“Hai, Hanae! Sudah siap untuk acara persiapan api unggun? Kami akan mengadakannya sebentar lagi. Apa kamu mau membantuku mempersiapkan kayu bakar?” Margie sedang mendatangi Hanae, mereka bertemu tepat saat karyawan magang tersebut sedang berjalan menuju lapangan sekitar 100 meter dari kabin. Langkah Hanae terhenti, “Aku? Kamu memintaku membantu mempersiapkan kayu bakar?”Margie tertawa. Wajah wanita itu terlihat sangat bersahabat. “Yes, aku ingin mengajakmu untuk berpastisipasi mencari kayu bakar di hutan. Kenapa? Kamu tidak ingin membantuku?”Hanae cepat menggeleg. Margie adalah karyawan di lantai dua yang bekerja di timnya Chaiden. Kata orang, wanita itu sangat pintar dalam membantu Chaiden memenangkan kasus. Ia berpikir kalau bisa berteman baik dengan Margie, mungkin akan ada banyak ilmu baru yang bisa diserap.Pemikiran yang selalu saja terlalu polos dan naif. Iya, memang Margie adalah salah satu bintang di gedung kejaksaan tersebut. Akan tetapi, apa Hanae tidak melihat selama pe
Teriakan Hanae kembali terdengar karena mendadak ada badut lain yang tidak kalah menyeramkan keluar dari balik pepohonan di depannya. Jantung sang gadis sudah serasa akan berhenti akibat rasa takut luar biasa.Mungkin terkesan sesederhana itu, badut! Akan tetapi, tidak bagi Hanae yang memiliki trauma ketakutannya tersendiri. Ia menangis kencang, meraung meminta tolong, tetapi sepertinya tidak ada yang mendengar suara jeritannya.Kaki terus berlari dan tanpa sengaja tersandung akar pohon. Ia tersungkur ke atas tanah hingga seluruh pakaiannya terkena lumpur cokelat dan kotor tidak karuan.Tak peduli meski bajunya kotor, Hanae cepat berdiri, menyambar obor, dan terus berlari. Dalam batin traumatisnya, kehadiran badut sama saja dengan mengancam nyawa. Ia bergerak cepat, tetapi kembali tersandung bebatuan dan sekali lagi tersungkur mencium tanah.Kacamata yang dibelikan Xavion seharga seribu Dollar lebih terlepas dari matanya. Ia menjerit ketakutan! Air mata panik mulai menuruni pipi. Tang
Para peserta malam keakraban mulai berdatangan, berkumpul di tengah lapangan untuk mengikuti acara api unggun. Tiga jaksa yang paling digandrungi kaum hawa terlihat berjalan bersamaan, membuat senyum manis muncul di wajah setiap wanita.Tak terkecuali wajah Margie yang ternyata sudah duduk manis di pinggir lapangan bersama teman-temannya. Menanti kedatangan atasan mereka, yaitu Chaiden.Fanty dan Deasy tidak terlihat. Tentu saja tidak terlihat. Dua wanita psycho yang terus membuat Hanae kesulitan sedang cosplay jadi badut IT, menakut-nakuti hingga sesuatu yang buruk terjadi.Ezra berjalan menuju timnya sendiri karena memang namanya saja malam keakraban. Tentu masing-masing harus bersama tim mereka sendiri, bukan tim lain. Akan tetapi, matanya jelas mencari satu sosok yang tidak terlihat duduk di antara karyawan tim Xavion. ‘Di mana Hanae?’ pikir Ezra sambil terus memerhatikan, siapa tahu yang dicari sebenarnya ada di sana, tetapi tidak terlihat.Sementara sang pemimpin justru cuek sa
