Share

2. Jelita Means Beautiful

Jelita baru pulang dari kerja paruh waktunya ketika hari menjelang sore. Dengan raut yang gembira, ia berjalan santai sambil menenteng kotak berisi blueberry cheesecake pemberian dari Dexter Green.

Hatinya terasa ringan saat membayangkan ada seorang lelaki luar biasa tampan yang memberikan kue lezat untuknya.

Ya ampun.

Rasanya gadis berkaca mata itu masih deg-degan kalau mengingat apa yang terjadi tadi siang!

Dexter tidak hanya memberinya blueberry cheesecake yang lezat, ia juga memanggil Jelita dengan sebutan "Beautiful"...

Aaaaakkk.... rasanya gadis itu ingin berteriak dan meloncat-loncat kegirangan!!

Yah, meskipun Jelita tidak bisa juga begitu saja mengartikan bahwa lelaki itu memujinya, karena arti nama Jelita dalam bahasa Inggris memang beautiful.

Jadi intinya, si Dexter itu hanya memanggil namanya saja dalam bahasa Inggris dan bukan karena Jelita yang benar-benar cantik.

Lagipula, mana mungkin sih manusia super tampan seperti itu menyukai gadis sederhana bertampang biasa seperti Jelita?

"Dari mana kamu dapat uang untuk membeli kue ini, Lita?"

Jelita mengalihkan wajahnya pada Bu Dira, penjaga panti asuhan tempatnya tinggal selama enam belas tahun ini.

"Saya dikasih dari salah seorang pembeli, Bu," sahutnya takut-takut.

Saat ini ia sedang membantu Bu Dira menyiapkan makan malam untuk anak-anak panti. Sembari memasak dan menunggu waktunya makan, Jelita membagi-bagikan chessecake kepada adik-adik asuhnya.

Bu Dira adalah wanita yang sangat tegas, dan sering mewanti-wanti dirinya agar tidak gampang menerima pemberian dari seseorang begitu saja, apalagi orang yang tidak dia kenal.

Wanita empat puluh dua tahun itu berulangkali mengatakan bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini, bahkan udara yang kita hirup pun harus dibayar dengan kepatuhan kita kepada Tuhan untuk menjalani hidup sebaik mungkin di dunia dengan mengikuti ajaranNya.

Apalagi jika ada manusia yang memberikan sesuatu tanpa imbalan, maka waspadalah akan niat di baliknya.

Jelita adalah anak asuh paling tua di panti saat ini, dan ia telah beranjak menjadi seorang gadis belia. Meskipun begitu, Bu Dira tidak suka jika ia berpacaran atau dekat dengan laki-laki.

Peraturan tidak tertulis di panti adalah tidak ada yang namanya pacaran hingga lulus sekolah. Sehingga Bu Dira akan marah jika Jelita ketahuan dekat dengan laki-laki selain adik-adiknya di panti asuhan. Hal itulah juga yang membuat Bu Dira khawatir jika ada seseorang yang memberi Jelita sesuatu secara cuma-cuma.

Wanita itu yakin orang itu pasti mengharapkan sesuatu dari Jelita.

Bu Dira pun mengernyitkan keningnya. "Kamu menerimanya dari pembeli? Siapa? Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan," bohong Jelita.

Ia tidak mau sosok yang selama ini telah mengganti peran orangtuanya itu marah besar dan melarangnya untuk bekerja di Cheese & Us lagi, jika ia tahu bahwa seorang lelaki yang memberikan Jelita kue itu.

"Katanya dia suka melihatku yang sedang membaca buku. Jadi dia menghadiahkanku kue itu," sambung gadis itu lagi. Kali ini ia merasa lebih lega untuk bercerita karena ucapannya jujur.

Bu Dira masih diam dan menatap Jelita, yang membalasnya dengan senyumnya polos. Wanita itu pun menghela napas pelan, lalu mengelus lembut rambut panjang Jelita yang terurai lurus hingga ke bahu.

"Kamu memang anak yang pintar. Belajarlah yang rajin dan fokus saja pada sekolahmu, ya? Agar masa depanmu nanti jauh lebih baik," nasihatnya lembut.

Jelita hanya mengangguk dan membalas senyum wanita yang sudah mengurusnya sejak ia bayi, ketika kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.

Jelita yang waktu itu katanya dititipkan di tetangga, ditinggalkan sendiri tanpa sanak keluarga, hingga akhirnya ia pun berakhir di panti asuhan ini.

Malam semakin larut. Saat berbaring di ranjangnya yang kecil, Jelita sulit sekali untuk memejamkan mata.

Sosok Dexter yang tampan itu selalu memenuhi benaknya, mengisi lamunan malam yang terbang terbawa angin kenangan kepada masa tadi siang.

'Apa aku akan bertemu dengannya lagi?'

Dexter itu benar-benar tampan bagai Pangeran berkuda putih yang tersenyum dan mengulurkan tangan kepadanya, membawa Jelita naik ke atas kuda menuju istana megah, dimana ia dan pangeran tampan itu akan hidup bahagia selamanya.

