masuk yang benar-benar menyegarkan mata. Terlebih-lebih lagi yang bisa masuk ke dalam sekolah betulan orang-orang yang memiliki kartu ID Bina Bangsa selainnya harus membawa surat rujukan.

"Tentu. Berkat jemputan yang kalian kirim. Gue merasa sangat tersanjung bisa berkunjung kemari," kata Ben tak kalah ramah.

Selanjutnya Arzan terkejut kala Jessica menggeser tubuhnya dan mengulurkan tangan pada Ben. "Hai ... Ben? Halo, gue Jessica. Tolong inget dan hapal nama gue, ya. Selamat datang di Bina Bangsa, gue harap sambutannya menyenangkan. Terima kasih sudah mau berkunjung."

Ben belum mampu mencerna sempurna apa yang dipaparkan gadis asing di hadapannya. Terlebih-lebih lagi kala gadis serupa boneka tersebut mundur, seolah mengambil jarak dan masih tersenyum lebar sebelum sebuah insiden terjadi.

"Welcome to my school, Loser!" serunya lantang dan membunyikan trompet sekeras mungkin. "Ini pesta sambutan buat kalian budak-budak sekolah tercinta, yuhuuuuuu! Woooo!"

Mereka semua diguyur air warna-warni yang jatuh dari langit-langit bangunan. Pekikan mengudara kencang luar biasa, umpatan serta makian terlisankan dengan amat sempurna sementara Jessica terbahak-bahak di tempatnya dan memandang Ilion dengan beberapa teman-teman lainnya.

"Kena semua nggak?!" tanya Ilion berteriak dari atas.

Jessica mengirimkan sinyal agar mereka semua segera pergi usai mengangguk sebagai jawaban. Tawa beberapa anak laki-laki itu perlahan-lahan menghilang. Gadis itu menatap mereka semua yang sudahㅡwell, warna-warni selayaknya anak ayam yang dijual murah di pasar. Jangankan Ben, Dhani saja meradang luar biasa. Firasatnya benar, Jessica takkan suka rela datang kemari kalau tak ingin merusuh.

"Lo gila, hah?!"

"Arzan! Ini apa-apaan, hah?!" teriak Ben, marah.

Jessica menoyor kepala Ben kala laki-laki itu ingin menyampaikan kalimat baru. "Nggak ada yang boleh teriak-teriak di sekolah gue selain para penghuninya. Dan tolong sampein salam gue ke Rodeva, temen lo 'kan di SMA Jayalingga? Dia nantangin gue tauran sore ini." Gadis itu menepuk-nepuk pipi Ben singkat lalu mendongak sejenak. "Ini fitur terbagus di Bina Bangsa, atapnya bisa dibuka karena pemandangnya bagus tapi atap kacanya kayanya rusak sampe ikutan ke buka juga. So, selagi gue ngomong pake mulut. Inget nama gue. Je-ssi-ca!"

Si empunya berbalik kemudian dan mengibaskan tangannya di udara. "Dadah! Gue mau mengundurkan diri dari acara ini. Bye, so good to know you, Loser."

***

Chelsie pusing tujuh keliling. Kepalanya berdenyut luar biasa. Dadanya memanas seolah jantung siap meledak setelah mendengar pengaduan salah satu anggota OSIS. Jessica berulah lagi dan di sama sang sahabat malah sibuk tertawa melihat video lucu di ponsel. Wow! Jessica memang takkan pernah berubah. Suka sekali mengganggu anak-anak OSIS.

"Esie, kalau lo ngeliat gue kayak gitu terus. Nanti matanya bisa jatoh, lho," celetuk Jessica tanpa mengalihkan pandangan dari layar. Berikutnya seolah sadar akan sesuatu si gadis menurunkan kaki dari meja lab dan memandang sang sahabat penasaran. "Gimana? Sambutan gue kali ini estetik banget, 'kan?"

