Beranda / Romansa / The Sexy Stranger / 1. Tamu Terakhir

Share

The Sexy Stranger
The Sexy Stranger
Penulis: Black Aurora

1. Tamu Terakhir

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 18:42:01

Langit malam menumpahkan gerimis tipis, saat Elle menyandarkan tubuhnya di ambang pintu sebuah rumah penginapan, yang dalam waktu dekat ini bukanlah miliknya lagi.

Udara dingin menusuk hingga ke tulang, tetapi pikirannya lebih kacau dibandingkan cuaca yang tak bisa diprediksi.

Hari ini adalah malam terakhirnya di Lakeview Inn, tempat yang telah menjadi rumahnya selama ini.

Esok, bank akan mengambil alih segalanya.

Elle menghela napas panjang, mencoba menerima kenyataan meskipun terasa sangat pahit.

Penginapan kecil di tepi danau ini dulunya ramai oleh wisatawan, tetapi kini hanya menjadi bangunan sepi dengan ribuan kenangan yang memenuhi di setiap sudutnya.

Ia sudah mencoba segala cara untuk mempertahankannya.

Diskon besar-besaran, paket promo, bahkan bekerja lebih keras dari biasanya. Namun tetap saja, keadaan ekonomi tak juga berpihak padanya.

Saat Elle hendak masuk dan menutup pintu untuk terakhir kalinya, ia menatap lampu depan yang tampak berkedip hidup dan mati karena terkena percikan hujan, menerangi sesosok tinggi yang berdiri tak jauh dari sana.

Elle pun terkesiap, ketika menyadari ada seorang pria dengan jas panjang berwarna hitam berdiri di depan gerbang.

Tangannya menggenggam payung yang tampaknya sudah tak mampu melindunginya dari hujan yang semakin deras.

Di sampingnya ada dua anak kecil.

Seorang bocah lelaki tampan dan gadis kecil manis yang tampak berusia sekitar enam tahun yang berdiri kedinginan, tangan mereka erat menggenggam lengan pria itu.

Elle pun mengerutkan keningnya. Penginapan ini sudah lama tak menerima tamu, apalagi di tengah hujan deras seperti ini.

Lalu... siapa mereka?

Pria itu pun melangkah mendekat. Cahaya lampu teras memperjelas wajahnya yang ternyata sangat rupawan dengan rahang tegas, mata gelap yang tajam, dan ekspresi dingin yang sulit dibaca.

Kulitnya pucat dengan garis wajah khas keturunan perpaduan keturunan Asia.

Namun yang paling menarik perhatian Elle adalah sorot matanya yang tampak kelelahan, seperti seseorang yang telah menempuh perjalanan panjang tanpa henti.

“Maaf mengganggu.” Suaranya dalam dan sedikit serak. “Kami butuh tempat untuk bermalam.”

Elle menelan ludah. Tentu, sebenarnya ia bisa saja menolak.

Penginapan ini secara teknis bukan lagi miliknya, dan ia tidak ingin berurusan dengan masalah baru di malam terakhirnya.

Tapi melihat anak-anak itu yang tampak pucat serta menggigil kedinginan, hatinya pun sontak melunak.

“Kalian dari mana?” tanyanya, mencoba mencari tahu lebih banyak.

Pria itu terdiam sejenak sebelum menjawab. “Dari tempat yang sangat jauh.”

Jawaban itu tak memberi banyak kejelasan, tetapi Elle tahu bahwa ia tidak akan mendapat lebih banyak informasi lagi.

Dengan ragu, ia pun pada akhirnya membuka pintu lebih lebar. “Masuklah. Aku akan menyiapkan kamar untuk kalian.”

Anak-anak itu segera melangkah masuk lebih dulu, tetapi pria itu berhenti sejenak di ambang pintu sambil menatap wajah Elle dengan lekat selama beberapa saat, sebelum akhirnya berjalan ke dalam.

Di balik meja resepsionis, Elle mengambil buku tamu yang sudah lama tak diisi. Ia pun lalu menyodorkan pena kepada pria itu.

“Aku harus mencatat nama tamu yang menginap," ucapnya.

Pria itu menatap pena itu sejenak, lalu mengambilnya. Dengan tulisan tangan yang tegas, ia pun menuliskan namanya.