Jelita tahu ia sangat kekanakkan karena berpikir seperti itu. tapi hidup di panti asuhan selama dua belas tahun membuatnya selalu bermimpi menjadi Cinderella yang sedang menunggu Pangerannya, meskipun Jelita juga sadar diri kalau dia sama sekali tidak secantik Cinderella.

Kadang malah ia merasa bahwa namanya itu adalah kutukan.

Jelita artinya cantik, dan ia sama sekali tidak pernah merasa cantik. Nama itu hanya menjadi bahan olok-olokan teman-temannya di sekolah.

Karena sangat suka membaca buku, Jelita pun mendapatkan minus tiga di matanya.

Kacamata lebarnya membuat matanya yang besar dan bening itu pun tertutupi keindahannya, terbenam dalam lensa plastik tebal dan bingkai hitam frame kacamata.

Sebenarnya Jelita cukup cantik, dan banyak juga orang yang menyadarinya.

Contohnya seperti Kevin, sahabat Jelita sejak SMP yang menyukai gadis itu sejak lama namun terlalu malu untuk mengungkapkannya.

Begitu pula dengan Zikri, salah satu teman kelas yang sering mengolok Jelita.

Anak itu sebenarnya suka dengan gadis manis berkacamata itu, tapi bingung untuk mengungkapkan rasa.

Hingga yang bisa ia lakukan hanya mencari perhatian gadis itu dengan menjahili Jelita setiap hari.

Namun Jelita sama sekali tidak menyadari perasaan kedua teman sekolahnya itu padanya.

Yang ia tahu, Kevin adalah sahabatnya. Dan Zikri adalah musuhnya.

Huuuftt... Jelita sangat kesal kalau mengingat ulah Zikri!

Setiap hari anak itu selalu saja membuat ulah. Hari ini ia menaruh permen karet di laci meja Jelita, membuat gadis itu terpekik kaget saat tangannya meraba sesuatu yang kenyal dan lengket di lacinya.

Seketika Zikri yang duduk di belakangnya pun tertawa puas melihat jari tangan Jelita yang belepotan permen karet.

Belum puas dengan itu, dia pura-pura menepuk punggung Jelita seakan menyapa gadis itu di kantin sekolah, padahal ia menempelkan kertas dengan tulisan "Jelita yang Tidak Jelita"!

Hal itu membuat Jelita jadi bahan tertawaan satu sekolah yang sedang berkumpul di kantin saat waktu istirahat.

Beruntung, Kevin yang tiba-tiba muncul langsung mengambil kertas itu dari punggung Jelita dan membuangnya.

Sayang sekali Kevin tidak sekelas dengannya, padahal temannya itu selalu melindungi Jelita ketika dirundung teman sekolahnya seperti itu.

Malah Zikri yang sekelas dengannya!

Benar-benar menyebalkan.

***

"Ta, kemarin Dexter Green ke sini dan mencarimu!" seru Tania, seniornya di Cheese & Us antusias ketika melihat Jelita yang baru saja datang untuk kerja paruh waktunya.

Mata bening tertutup lensa itu pun melebar dan berkedip. "Ah, yang bener Kak? Mana mungkin! Kak Tania pasti becanda, kan?" Jelita tidak dapat menampik jantungnya yang tiba-tiba saja berdebar dengan sangat kencang.

Biasanya Tania bukan tipe orang yang suka bercanda, tapi Jelita juga tidak mau banyak berharap kalau ucapan seniornya di toko itu benar.

Hah? Dexter Green datang dan mencari dirinya?? Rasanya kok nggak mungkin.

Tania mendengus. "Ck. Aku serius. Dia datang untuk membeli kue yang sama seperti kemarin. Kemudian dia menanyakanmu, katanya mau berterima kasih karena kue yang kemarin itu sangat disukai oleh penerimanya," tutur Kania.

Jelita pun bengong. Jadi itu benar? Aaarrghh... Ia jadi sangat menyesal karena tidak masuk bekerja kemarin!!

Kemarin itu Jelita memang ijin untuk tidak masuk bekerja karena harus membantu Bu Dira menjaga adik asuh yang masih kecil. Bu Dira pergi dari siang untuk mengurus Tino, adik asuhnya yang lain yang dirawat di rumah sakit karena tipus.

Hari ini kebetulan ada sukarelawan dari PMI yang bergantian jaga di rumah sakit, sehingga Jelita pun bisa kembali bekerja paruh waktu di Cheese & Us.

"Dia bilang apa, Kak?" tanya Jelita dengan jantung yang berdebar senang.

"Ehem."

Jelita dan Tania menoleh pada suara deheman pelan namun berwibawa itu.

"Eh, Pak Andrew," ucap Jelita dan Tania serempak, dan mendadak cengengesan karena ketahuan mengobrol di waktu jam kerja oleh Manager mereka itu.

Andrew hanya diam sambil menatap tajam pada karyawannya hingga membuat Jelita dan Tania buru-buru kabur sebelum mereka kena semprot.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status