Share

Bab 2

Hari ini, dia kembali berkunjung ke balai lelang. Seperti biasanya, dia menyusuri balai lelang yang luas dengan menenteng kameranya. Dia mengambil gambar beberapa obyek yang menarik perhatiannya. Sebuah guci cina antik, patung Buddha, dan beberapa lukisan yang tergantung berjejer.

Fotografi merupakan hobinya semenjak masih sekolah. Dan kini dia menjalankan tugasnya sebagai fotografi freelance untuk sebuah majalah. Dia ditugaskan untuk mengambil potret koleksi antik balai lelang terkenal ini untuk melengkapi artikel mereka.

"Hai, kau datang lagi? Lebih baik kau segera menyelesaikan tugas pemotretanmu. Besok balai lelang ini akan memindahkan semua koleksinya ke hotel berbintang lima untuk acara pelelangan perayaan tahun baru," seorang petugas keamanan menyapanya dengan antusias.

"Oh ya? Wah aku harus segera menyelesaikan tugasku kalau begitu. Terima kasih bro untuk informasinya." Fotografer itu tersenyum gembira.

Kembali dia berkeliling untuk memotret beberapa obyek yang memang diijinkan untuk diambil gambarnya. Sesekali dia mengobrol dengan pengunjung, kurator, pemandu dan petugas kebersihan.

Akhir-akhir ini dia memang sering berkunjung ke balai lelang ini. Tidak heran dia cukup akrab dengan para pegawai balai lelang yang terkenal ini. Bahkan dia tahu seluk beluk balai lelang ini. Di mana letak rest room, gudang, ruang kepala balai lelang hingga jalur darurat pun dia ketahui. Dan dia memang harus mengetahui semua itu.

Di sela-sela mengambil foto, dia tidak segan untuk berbincang-bincang atau sekadar menyapa, baik pengunjung maupun karyawan balai lelang.

Seperti saat ini, dia nampak bercakap-cakap akrab dengan seorang gadis cleaning service(cs). Gadis itu terlihat antusias dengan setiap pertanyaan sang fotografer.

"Hei, sudah berapa lama kau bekerja di sini?" dengan santai dia bertanya beberapa hal sepele pada gadis cleaning service itu.

Gdis itu tersipu malu. Sesekali diliriknya fotografer tampan itu. Dia tidak keberatan untuk menjawab semua pertanyaan sang fotografer. Sehingga tanpa sadar dia telah berbicara banyak pada fotografer itu.

Mulai dari awal kerja hingga gaji dan atasan yang menyebalkan. Bahkan dia pun memberitahukan jadwal pemindahan barang dan perusahaan jasa mana yang disewa balai lelang.

Fotografer itu pun menanggapi setiap ucapan sang gadis dengan antusias. Sesekali dia meminta gadis itu untuk berpose dan kemudian mengambil gambarnya. Untuk dokumenter, jelasnya pada sang gadis. Dan gadis itu pun dengan malu-malu menyetujuinya. Dan obrolan pun berlanjut dengan akrab.

Selanjutnya fotografer itu menyambangi seorang kurator yang tengah mencatat beberapa hal mengenai lukisan Zhao Mengfu itu. Sama halnya dengan gadis tadi, dengan mudah dia mengajak sang kurator berbincang-bincang.

Sementara itu tak jauh dari lukisan itu tergantung, seorang pria berkacamata nampak sedang mencatat dan mengamati lukisan itu. Dia adalah salah satu kurator di balai lelang ini.

Dia merupakan kurator termuda yang baru direkrut setahun lalu. Sebagai kurator, dia mengetahui setiap detail dari benda seni koleksi balai lelang terkemuka ini. Salah satu yang menjadi tanggung jawabnya adalah lukisan kuno karya pelukis China dari masa dinasti Song.