Ryuu Takahashi.

Elle mengamati nama itu, lalu melirik anak-anak yang masih berdiri di sampingnya. “Lalu, nama mereka siapa?”

“Mereka anakku. Akio dan Ayaka," sahut Ryuu.

Elle melirik sepasang anak yang sepertinya kembar itu. Akio tampak lebih tenang, sementara Ayaka bersembunyi di balik tubuh ayahnya, bola matanya yang hitam menatap Elle dengan penuh rasa ingin tahu.

"Halo Akio. Halo Ayaka. Namaku Elle, Elle Harper. Selamat datang di Lakeview Inn," ucap Elle seraya tersenyum ramah kepada kedua bocah itu.

"Apa kalian hanya bertiga? Atau..." Elle sengaja menggantungkan ucapannya.

Ia tidak ingin bersikap lancang dengan menanyakan keberadaan istri Tuan Ryuu Takahashi alias ibu dari kedua anak ini, tapi tentu saja tetap ia harus memastikan.

"Ya, kami hanya bertiga. Tak ada orang lain lagi," Ryuu menyambar dengan jawaban cepat, bahkan terlalu cepat.

“Baiklah, Tuan Ryuu Takahashi,” ucap Elle, menyebut nama pria itu untuk pertama kalinya. “Aku akan menyiapkan kamarnya.”

Elle menyalakan lampu di kamar tamu dan mengibaskan debu tipis dari seprai. “Maaf kalau tempat ini tidak terlalu nyaman. Aku sudah lama tidak menerima tamu.”

Ryuu ikut masuk ke dalam kamar dan mengamati sekelilingnya. Bangunan ini memang terlihat bobrok dari luar, tetapi bagian dalamnya masih sangat bersih.

Hanya saja, perabotan di dalamnya tampak tua dan ketinggalan zaman. Ia juga menyadari sesuatu, bahwa tidak ada satu pun pegawai yang terlihat di sini.

“Kamu mengurus tempat ini sendirian?” tanyanya tiba-tiba.

Elle terdiam sejenak sebelum mengangguk. “Mereka semua sudah pergi. Besok tempat ini akan diambil alih oleh bank.”

Ryuu mengangkat alisnya yang lebat, tetapi tidak bertanya lebih lanjut. Ia bisa melihat kelelahan di mata Elle, juga kepedihan yang tampak berusaha untuk disembunyikan.

“Terima kasih telah mengizinkan kami menginap,” ucapnya akhirnya.

Elle tersenyum tipis. “Tidak masalah. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kalian.”

***

Di dapur, Elle membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan terakhir yang tersisa.

Dengan sedikit kreativitas, ia berhasil menyajikan pasta creamy dengan ayam panggang, mashed potato, dan salad sederhana.

Saat ia menyajikan makanan di meja makan kecil penginapan, Akio dan Ayaka memandang hidangan itu dengan mata berbinar.

“Ini kelihatan enak!” seru Ayaka.

Akio mengambil suapan pertama, dan beberapa saat kemudian bocah lelaki itu pun mengangguk setuju. “Aku suka, rasanya benar-benar enak.”

Elle pun tersenyum hangat mendengar pujian tulus itu. “Aku hanya menggunakan apa yang tersisa di dapur. Semoga kalian menyukainya.”

Ryuu ikut mengangkat sendoknya untuk mencicipi hidangan itu, lalu tersenyum kepada Elle. “Rasanya justru lebih baik daripada makanan di restoran mahal.”

Elle tertawa kecil, tak pelak merasa sedikit bangga. Untuk pertama kalinya malam ini, perasaannya sedikit lebih ringan.

Setelahnya tak ada lagi yang berbicara, karena mereka semua sibuk dengan makanan di piringnya.

Selesai makan, Elle berdiri untuk mengumpulkan piring kotor. Namun tiba-tiba saja Ryuu ikut berdiri dan mengambil tumpukan piring dari tangan Elle.

“Aku yang akan mencuci piringnya," ucap pria itu.

Elle tampak terkejut. Tunggu, mana mungkin ia membiarkan tamu penginapan mencuci piring? “Tidak perlu~”

“Aku ingin melakukannya," potong Ryuu.

