Home / Romansa / The Prosecutor Secret Lust / Ch.04 Dikeroyok Berandalan

Share

Ch.04 Dikeroyok Berandalan

Author: Rein_Angg
last update Last Updated: 2025-03-01 11:07:20

Sadar kalau telah dikerjai dan dibodohi, Hanae menunduk. Ia tidak menjawab apa-apa. Bibir dikulum ke dalam menahan sebuah emosi yang tengah membungkus sekujur batin perihnya.

Xavion menggeleng jengah seraya berkata, “Jadi orang itu yang pintar! Aku tidak suka punya karyawan bodoh meski dia hanya sekadar magang! Mengerti?”

Tak ada suara, Hanae hanya mengangguk.

Merasa perbincangan mereka sudah cukup, Xavion segera melangkah keluar. “Jangan lupa matikan komputer dan lampu setelah selesai! Aku tidak mau bagian umum memarahiku lagi karena masalah komputer dan lampu yang tidak dimatikan selesai bekerja!”

Tetap tak ada suara, Hanae lagi-lagi mengangguk dalam diam. Setelah bosnya keluar dari ruangan, barulah ia mulai bersuara.

Bukan berkata apa-apa, hanya terisak. Sedih karena sampai jam sebelas malam ternyata hanya mengerjakan sesuatu yang tak berguna. Sedih karena sejak di bangku sekolah hingga bekerja diri selalu mengalami perundungan akibat tidak berasal dari keluarga terhormat.

Lebih dari itu, dia tidak punya keluarga sama sekali. Hanya anak panti asuhan yang pintar hingga selalu mendapat beasiswa berjenjang. Hanya anak sebatang kara yang mencoba mencari tempatnya sendiri di dunia.

***

Mengusap air matanya, Hanae mematikan komputer dan lampu seperti perintah jaksa tampan yang menjadi bosnya.

Jangan salah, di mata Hanae memang Xavion sangat tampan. Hanya wanita buta yang mengatakan lelaki itu biasa saja. Akan tetapi, dia sama sekali tidak ada pikiran apa pun terhadap Tuan Muda Young. Tidak berani meski hanya berkhayal. Padahal, tidak ada yang melarang untuk berkhayal.

Ia mengambil tas lusuh yang juga merupakan bekas pakai alias sumbangan pada panti asuhan. Bahkan, di bagian ujungnya sudah sedikit bolong. Tak mengapa, dia tidak memiliki tas lain.

Keluar dari ruang kerja di lantai dua, langsung menuruni tangga menuju lantai satu. Sesekali menganggukkan kepala dan melempar senyum pada security yang tengah patroli.

Udara dingin kota Los Angeles sontak menyapa begitu ia menginjakkan kaki keluar dari gedung kehakiman. Angin menerpa rambut panjangnya hingga berikibar ke arah belakang. Dua lengan ia peluk sendiri sementara kaki terus melangkah menuju halte bus yang terletak sekitar 100 meter di sisi kanan bangunan megah dan besar tempatnya bekerja.

Hanae yang bodoh. Bisa-bisanya dia tidak membawa jaket apa pun untuk melindungi diri dari dinginnya malam. Apalagi, semua pakaian yang dia kenakan adalah pakaian bekas hingga bahannya sudah tipis pula.

Duduk di kursi halte bus, mata lelahnya menatap sekitar. Berharap sebuah bus segera datang dan ia bisa cepat pulang. Bayangan ranjang di kamar sungguh membuatnya tak sabar untuk cepat memeluk bantal.

Sayangnya, saat sedang memandangi sekitar, ia bisa melihat lima orang pemuda dengan pakaian serba hitam seperti anak punk mendekati halte tempatnya duduk. Perasaan langsung tidak enak dan mencekam.

Maka, ia pun bangkit dari kursi tersebut dan hendak kembali menuju gedung kehakiman saja. Paling tidak, di sana ada security yang bisa membantunya.

Suara tawa pemuda liar terdengar di telinga Hanae di mana mereka mulai meneriakkan kata-kata tidak senonoh. Beberapa dari lelaki itu mengatakan ingin menyetubuhinya detik itu juga.

‘Ya, Tuhan! Apakah tidak bisa Engkau berikan satu saja kebaikan padaku di hari ini? Kenapa aku sungguh sial hari ini! Aku tidak boleh sampai tertangkap oleh me—‘

Dan bahkan doanya saja tidak bisa ia selesaikan saking sialnya!