Rosa mengacungkan jempolnya; merasa bangga. "Terdabest! Harusnya lo kasih warna merah darah aja, supaya lebih creepy lagi kesannya," komentarnya, terdengar jauh lebih sinting.

Jenna berhenti melihat-lihat gambar di tabletnya dan melirik Jessica dengan gelengan kecil. "Ini ... lebih parah dari tahun lalu, sih." ia berkomentar seadanya.

Jessica mengibaskan rambutnya sombong. "Gue gitu lho," ujarnya berbangga diri.

"JESSICA! DEMEN BANGET YA LO NGERUSUH! YA ALLAH! SINI DEKETAN! GUE AJA YANG NGEJAMBAK LO, SINI!"

Jessica melotot. Buru-buru berlari dari amukan Chelsie yang melepaskan sepatu guna memberi pelajaran gadis berponi tukang rusuh tersebut. Wajahnya semakin memerah nyalang memandang sang sahabat.

Jenna menahan pergelangan tangan Chelsie yang ingin melemparkan gelas kaca bekas penelitiannya tadi. "Dari kecil nih anak nggak pernah berubah. Demen banget jail. Makin gede makin menjadi! Sini lo!"

Jessica menyenggol Rosa, "Emak lo kalau marah ngeri juga, ya. Sadako insecure ngeliat mukanya. Serem, cuy!"

"Emak lo bukan gue."

Jenna tertawa mendengarnya namun menahan diri mati-matian lantaran Chelsie mengatur napas dan menahan marah. "Udah-udah. Mau mulut lo berbusa juga dia nggak bakalan jadi anak baik."

Rosa memiringkan kepala sepenuhnya bingung, ritme mulutnya mengunyah permen karet melambat. "Anak baik itu kayak gimana, sih? Gue suka bingung sendiri mikirin jawabannya." Saat Chelsie menoleh dengan tampang senggol-bacok, Rosa buru-buru mengangkat tangan. "Nggak usah di jawab juga nggak papa. Ikhlas, ridho, rela. G****e masih beroperasi, tenang. Woles, bruh!"

Jessica mengerang kemudian dan mengembuskan napas berat, membiarkan dirinya jatuh terduduk ke atas lantai laboratorium kimia. Pandangan seolah menerawang. "Cuma males jadi anak baik. Toh, nggak ada yang bakalan ngasih apresiasi, iya nggak sih? Kita ... ini sama."

Chelsie merubah air wajahnya dan mengembuskan napas berat kemudian mengangguk samar. Ia menyandarkan pinggang pada ujung meja dan menunduk kecil. "Bener juga. Kayak gue, nih. Menang olimpiade senasional aja belum dapet tepuk tangan."

"Okay," Rosa sadar suasananya agak terasa berat sekarang. "Can we talk another story? Suasananya udah mulai berat, i don't like it. Gue berasa lagi sidang jadinya."

Jenna tertawa mendengarnya. "Lain kali, ajak kita kalau ngerusuh. Biar nambah agenda BK pake foto muka kita berempat berjemur di depan tiang bendera bukan di pantai. Epik nggak tuh waktu di ceritain pas tua entar?"

"Boleh juga."

Si Poni mengedikkan bahunya. "Ide bagus. Bisa diatur. Ibu Ratu ikut tidak?"

Seluruh pandangan tertuju pada Chelsie, tampaknya butuh pemikiran panjang sebelum memberikan gelengan. Mereka menghembuskan napas kecewa dan si gadis terkekeh geli melihatnya.

"Lain kali, gue masih harus banggain nyokap. Gue join kalau waktunya udah tepat," katanya, berniat memberikan kalimat penenang.

"Padahal enak dihukum bareng-bareng. Entar kakek gue bangga cucunya bahagia di sekolah ini. Ya, kagak? Hahaha, emang cucu teladan gue." Jessica menyibak poninya sekilas.

