Share

Bab 1

"Harry, buka pintunya!" Seseorang menggedor pintu rumahnya dan berteriak-teriak dengan keras.

Harry dengan malas bangkit dari tempat tidurnya. Diseretnya kakinya dengan berat untuk membuka pintu. Dengan malas dibukanya pintu kayu yang cukup berat itu. Dan di saat bersamaan sang penggedor pintu tengah mengayunkan kaki hendak menendang pintu kayu yang lumayan berat itu. Sementara sebuah tas ransel bergelantungan di dadanya.

Untuk sesaat keduanya saling bertatapan. Dengan jengkel, sang penggedor pintu menurunkan kakinya. Dan dengan marah dia meraung pada pria di depannya yang tengah menyender dengan santai di daun pintu.

"Harry Si, bisakah kau berpakaian dengan benar?" teriaknya dengan salah tingkah.

"Milli, bisakah kau tidak berteriak? Suaramu terdengar sampai ke ujung gang," Pria itu menjawabnya dengan acuh tak acuh.

Sang penggedor pintu bernama Milli itu pun memelototi pria di depannya. Pria ini sebenarnya cukup tampan dan memiliki tubuh yang bagus, meski sayangnya otaknya benar-benar payah.

Dihelanya napas dengan pelan untuk menenangkan emosinya. Setelah merasa cukup tenang, Milli pun masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi dalam ruangan yang sepertinya adalah ruang tamu.

"Harry, duduklah. Aku ingin bicara denganmu." Milli menatap Harry yang mengikutinya masuk.

Sekali lagi dipelototinya pria itu. Pria ini benar-benar tidak menyadari kondisi tubuhnya. Dia hanya mengenakan celana panjang jeans yang resletingnya terbuka dan bertelanjang dada.

Milli meneguk ludah. Tanpa sadar tatapannya jatuh pada dada bidang dan perut six pack pria itu. Bulu-bulu di dadanya membuatnya merinding.

Dia hanya bisa mengeluh dalam hati. Harry Si memang salah satu anak buahnya yang paling lumayan tampangnya. Namun otaknya paling payah, dan kekonyolannya ampun-ampunan.

Terlalu sering dia harus membereskan kekacauan yang ditimbulkan Harry Si. Meski tidak merugikan secara materi atau membahayakan nyawa, tetap saja itu menjengkelkan baginya. Karena itu dia heran mengapa mendiang kakaknya sangat mempercayai si bodoh ini?

"Tunggu, cuci mukamu, gosok gigi dan berpakaianlah dengan benar!" Milli kembali berteriak saat melihat pria itu hendak duduk di depannya.

"Milli, ayolah …." Harry tak melanjutkan perkataannya saat melihat tatapan membunuh dari perempuan yang tengah duduk di depannya.

Tanpa banyak protes, Harry segera melesat ke kamar mandi dan melakukan perintah Milli. Dia masih ingin hidup, jadi lebih baik turuti apa pun perintah bosnya itu.

Milli adalah satu-satunya bos geng perempuan di kawasan itu. Meski seorang perempuan, dia tidak kalah sadis dari para lelaki. Dan Harry paling takut padanya. Milli sangat berbeda dengan kakak laki-lakinya, Tony, yang cenderung dingin dan pemilih dalam menerima pekerjaan.

Sedangkan Milli selalu berorientasi pada uang, uang dan uang. Kakak beradik ini memang berbeda prinsip. Namun, darah selalu lebih kental dari air. Anthony sangat menyayangi dan melindungi Milli, satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa. Meski mereka kerap bertentangan, namun jarang ada konflik tajam di antara keduanya. Dan sepeninggalan Tony, dua tahun lalu, Milli menggantikan posisi kakaknya itu memimpin geng yang telah ada hampir sepuluh tahun lebih itu.

Harry Si merupakan salah satu anggota geng terlama. Dia bersama Tony sempat merajai jalanan kota ini. Bagi Milli keberadaan Harry di sisi kakaknya sungguh mengganggu pemandangan. Namun dia satu-satunya sahabat setia sang kakak bahkan sampai saat maut menjemputnya.