Suara Chaiden terdengar jelas di telinga Xavion yang masih terus meraung penuh kesedihan. “Ayolah! Mundur dari sini dan biarkan petugas memadamkannya! Fuck you! Aku tidak mau melihatmu terbakar!” Tubuh besar Chaiden mulai menggeret sahabatnya ke belakang. Dengan dibantu karyawan lain, akhirnya Xavion berhasil dijauhkan dari garasi.***Di atas tanah berumput hijau segar, sekitar 70 meter dari kabin yang sedang terbakar tersebut, di sanalah Hanae duduk dalam pelukan Ezra. Tubuhnya gemetar hebat! Tangis tidak bisa berhenti terdengar bersama napas tersengal seperti orang sedang tenggelam.“Badut ... badut! Badut ...!” tangis Hanae, menggeleng ketakutan dalam pelukan Ezra. Ia peluk lelaki itu sangat erat bersama tubuh meggigil ketakutan.Ezra tersengal pula saat mendengarnya, “Badut? Kamu melihat badut?”Anggukan Hanae menjadi jawaban sebelum kalimat pilu kemudian menyusul, “Mereka mengejarku! Dua badut mengejarku! Mereka mau menculikku! Mereka mau menyakitiku! Takut! Aku takut!” tangisn
Xavion memperlihatkan sisi terburuk dirinya. Ia mendengkus buas ketika jemari mencekik leher Hanae. Setiap tekanan yang diberikan pada otot leher sang gadis dan membuat udara makin sulit diraih menghadirkan kesenangan tersendiri padanya.“This is a fucking redemption, Bitch!” bisiknya bengis di telinga Hanae, mengatakan ini adalah waktunya pembalasan. Bahkan, saking murkanya mobil sang ayah dibakar, ia memaki wanita itu dengan sebutan yang sangat merendahkan.“Kkkhh ... kkkhhh!” Mata Hanae mulai merah dan berair. Sepuluh jemari mencengkeram lima jemari Xavion yang sedang mencekik lehernya. Ia berusaha melepaskan diri dari rengkuhan mematikan tersebut.Kesadaran wanita itu sepertinya menjelang sirna karena pandangan mulai terlihat buram. Suara di sekitar pun menjadi hanya seperti dengung lebah. Selain syok berat, kelelahan, ia juga menghirup cukup banyak gas beracun dari kebakaran di dalam garasi tadi.Ditambah sekarang dicekik hingga udara bersih makin mustahil diraih, Hanae pasrah da
Ezra merebahkan Hanae di atas ranjang periksa di klinik kecil sederhana milik Yellow Valley. Satu orang petugas kesehatan sudah ada di sana dan membantunya membersihkan luka serta mengobati goresan perih di sekujur tubuh sang gadis.Saat kotoran sedang dibersihkan menggunakan berbagai alat medis, perlahan mata Hanae mengerjap. Suara lirihnya terdengar, “A-aku di ... aku di ma-mana?”Ezra segera mendekatkan diri pada wajah lusuh dan kumal wanita tersebut. “Aku membawamu ke klinik. Tenanglah, aku di sini bersamamu. Tak ada yang bisa menyakitimu.”Sambil meringis menahan sakit di lutut yang terluka cukup dalam, Hanae melihat sekeliling. “Kita masih di malam keakraban? Aku ... tadi ada mobil terbakar. Aku tidak sengaja! Aku ketakutan!”Ezra cepat memeluk dan mengusap punggung Hanae. “Ssshh, tenanglah, tenanglah. Sudah, jangan dipikirkan. Aku tahu kamu tidak berniat membakar mobil Xavion.”“Ada badut! Dua badut! Mereka mengejarku!” tangis Hanae terisak dalam pelukan seniornya. Jemari wanit
Permintaan Xavion seaneh deru napasnya yang berubah mendadak saat bibir didekatkan pada leher dan telinga Hanae. Berawal dari ingin wanita itu membayar perbuatan membakar mobil kesayangannya, ada sesuatu lebih yang kemudian mengekor di belakang permintaan itu.“Kepu-kepuasan ... kepuasan fi-fisik?” gagap Hanae tak mengerti. Namanya saja gadis panti asuhan yang culun dan polos. Dijauhi semua orang, tak pernah memiliki kekasih, mana dia tahu makna kepuasan fisik?Xavion terkekeh sinis, “Tentu saja! Dan kalau kamu tidak tahu bagaimana melayani kepuasan fisikku, maka aku akan mengajarinya!” bisik sang jaksa tampan bak bisikan setan mengerikan di telinga Hanae.“You see, pelayanku baru saja berhenti bekerja tadi pagi. Kamu gantikan dia, atau aku akan menjebloskanmu ke penjara!” ulangnya satu kali lagi.Jemari kokoh dan besar Xavion merayap turun dari leher Hanae. Ia pandangi gadis polos seiring memori terus memutar ulang pemandangan indah di kamar mandi sore tadi. Ia tak bisa berhenti meng