Satu sekon kemudian senyum Jessica luntur ketika suara dingin dan mencekam menyahut sok ramah. "Ouh, bagus sekali, Jessica. Saya akan dengan senang hati menghukum kamu. Jadi ... mari berjalan suka rela ke ruangan saya. Buku kasus saya sudah rindu dengan nama kamu."

Jessica membeku, mati! Ketangkep gue!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Princess Troublemaker   EXTRA BAB

    APABILA di umpakan secara gamblang, transparan dan tepat sasaran. Barangkali kejengkelan nan sedang menggerogoti jantung sekaligus hatinya telah menyerupai gunung aktif yang siap memuntahkan lahar panas guna membumi hanguskan sekitarnya. Menghancurkan setiap sentinya. Melenyapkan setiap eksistensi yang terlihat. Begitu pendeskripsian isi hati seorang Alvin sekarang ini. Dia sangat amat muak menghadapi situasi yang sama berulang-ulang kali. Hingga rasanya si lelaki bisa melakukan apa saja untuk menyingkir masalah nan sedang mengganggu kesehariannya tersebut. Jujur saja, bukankah dia lahir tanpa setangki kesabaran melimpah? Hei, dia jelas-jelas bukan badan amal. Mana sudi ia bersikap sabar terhadap orang-orang yang bahkan tidak ingin bersikap sabar atas dirinya; egois memang, akan tetapi Alvin mana mau repot-repot peduli.Emosi yang kini menguasai dadanya benar-benar tidak terbendung lagi, jadi Alvin harus memprioritaskan hati dan batinnya. Ini tidak bisa di tunda-tunda lagi jikalau tida

  • The Princess Troublemaker   EPILOG

    KABAR kembalinya sang penguasa Bina Bangsa menyebar dengan cepat yang bahkan tidak genap satu hari setelah beritanya masuk menuju masing-masing ponsel warga sekolah. Termasuk adegan epik sang tuan putri dalam melancarkan aksi balas dendamnya begitu menginjakkan kaki di sekolah. Memang tidak ada bukti fisik seperti video atau pun foto, akan tetapi hal ini mutlak mengirim teror bagi siapa-siapa saja yang telah lancang mengusik tiga sahabat gadis penguasa tersebut. Selepas fakta mengenai Chika menjalar bagaikan tanaman rambat, informasi baru dari korban-korban yang Jessica gasak habis di hari yang sama mulai simpang siur terdengar. Bahwa pembalasan dendam Jessica bukanlah lelucon semata. Tiada satu pun dari mereka yang berani membayangkan akan sesuram apa hari esok. Akan setegang dan seberisik apa Bina Bangsa esok, namun yang pasti, Jessica telah mendeklarasikan peperangan dan takkan ada yang bisa kabur dari cengkeramannya.Yah, terserah dengan apa yang akan terjadi. Alvin tidak peduli.

  • The Princess Troublemaker   BAB 75 : Make It Longer and Hotter!

    APABILA bundaran oranye tersebut dapat berbicara, barangkali serangkaian kalimat makian sudah terlontar kepada manusia kelinci yang masih bebal melantunkan bola basket nan kusam itu menuju ring walau telah terpeleset berulang kali. Alvin tetap bersikukuh melanjutkan permainan seorang diri di markas kumuh ini. Tempat terakhir ia benar-benar bertemu Jessica. Tempat yang menjadi saksi bisu akan seberapa besar perasaannya untuk gadis nakal tersebut. Oleh sebab itu ujung-ujungnya Alvin melarang keras yang lain datang ke tempat ini. Alasannya karena takut kenangannya dengan Jessica pudar begitu saja. Jelas, awal-awalnya muncul pertentangan akan tetapi jikalau Alvin sudah berkehendak. Siapa yang berani menantang memangnya? Cari mati namanya.Yah, setidaknya sampai Jessica kembali.Iya, begitu.Namun, kapan gadisnya akan kembali?Apa setelah mereka lulus SMA?Ah, sial! Perasaannya semakin memburuk bahkan hanya dengan memikirkannya saja. Alvin tentu saja tidak tahu apa-apa. Dia ini merupakan o

  • The Princess Troublemaker   BAB 74 : Ayo Pulang, Sica!