Saat Elle hendak menolak lagi, tanpa sengaja kakinya menginjak percikan saus di lantai, hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan terpeleset.

Tubuhnya hampir saja jatuh, tetapi tangan Ryuu menangkap pinggangnya dengan kuat dalam sekejap.

Seketika Elle pun membeku. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu, aromanya yang maskulin dan samar karena napas mereka yang begitu dekat.

“Kamu harus lebih hati-hati,” guman Ryuu dengan suara dalam, yang seketika membuat jantung Elle berdetak lebih cepat.

Elle pun buru-buru menjauh dengan wajahnya yang merona. “Uhm. Terima kasih…”

Ryuu hanya menyeringai samar sebagai jawaban, sebelum kemudian ia kembali meraih tumpukan piring di atas meja, untuk dibawa ke dalam bak cuci.

Tak menyadari jika Elle masih terus menatap punggungnya yang kekar dan lebar.

Sementara di meja makan, Akio dan Ayaka pun saling melirik penuh arti, seolah mengerti sesuatu yang tidak diketahui oleh Elle.

***

Malam yang semakin larut dengan hawanya yang semakin dingin, membuat Elle baru teringat bahwa kamar Ryuu dan anak-anaknya hanya memiliki satu selimut.

Dengan niat baik, ia mengambil selimut tambahan dari lemari penyimpanan dan menuju kamar mereka.

Ia mengetuk pintu dengan hati-hati.

Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka, dan Elle merasa kepalanya mendadak pening dan hampir kehilangan napasnya.

Ryuu berdiri di hadapannya tanpa mengenakan atasan, hanya mengenakan celana panjang santai.

Cahaya lampu kamar menerangi kulitnya, memperjelas otot-ototnya yang terbentuk sempurna. Dada bidangnya naik turun perlahan, seakan menantang Elle untuk terus menatapnya.

Elle terdiam, lalu cepat-cepat menundukkan pandangan. Namun ia bisa merasakan wajahnya memanas.

“Aku… aku membawakan selimut tambahan,” ucapnya tergagap.

Ryuu menyeringai tipis, sudut bibirnya tampak melengkung nakal. Ia menyandarkan satu tangan di kusen pintu, dengan sengaja mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat.

“Kamu sangat perhatian, Nona Elle,” gumannya dengan suara rendah dan dalam. “Apa kamu selalu sebaik ini pada tamu?"

Elle meneguk ludah, tak berani mengangkat wajah. “Aku hanya… hanya ingin memastikan kalian merasa nyaman.”

Ryuu mengambil selimut itu dari tangannya, dengan ujung jarinya yang menyentuh kulit Elle sekilas dan membuat wanita itu merinding.

“Terima kasih,” ucapnya, masih dengan nada menggoda. “Tapi aku rasa mendapatkan kehangatan bukanlah masalah besar bagiku.”

Elle buru-buru mengangguk dan melangkah mundur, mencoba mengabaikan kalimat ambigu pria itu.

“Selamat malam,” ucapnya sebelum berbalik dengan wajah memerah.

Saat pintu tertutup di belakangnya, Elle segera menyandarkan diri ke dinding, menepuk dadanya yang berdebar kencang.

Ryuu Takahashi jelas-jelas bukan pria biasa. Pria ini... terlalu menggoda.

***

Pagi harinya saat Elle bangun, suasana penginapan terasa sunyi, terlalu sunyi hingga membuatnya gelisah.

Cahaya matahari yang menyelinap melalui celah tirai memberikan kehangatan samar, tetapi ada sesuatu yang terasa berbeda.

Dengan langkah ragu, ia berjalan keluar kamar menuju meja resepsionis, berharap menemukan seseorang di sana.

Namun yang ia temukan hanyalah sebuah catatan yang tergeletak rapi di atas meja.

(Elle, terima kasih untuk segalanya)

Jantung Elle berdegup kencang. Tangannya sedikit gemetar saat meraih kertas itu, membaca kembali tulisan yang singkat namun penuh arti.

Perasaan tak enak segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Dengan napas tertahan, ia bergegas menuju kamar Ryuu.

Pintu kamar itu terbuka sedikit, dan ketika ia mendorongnya lebih lebar, yang ia lihat hanyalah kekosongan.