Sepulang dari acara malam keakraban, Hanae merapikan barang-barangnya di kamar tidur panti asuhan Blessed Mother Marry. Ia terisak sangat pelan. Sebuah amplop surat yang sudah terlihat cukup usang dikeluarkan dari laci meja. Ia tersenyum getir melihat amplop surat tersebut. Tertulis di bagian depan, “To: Hanae. From: Raze Chi.” Bisik Hanae terdengar seiring air mata diusap oleh jarinya yang sedikit gemetar menahan kesedihan. Baru kali ini ia harus meninggalkan kamar panti asuhan yang sudah ia tinggali sejak masih bayi. "Apa kamu masih hidup, Raze? Apa kamu baik-baik saja? Apa hidupmu bahagia? Kenapa kamu tidak pernah kembali untuk menengokku seperti janjimu?” Ingatannya kembali ke masa lalu. Meski semua wajah yang ada teringat secara samar, tetapi ia terus menyimpan memori tersebut. Seorang anak remaja laki-laki duduk bersamanya di teras panti asuhan. “Aku akan pergi besok. Simpan terus surat ini supaya kamu tidak lupa padaku, ya?” Remaja lelaki itu berucap dengan nada lembut
Orang-orang di restoran cepat mengerumuni Gladys dan mencoba membuat wanita itu sadar kembali. Jessica sampai terisak ketakutan. Dia takut calon mertuanya sakit dan meninggal karena kalau begitu impiannya menikah dengan Xavion bisa dipastikan tinggal menjadi kenangan.Setelah beberapa menit dalam keadaan tidak sadarkan diri, akhirnya Gladys kembali membuka mata. Wajahnya yang pucat pasi menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu bertanya apa yang terjadi? Orang-orang membantunya kembali duduk ke atas kursi setelah tadi sempat merosot dan tersungkur ke atas lantai.Jessica perlahan memberi minum air mineral kepada Gladys. “Aunty, Aunty kenapa? Apa Aunty sakit? Aku antar ke rumah sakit, ya?” isaknya bingung.Namun, Nyonya Besar Young menggeleng. “Tidak, tidak usah ke rumah sakit. Aku baik-baik saja. Aku hanya syok karena mengetahui Xavion berhubungan dengan orang miskin bahkan sampai membawa ke rumahnya.”Ia terengah-engah, lalu berkata, “Antar aku pulang saja, Jessica. Aku akan beristirahat di
Fanty dan Deasy sudah berada di dalam mobil dan mengikuti taksi yang dinaiki Hanae. “Sekarang, kita lihat ke mana dia? Apa kembali ke panti asuhan, atau mungkin dia ke hotel dan menaiki tubuh lelaki hidung belang demi sebuah tas Gucci? Hahaha!” gelak Fanty mencibir.Deasy tentu saja tidak mau ketingalan mencemooh. “Pelacur seperti Hanae harus kita bongkar kedoknya! Dia selalu sok terlihat polos dan tidak bersalah. Dia berhasil menipu Ezra dan Xavion sehingga kita berdua terus yang disalahkan!”“Setelah kita mendapat bukti bahwa dia tidak lebih dari wanita yang suka menjual diri, maka seluruh lelaki di kantor akan memandang rendah padanya! Xavion dan Ezra tidak akan membelanya lagi sampai kapan pun!”Kendaraan terus berjalan. Hanae yang sedang membaca bagaimana cara menjadi nakal bagi pasangan di atas ranjang terus tersenyum berdebar. Meski selisih usia antara dia dan Xavion kurang lebih mendekati 15 tahun, tetapi tentu saja itu bukan masalah. Seandainya saja dia tahu kalau Fanty dan