Kedua lengan sudah dicengkeram kencang oleh tiga lelaki sementara dua pria lain mulai menggerayangi tubuhnya. Tanpa ragu meremas dada dan menelisik masuk ke balik rok span selutut yang ia kenakan.

“Lepaskan aku! Toloong! Tolooong!” teriak Hanae memberontak, tetapi ia sudah dikepung lima lelaki dan bagaimana mungkin bisa lepas dari cengkeraman itu.

Yang terjadi sekarang justru mulutnya dibekap dari belakang dan ia bisa merasa tubuh ditarik menjauh dari gedung kehakiman. Melewati halte tempatnya tadi menunggu bus, air mata Hanae meleleh tak terbendung.

Apakah malam ini dia harus kehilangan kesuciannya!

Tak ada satu pun lelaki pernah menyentuh tubuh terdalamnya selama ini! Apakah malam ini semua itu akan berakhir? Apakah malam ini akhirnya dia disentuh langsung oleh lima lelaki sekaligus dalam cara yang sangat pilu dan menjijikkan!

Berbagai pertanyaan menyedihkan menggema di benak sang wanita. Isaknya tersengal mengira diri sudah pasti akan dirudapaksa setelah ini.

Akan tetapi ....

Sebuah Bentley hitam mendadak berhenti di pinggir jalan. Seorang lelaki tinggi besar keluar dari dalam sambil menodongkan senjata api pada kelima lelaki yang sedang menggeret Hanae.

“Lepaskan karyawan magangku atau kuledakkan kepala kalian semua!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.127 Dasar Gelas Champagne

    Tepat saat dia berkata begitu, munculah dua orang polisi masuk ke dalam ruangan. “Selamat siang, saya adalah Letnan Jackman, dan ini Letnan Cruz. Kami yang menyelidiki pembunuhan Lilac Cheng.”“Atas dasar apa kepolisian menahan klien saya?” senyum Corry menghadapi polisi dengan tenang.Salah satu detektif berkata, “Kami berhasil menangkap pembunuh bayaran yan disewa oleh Gladys Young untuk membunuh Lilac Cheng. Dia sudah mengakui semuanya dan memberikan bukti-bukti berupa uang yang diserahkan oleh Nyonya Young di sini.”“Jadi, sepertinya Anda memilih pembunuh bayaran yang salah, Nyonya Young. Karena dia adalah pembunuh bayaran yang menyimpan semua bukti-bukti pembunuhan yang dia lakukan, serta siapa yang menyuruhnya.”Detektis satunya tertawa pelan, “Ya, dia sudah sedia payung sebelum hujan.”Xavion saling pandang dengan Corry sang pengacara. Di mana pembela tersebut merasa kasus ini akan menjadi kasus yang sulit.“Mom? Please, M

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.126 Sebaiknya Mengaku Bersalah

    Mendengar ibunya ditangkap polisi atas kasus pembunuhan Lilac Cheng, betapa terkejut hati Xavion. Ia memang sudah menduga ibunya yang melakukan hal tersebut, hanya saja tidak menyangka akan sampai terungkap oleh polisi. Meninggalkan klinik tempatnya mengetes DNA dengan Hanae, mobil Bentley mewahnya segera meluncur ke kantor polisi tempat ibunya ditahan. Sempat berselisih paham dengan beberapa orang petugas polisi yang melarangnya menemui Gladys, tetapi akhirnya ia diijinkan. Mengingat yang datang adalah jaksa terbaik di Los Angeles, orang yang berjasa memenjarakan banyak tangkapan polisi, maka ia mendapatkan perlakukan khusus. “Jangan lama-lama. Maksimal 10 menit saja dan kamu sudah harus keluar. Dari apa yang aku dengar, ibumu sudah memanggil pengacara terbaik.” Mengangguk, Xavion kemudian bergegas menuju ruang interogasi di mana ibunya sedang disekap di sana. “Mommy!” engahnya saat melihat sang ibu duduk d