Tempat tidur rapi, tidak ada satu pun barang yang tersisa, seolah Ryuu dan yang lainnya tak pernah ada di sana.

Ia memutar tubuh, mencoba mencari jejak keberadaan mereka tapi tetap sia-sia.

Namun yang benar-benar membuatnya panik adalah satu hal, yaitu kunci mobilnya yang juga ikut menghilang.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
parentsmartkidshappy
keren juga
goodnovel comment avatar
Bianca
keren lanjut thor
goodnovel comment avatar
Black Aurora
terimakasih sudah berkenan mampir di sini kak 🫶🫶 oh iya, utk buku ini memang on going dan belum tamat ya, aku akan usahakan selalu tayang tiap hari 🫶🫶
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • The Sexy Stranger    Extra Part : Istriku, Hanya Milikku

    Sejak hari pernikahan mereka, kehidupan Ryuu dan Elle dipenuhi oleh kebahagiaan sederhana yang sulit dijelaskan oleh kata-kata. Rumah mereka tak pernah terasa kosong karena tawa anak-anak, obrolan hangat, serta… keluhan manja Elle yang tengah mengandung. Namun belakangan ini Ryuu mulai merasa ada sesuatu yang sangat mengganggunya. Bukan soal kehamilan Elle, bukan soal pekerjaan yang menumpuk, dan tentu bukan soal anak-anak. Tapi soal tatapan para pria di sekeliling mereka yang semakin hari terasa semakin lekat. Terlalu banyak lirikan. Terlalu banyak senyuman basa-basi. Dan semuanya, ditujukan kepada istrinya. Padahal Elle hanya memakai dress hamil berwarna pastel dengan pita besar di pinggang dan cardigan ringan. Wajahnya minim riasan, tapi tetap penuh bersinar. Terutama dengan pipinya yang sedikit membulat, dan aura keibuan yang entah kenapa justru membuatnya tampak luar biasa menawan. Ryuu menghela napas untuk ketujuh kalinya pagi itu, saat mereka tengah berada di se

  • The Sexy Stranger    60. Pilihan Hati

    Tok. Tok. Suara ketukan lembut itu terdengar di pintu kamar Elle. Ia yang tengah duduk di ujung ranjang, memandangi layar ponselnya yang kosong dari pesan Ryuu, segera bangkit dan membuka pintu. Di balik pintu, tampak Akio berdiri dengan ekspresi tenang, namun bola matanya yang gelap menyiratkan sesuatu yang dalam. Elle pun tersenyum, meski di dalam hatinya masih bergemuruh. "Ada apa, Akio?" tanyanya lembut, mengelus kepala anak itu seperti biasa. Akio diam sejenak, lalu menunduk. Sebelum kemudian mengangkat wajahnya perlahan dan berkata, "Daddy sudah menemukan Ayaka." Elle tertegun. "Benarkah?" Akio mengangguk. "Ayaka ada bersama Mommy kami, Haruka." Elle terdiam. Kalimat terakhir itu menusuknya seperti jarum halus yang tak terlihat. Ayaka, ternyata berada bersama ibu kandungnya... Ada sesuatu di dalam dirinya yang seakan runtuh dengan perlahan, namun ia menahan diri dan masih tersenyum. "Syukurlah kalau Ayaka sudah ditemukan," ucapnya pelan. Tangan kecil Akio

  • The Sexy Stranger    59. Selamanya

    "Renjin!" Pria yang dipanggil Renjin itu pun menoleh, dan matanya segera bertemu pandang dengan sosok pria yang melangkah dengan langkah tegas ke arahnya. Seketika Renjin pun membungkukkan tubuhnya dengan penuh hormat. "Ryuu-sama," ucap Renjin. "Syukurlah Anda sudah tiba." Ryuu dan Renjin bertemu di area parkir hotel dimana Haruka berada, sosok yang diduga membawa Ayaka. "Bagaimana dengan Haruka?" tanya Ryuu langsung tanpa tedeng aling-aling. "Dia masih ada di dalam kamar," sahut Renjin. "Dan kami sudah meretas CCTV hotel ini, Ryuu-sama. Ayaka-san ada bersama Haruka-san," lapor Renjin. Helaan napas penuh kelegaan pun menguar dari Ryuu. Setidaknya, Ayaka akan terjamin keselamatannya jika dibawa oleh Haruka dibanding jika Ayaka berada di tangan penjahat yang ingin menjatuhkan perusahaan Ryuu seperti waktu itu. "Kalau begitu, aku akan segera masuk ke dalam kamarnya," putus Ryuu, yang segera dibalas oleh anggukan persetujuan dari Renjin. "Haruka-san berada di kamar J