Mengingat itu, selalu berhasil membuatnya menekan keinginannya menendang laki-laki bodoh ini jauh-jauh darinya. Dan di saat dia muak dengan segala kebodohan dan kekonyolan Harry Si, pria ini mengajukan keinginannya untuk pensiun dari dunia hitam. Milli menyambut dengan antusias keinginan sahabat mendiang kakaknya itu. Namun dia ingin Harry Si melakukan sesuatu untuknya sebelum dia pergi.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Harry kembali menemui bosnya itu. Kini mereka berdua duduk berhadapan. Milli menatapnya dengan serius. Sementara Harry hanya tertunduk sambil memainkan korek apinya.

"Harry, aku ada pekerjaan untukmu. Sekali ini aku menginginkan keberhasilanmu. Ini tugas yang teramat mudah." Milli menatapnya dengan tajam.

"Oke, aku akan berusaha sebaik mungkin," Harry berbicara dengan nada sungguh-sungguh.

Milli mengeluarkan sebuah gulungan dari tas ranselnya yang sedari tadi masih didekapnya. Gulungan itu dibukanya setengah. Sepertinya itu sebuah lukisan. Harry menatap Milli dengan tampang konyolnya itu. Dia tidak mengerti apa yang harus dilakukannya dengan sebuah gulungan.

"Tugasmu kali ini adalah menukar lukisan ini dengan lukisan di balai lelang." Milli memberikan gulungan itu padanya.

Harry menerimanya. Dan membuka lukisan itu. Kini gulungan itu terbuka seluruhnya. Itu memang sebuah lukisan. Tapi kuno atau tidaknya, Harry tidak mengerti dan tidak tertarik untuk menyelidikinya. Dia hanya perlu menukarnya, maka selesailah tugas yang diberikan oleh bosnya itu.

"Oke, kapan aku harus menukarnya?" Harry menggulung lukisan itu kembali.

"Sebelum tahun baru Imlek kau sudah harus menukarnya. Lukisan itu akan di pamerkan dan dilelang dalam perayaan tahun baru itu." Milli meletakkan secarik kertas di atas meja.

"Ini alamat balai lelangnya. Di sini juga ada denah balai lelang, jadwal petugas keamanan dan cleaning service, kau bisa observasi dulu sebelum bertindak." Milli bangkit dari duduknya. Dia mengambil tas ranselnya dan beranjak pergi.

"Harry, jangan sampai gagal. Kau ingin berhasil dalam tugas terakhirmu bukan?" Perempuan itu berhenti sejenak saat hampir mencapai pintu.

"Baiklah Milli, kau jangan khawatir. Asalkan bayarannya sesuai, aku pastikan tidak akan gagal lagi." Harry tersenyum konyol menatap bosnya itu.

Milli hanya mendengus dan pergi begitu saja. Harry menatap kepergian bosnya itu. Senyum konyolnya pelan-pelan memudar dan berganti dengan senyum dingin dan sinis.

Gagal? Hohoho Harry Si, si maling bodoh ini akan memastikan tidak ada kegagalan dalam tugasnya kali ini. Gagal dan berhasil dari sisi dirinya. Milli? Kliennya? Dia tidak peduli. Karena dia tahu alasan mereka memilihnya untuk tugas ini karena dia terkenal sebagai maling bodoh, tak berotak.

Ditatapnya lukisan itu dengan penuh minat. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Harry si, maling bodoh itu, mungkin salah satu orang yang paham betul nilai lukisan antik ini. Bahkan Milli pun tidak tahu berapa besar nilai lukisan yang harus ditukarnya itu.

Lukisan ini akan membuat keributan besar di awal tahun ini. Keributan yang akan mempermalukan dunia seni dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Keributan yang akan menutupi kekacauan sesungguhnya. Harry si tersenyum, sebuah rencana yang telah ada dalam otaknya selama dua tahun ini akan segera terlaksana.

Ini adalah waktu yang telah lama dia tunggu. Waktu untuk membalas kebohongan dan penipuan yang menyebabkan kematian Anthony, sahabat karibnya.

"Tony, saatnya kita bermain-main dengan orang-orang yang berlimpah uang. Meski aku tahu itu tidak akan menghidupkanmu lagi. Setidaknya aku puas," bisiknya lirih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status