“Kalau kamu masih memikirkan yang bernama Raze bangsat itu, lihat saja apa yang bisa kuperbuat padamu! Dan kalau sampai dia datang untuk membawamu pergi, lihat saja apa yang bisa kuperbuat padanya!”“Mulai sekarang, kamu tidak boleh ke mana-mana kecuali bersamaku, Little Rabbit! Dan kamu tidak boleh lagi kembali ke panti asuhan sialanmu itu! Di sana, kamu mengenang dia, ‘kan? Kamu mengingat semua hal indah yang dia lakukan untukmu, bukan? Fucking shit!”Kembali menyeringai lebih menyeramkan, ultimatum dibuat dengan sangat jelas. “Jangan bermain denganku! Berani melanggar perintahku, kamu akan kubuat sangat menyesal seumur hidup!”Cekikannya pada leher Hanae dilepas, lalu berdiri terengah-engah. Tatap melihat wanita cantik itu menangis sesenggukan sambil memegangi leher yang baru saja ia sakiti. Gemuruh di dada Xavion bak tornado melanda perkebunan, sangat bising. Tak berkata apa-apa lagi, ia keluar kamar sambil membanting pintu. Menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua, rasa cemb
Sepulang dari panti asuhan menjenguk Ma’am Lilac, Hanae memasuki kamar tidur pertamanya. Disebut kamar tidur pertama karena sejak ia menyatu dengan Xavion, mereka tidur bersama setiap hari, tidak terpisah seperti sebelumnya.Suara Ezra tadi siang terngiang di telinga, “Kalau kakak angkatmu itu yang meminta kamu pergi dari Xavion, apa kamu mau melakukannya?”Tersenyum pedih, ia keluarkan sebuah surat usang ditulis 15 tahun lalu. Ditulis sebelum seorang remaja lelaki tampan bermata sipit seperti dirinya bernama Raze dijemput oleh orang tua angkat menggunakan mobil mewah. Hanae membacanya kembali dengan mata berkaca-kaca. Kelebatan memori berjalan begitu saja. Saat Raze selalu melindunginya dari siapa pun yang berniat menyakiti. Remaja lelaki yang diaku sebagai kakak angkat Hanae begitu menyayanginya. Tak jarang pula Raze memberikan sebagian makanannya kepada Hanae jika ada donatur yang datang dan memberi sumbangan berupa kue atau makanan lezat lainnya bagi anak-anak panti asuhan.“Kam
Menaiki taksi online menuju rumah panti asuhannya, Hanae tidak tahu kalau ada satu mobil sedan berwarna merah tua mengikuti dari belakang. Sejak menjadi kesayangannya Xavion, ke mana-mana dia menaiki taksi dan bukan lagi bus seperti dulu. Uang bukan lagi masalah baginya setelah sebuah kartu hitam diberikan padanya. Ah, bagaimana tidak cinta kalau sudah begini? Tampan, gagah, mapan, posesif sekaligus perhatian. Di luar semua keangkuhan dan keras kepala serta kekasarannya, Xavion memang nampak sedemikian sempurna untuk dimiliki, bukan?Ia turun dari taksi dan berjalan masuk tanpa menoleh ke belakang. Tanpa tahu ada dua wanita di dalam mobil sedan merah tua mengambil beberapa foto dari jarak jauh menggunakan ponsel. “Panti Asuhan Blessed Mother Marry,” gumam Fanty mengetik nama dari panti asuhan tersebut di ponselnya. Ia kirim gambar yang sudah diambil berkali-kali ke seorang wanita.Jessica menerima laporan itu. Ponselnya berbunyi, segera ia buka, lalu mengerutkan kening. Dalam hati
“Mungkin saja!” kekeh Hanae sambil menghapus air mata yang ia tidak mau lagi teteskan. Tidak mau membuat Ezra lebih khawatir lagi padanya. “Aku selalu menurut pada kakak angkatku itu sejak kecil. Kalau dia yang memintaku pergi dari Xavion, mungkin aku akan menurut.”Ucapan Hanae sebenarnya hanyalah gurauan biasa, asal terlontar karena dia sama sekali tak berpikir kakak angkatnya akan datang untuk memintanya menjauhi Xavion. Akan tetapi, tidak demikian dengan Ezra yang terus menatap dengan napas terengah, bahkan tangan terkepal di bawah meja. Jelas ada emosi tertentu yang sedang dia tahan agar tidak meledak keluar. “Sudah waktunya kembali ke kantor. Sebentar lagi jam makan siang berakhir,” ucap Hanae, meneguk minumannya hingga habis, kemudian berdiri.Ezra pun berdiri, hendak menjejeri dan bersama kembali ke kantor. Ada beberapa karyawan kejaksaan lain menyapa mereka. Rupanya tempat makan itu sudah biasa didatangi oleh orang-orang dari kejaksaan.Namun, ponselnya berbunyi dengan sang