  • The Sexy Stranger    58. Pulang

    "Ryuu, tunggu!" Langkah panjang pria bersurai legam itu sontak terhenti begitu suara yang begitu dikenalnya menerobos keheningan lorong depan. Ia berbalik cepat, dan sepasang manik gelapnya langsung menangkap sosok wanita yang tengah berlari kecil ke arahnya. Nafasnya tersengal, bahunya naik-turun, dan wajah cantiknya terlihat begitu cemas. Elle. Rambut cokelat ikal wanita itu tampak sedikit kusut, seolah ia baru saja bangkit dari tempat tidur tanpa sempat merapikan diri. Namun yang paling mencuri perhatian Ryuu adalah sepasang mata hazel-nya yang mulai berkaca-kaca, digenangi rasa sesal dan kecemasan yang mendalam. "Aku ikut," ucap Elle dengan suara bergetar. Wajahnya dipenuhi kesungguhan yang menyayat hati. Suaranya lirih namun penuh tekad. "Ini... ini salahku," lanjutnya dengan suara parau dan tangannya yang mengepal di sisi tubuhnya. "Seharusnya akulah yang menjemput Ayaka di studio balet, Ryuu. Maaf. Dan sekarang tolong biarkan aku ikut denganmu untuk menemuka

  • The Sexy Stranger    57. Hilang

    "Natsumi?" Ayaka tampak heran ketika alih-alih Elle, ternyata malah salah satu pengasuhnya yang berdiri menunggunya. Hari ini adalah jadwal Ayaka les balet yang bertempat di sebuah studio tari di pusat kota, sepulangnya dari sekolah. Wanita muda itu tersenyum kepada Ayaka. "Elle-san kelelahan setelah membuat kue coklat yang enak untukmu, Ayaka-san. Jadi aku tak berani membangunkan saat tiba waktunya untuk menjemputmu," sahut Natsumi. Wajah bingung Ayaka pun seketika sumringah. "Jadi Elle membuatkanku kue coklat?" cetusnya gembira, membayangkan makanan kesukaannya. Akhir-akhir ini pipi Ayaka semakin tampak gembil karena Elle selalu memasak yang enak-enak untuknya dan Akio. Semenjak Elle tinggal bersama mereka, Ayaka dan Akio hanya mau memakan masakannya, padahal Ryuu telah memperkerjakan koki handal di Mansion. Tapi entah kenapa anak-anaknya justru lebih cocok dengan masakan Elle yang jauh lebih sederhana tapi tak kalah lezatnya. "Hm... Natsumi?" panggil Ayaka, setelah dir

  • The Sexy Stranger    56. Daddy Berhak Untuk Bahagia

    "Elle, lihat! Aku jago kan berkuda?!" Gadis cantik bersurai ikal coklat kemerahan itu tersenyum sambil mengacungkan kedua ibu jarinya, kepada seorang anak perempuan yang sedang berada di atas kuda dan melambaikan tangan dengan penuh semangat ke arahnya. "Kamu hebat, Ayaka!" sahut Elle, yang diam-diam merasa sangat lega karena Ayaka yang kini kembali ceria seperti biasanya, setelah seharian kemarin anak itu tiba-tiba saja menjadi pendiam. Saat ini Elle sedang menemani Ayaka dan Akio yang sedang les berkuda di istal peternakan kuda milik Keluarga Takahashi. Ayaka masih memamerkan ketrampilannya di atas kuda, ketika Akio dan kudanya lewat dengan gesit di sampingnya. Gaya anak lelaki itu keren sekali, dan membuat Elle takjub dengan kemahirannya mengendalikan tali kekang kuda, serta gerakannya yang sangat luwes seolah ia terlahir untuk hal ini. Elle tersenyum, membayangkan Akio yang sebenarnya sangat mirip dengan Ryuu, meskipun sama sekali bukan darah dagingnya. "Kamu lambat s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status