    PEMANDANGAN danau indah, secangkir kopi dan sepirinh roti panggang hangat. Perpaduan ini membuat Jessica merasa jauh lebih hidup di bandingkan yang sudah-sudah. Seolah ia baru saja menjadi manusia seutuhnya sekarang. Sebab sepanjang hidup, baru kali ia tidak bangun dengan beban berat pada pundak. Tidak ada lagi mimpi buruk yang mencekam. Tidak ada lagi sesak dalam dada. Tidak ada lagi pening yang menyerang kepala. Tubuhnya sungguh-sungguh terasa ringan hingga menjalani rutinitas santai begini membuat senyuman manis di bibir terbit dengan begitu cerah. Jessica menghembuskan napas pendek, mengeluarkan ponsel yang Bastian berikan padanya dan mulai memotret tiap sudut tempat nan ia rasa tampak cantik untuk di abadikan oleh kamera ponselnya.Jessica memang belum sepenuhnya terbiasa. Bahasa dan budaya mereka jelas berbeda dengan keseharian yang dulu biasa ia jalani. Jessica juga belum pernah tinggal begitu lama di negeri orang lain selain hanya singgah guna menemani sang kakek bekerja atau

  • The Princess Troublemaker   BAB 73 : Nakal dan Jahat

    DUA minggu. Empat minggu. Kemudian sudah genap satu bulan. Lambat laun bertambah hari demi hari. Tahu-tahu sudah lebih dari satu minggu lagi. Lalu bulan lagi. Begitu terus. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tepat lima bulan kepergian Jessica dari hidupnya dan Alvin tidak pernah merasa kehilangan seperti ini sebelumnya. Alvin tidak pernah merasa hidupnya sehampa ini. Tidak pernah merasa jikalau hidupnya akan seberat ini tanpa kehadiran gadis barbar kesayangannya itu. Alvin tidak pernah mengira bahwa ketiadaan Jessica dalam poros dunianya benar-benar melumpuhkan nyaris seluruh engsel kehidupannya, dan membuat dia terus berlari dari getirnya fakta bila saat ini dia benar-benar di tinggalkan tanpa salam perpisahan.Jantungnya berdenyut ngilu.Alvin tidak pernah tahu bahwa merindukan seseorang bisa membuatnya gila seperti ini. Entah sudah berapa orang yang ia pukuli hari ini. Entah sudah berapa kayu yang ia patahkan ka

  • The Princess Troublemaker   BAB 72 : Tolong Pulang, Jessica

    SEBUT saja dia gila. Bastian tidak keberatan. Sama sekali tidak masalah di maki demikian sebab orang waras mana yang dengan kesadaran penuh membawa kabur seorang cucu perempuan satu-satunya dari keluarga konglomerat Atriyadinata? Cuma dia. Secara teknik memang tidak dapat di sebut menculik akan tetapi tetap saja Bastian terlibat sebagai kaki tangan. Apabila sang kakek tahu, tanpa sempat menjelaskan maka namanya sudah terlebih dahulu terukir di batu nisan. Mengesankan. Bastian tidak belajar mati-matian dari dulu hanya untuk menghancurkan hidupnya di masa depan nanti. Tidak. Enak saja. Bastian belajar seperti kiamat akan datang esok hari karena ingin segera hidup mandiri dan terlepas dari sistem politik keluarga. Dia sudah muak harus mendengarkan sang ibu menjelek-jelekkan anggota keluarga lain. Masih baik dia tidak terkontaminasi, tidak seperti saudaranya yang lain.Kendati demikian, walau sudah membuat heboh keluarga, tampaknya si pelaku tidak terlihat merasa bersalah sedikit pun. Di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status