Hanae sedang makan siang sendirian di sebuah kedai kecil berjarak beberapa ratus meter dari kantor. Ia sengaja menghindari pertemuan dengan Jessica setelah apa yang terjadi terakhir kali. Ada perih di hati mengetahui Xavion akan bertemu dengan seorang wanita dan memilih gaun pengantin. Tahu dia hanyalah kekasih gelap yang diberi janji akan menjadi satu-satunya suatu hari nanti. Dan oleh karena itu dia tidak berhak untuk menuntut lebih. Namun, sebagai seorang wanita biasa, apalagi yang baru saja merasakan cinta ... pedihnya kenapa sangat mengiris kalbu?‘Bagaimana ini? Kenapa aku justru merasa seperti menjadi wanita perusak rumah tangga orang? Tapi, benar kata Xavion, aku tidak merusak siapa pun. Dia ditunangkan dengan Jessica juga bukan atas inisiatifnya sendiri, dia dipaksa.’Dengan bodohnya, Hanae jusrtu googling gaun pengantin dan berpikir kira-kira model apa yang akan dipilih oleh Jessica? Dan apakah wanita itu memilih sendiri atau Xavion akan turut memilihkan?Membayangkan kedu
Berat rasanya dada Tuan Muda Young mendengar ini, tetapi ia harus memainkan kartunya dengan baik. “Hmm, memilih gaun pengantin di mana?”Dengkus kasar meluncur begitu saja dari bibir Hanae. Wajahnya dilanda kecemburuan dan rasa sakit mendengar pertanyaan itu. Kekhawatiran pun muncul tentang apakah ia benar hanya akan menjadi kekasih rahasia entah hingga kapan.“Akan kukabari tempatnya besok. Aku masih merundingkan dengan ibuku dan ibumu,” jawab Jessica dengan senyum tercantik di wajahnya. “Fine, bye,” jawab Xavion, lalu mematikan sambungan. Ia menoleh pada Hanae, lanjut dengan merengkuh jemari lentik. “Jangan cemburu, kamu tahu aku tidak mencintainya.”“Hmm, whatever ....”“Kalau kamu terus cemberut seperti itu, aku terpaksa membuatmu menjerit nikmat saja supaya tidak cemberit lagi, deal?” rajuk sang lelaki, tertawa kecil dan menggoda kekasihnya.Hanae melirik, ingin tertawa, tetapi juga masih kesal sangat. Akan tetapi, ia kemudian berpikir apalah dirinya, siapalah dia jika ingin men
“Kenapa? Kenapa aku harus meninggalkannya? Apa yang sebenarnya terjadi?” geleng Hanae. Tentu saja dia tidak mau meninggalkan lelaki yang baru saja bercinta dengannya untuk pertama kali. Lilac terengah, mata berkaca-kaca, nyaris terisak. Terlihat jelas wanita itu sedang mencari alasan. Lalu, ia berucap sama parau dengan sebelumnya, “Dia bosmu, dan aku melihat kalian datang dengan kendaraan mahal. Dia pasti orang kaya, bukan?”“Orang kaya tidak akan mau berhubungan dengan orang miskin rendahan seperti kita, Hanae! Dia mungkin sedang tergila-gila padamu, tapi keluarganya akan menentangmu! Mereka bahkan bisa saja melakukan semua cara untuk menyingkirkanmu!” Hanae menggeleng tak mau percaya, “Xavion sudah bilang dia akan mencari solusi untuk permasalahan kami. Ibunya memang tidak menyukaiku, kata dia ibunya memang tidak suka dengan orang mis—““TENTU SAJA IBUNYA TIDAK AKAN MENYUKAIMU! SAMPAI MATI DIA TIDAK AKAN MENYUKAIMU!”Mendadak Ma’am Lilac berteriak sangat kencang dan matanya meloto