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.125 Persaingan Telah Usai

    Ezra memandangi dengan gamang. Meski ada keraguan, tetapi dia juga tahu Xavion tidak segila itu merancang semua kebohongan ini hanya untuk bisa bersama Hanae. Tahu kalau sahabatnya tidak segila itu untuk meniduri adiknya sendiri.“Kita tes DNA siang ini saja. Aku ada sidang sebentar lagi, jadi sebaiknya kita bergegas,” ucap Ezra menghela pasrah. Baginya, kebahagiaan Hanae adalah yang terpenting. Kalau memang ternyata Xavion dan adik angkatnya tidak memiliki hubungan darah, apa haknya untuk melarang mereka bersatu?Bergandengan tangan, Hanae bergelayut mesra di lengan kekar mantan kekasih yang sebentar lagi akan kembali menjadi kekasih. “Xavion,” panggilnya manja.“Apa?” jawab jaksa tampan dengan gemas.“Selama tidak bersamaku, kamu tidak bersama wanita lain, ‘kan?” kikik Hanae berbisik.Tawa Xavion berderai. Tawa lepas pertama yang ia keluarkan dari bibir setelah hampir satu bulan terakhir didera berbagai rasa pilu menyayat.

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.124 Bisa Bersama Kembali

    Ezra merasa heran dengan permintaan Xavion. Apalagi, sahabatnya itu memintanya untuk mengajak Hanae dalam pertemuan mereka. Namun, karena terdengar sangat penting dan mengingat situasi saat ini tidak setenang serta seaman sebelumnya, tidak ada salahnya jika dia memenuhi keinginan tersebut, bukan?Duduk berdampingan dengan adik angkatnya di sebuah meja restoran, Ezra melihat bagaimana wajah Hanae nampak tegang. Tahu kalau sang wanita pasti gugup akan bertemu dengan lelaki yang dicintai.“Itu dia datang,” gumam Ezra menunjuk ke arah pintu masuk.Mata Hanae mengikuti gerakan telunjuk sang kakak. Dari pintu masuk restoran nampak seorang lelaki tinggi besar dan gagah sedang berjalan menggunakan longcoat ke arah meja mereka.‘Tuhan, kenapa dia terlihat semakin tampan?’ engah Hanae menahan rasa pedih dalam hati. Ia remas jemarinya yang ada di bawah meja. Kegugupan melanda, bingung harus bersikap apa.Xavion segera duduk di kursi yang b

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.123 Kebohongan 22 Tahun

    “Bagaimana caramu tes DNA? Ayahmu sudah meninggal dan dikubur selama 22 tahun. Hasil tes DNA ini pasti palsu. Siapa yang memberikannya padamu? Kamu tidak boleh percaya berita bohong seperti ini, Xavion!” engah Nyonya Besar Young masih mencoba keberuntungan di detik-detik terakhir.“What do you think I am, Mom? Stupid? Aku tidak bodoh, Mommy!” kekeh Xavion menatap kian tajam dan benci pada ibunya. “Aku menggali makam Daddy dan melakukan tes DNA sendiri. Hasilnya, sangat akurat dengan semua yang kuketahui akhir-akhir ini!”Gladys terengah. Jika ada pepatah mati kutu, itulah yang dia rasakan sekarang ini. Tidak bisa menjawab apa pun, tak mau mengakui apa pun.“Aku anak siapa, Mommy?” seringai Xavion, meski ia sudah tahu jawabannya. Sunyi, ibunya menunduk dan terdiam.Ejekan Xavion kembali terdengr, “Ironis sekali, bukan? Aku yang biasa disebut Tuan Muda Young ternyata bukanlah putra kandung Billy Young.”“Justru Hanae yang dari pan

  • The Prosecutor Secret Lust   Ch.122 Hasil Tes DNA

    “Hemofilia adalah kelainan yang terjadi akibat keturunan. Orang dengan hemofilia tidak memiliki zat tertentu secara cukup untuk bisa membuat darah beku dan berhenti menetes saat luka,” terang dokter pada Xavion. “Ayah atau ibumu tidak pernah mengatakan ini padamu? Apa sejak kecil kamu tidak pernah terluka?”Xavion terengah mendengar hal itu. Batin sontak mengorek kenangan, mencari apakah ia pernah terluka dan mengalami kondisi hemofilia seperti sekarang.“Aku ... uhm, tergores pisau atau pinggiran kaleng tajam sepertinya pernah. Hanya luka kecil? Aku tidak tahu, aku tidak ingat,” gelengnya bingung. Dokter kemudian menunjuk keningnya. “Bagaimana dengan luka di pojok dahi Anda? Itu seperti bekas jahitan. Mungkin dulu saat kecil Anda pernah mengalami kepala bocor?”Secara reflek, Xavion mengusap kepalanya. Ia rasakan di pojok dahi bahwa memang ada seperti bekas jahitan di mana kulit terasa bergelombang. “Kalau tidak salah, saat usiaku 11 tahun ... a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status