Lukisan karya Zhao Mengfu ini menjadi koleksi unggulan balai lelang ini. Dua tahun lalu salah seorang kurator secara tidak sengaja menemukan lukisan antik ini. Dan pengelola balai lelang sangat antusias dengan penemuan lukisan ini.

Setelah beberapa ahli memastikan nilai seni dan keantikan lukisan ini, segera saja balai lelang merilisnya sebagai koleksi terbaru mereka. Namun sepertinya ada banyak ketidakpuasan di balik keantikan lukisan ini.

Kurator yang menemukan lukisan ini merasa kecewa dengan pengelola balai lelang yang menghargai lukisannya dengan sangat rendah. Bahkan mereka sempat meragukan keaslian lukisan itu.

Namun setelah hampir dua tahun menjadi penghuni gudang, lukisan itu diakui keaslian dan nilainya. Kini lukisan itu menjadi primadona balai lelang bergengsi ini. Bahkan balai lelang mengkategorikannya sebagai benda antik tak ternilai dan berencana melelangnya dalam acara perayaan tahun baru Imlek kali ini.

Penemu sekaligus pemilik lukisan ini, yaitu Tuan Gong, kurator senior di balai lelang ini awalnya merasa tidak puas dengan sikap balai lelang yang sempat meragukan keaslian lukisan itu. Namun setelah pihak pengelola menjanjikan sebagian hasil lelang akan menjadi miliknya, Tuan Gong melunakkan sikapnya.

Sebagai hasil dari konsensi mereka, kini lukisan itu menjadi pembicaraan di kalangan kolektor benda antik. Dan tentunya itu juga menjadi promosi yang bagus untuk acara pelelangan nanti.

Alhasil, sejumlah kolektor, pencinta seni dan bahkan beberapa negarawan sangat menantikan acara tersebut. Bahkan beberapa kolektor telah memberikan penawaran yang tinggi untuk lukisan tersebut. Namun balai lelang belum mau melepaskannya.

Kini kurator muda itu tengah sibuk dengan pemindahan lukisan Zhao Mengfu itu. Selintas terlihat mudah, namun tidak semudah yang dibayangkan. Tenaga kerja yang ada tidak mencukupi untuk memindahkan benda-benda antik yang tidak hanya banyak jumlahnya namun juga tak ternilai harganya.

Karena itu dia telah menyewa jasa pemindahan barang-barang yang kini banyak bertebaran di media online. Dia tidak bisa sembarangan memilih, karena selain profesional mereka juga harus bisa dipercaya.

Di tengah kesibukannya mencatat beberapa hal, seorang fotografer menyapanya dan mengajaknya berbincang-bincang. Awalnya dia hanya menanggapinya sebagai basa-basi dan profesional saja. Namun semakin lama, mereka justru terlibat obrolan yang lebih dari sekadarnya saja.

Langkah kakinya terhenti, saat dia melihat lukisan yang tergantung di dinding balai lelang ini. Sebuah lukisan yang telah lama dia cari. Lukisan yang menurut sang kakek memiliki keterikatan dengan masa lalunya.

Bertahun-tahun lalu, sang kakek telah menjelajahi seluruh negeri untuk mencari pemilik lukisan itu. Dahulu, mereka pernah bertemu, dan pemilik lukisan berjanji hanya akan menjualnya pada sang kakek.

Namun kini lukisan itu tergantung dengan anggunnya di dinding sebuah balai lelang yang terkemuka di dunia. Sejenak di tatapnya lukisan antik itu. Dia bukan ahli, namun dia sangat menyukai benda-benda antik seperti ini. Dia dikenal sebagai kolektor yang sangat menghargai nilai sejarah dan seni benda-benda peninggalan masa lalu.

Hari ini dia datang untuk menawarkan harga yang cukup fantastis untuk lukisan idaman sang kakek. Namun balai lelang menolaknya dengan tegas. Mereka beralasan, ingin memamerkan lukisan ini pada publik agar dapat dinikmati oleh semua pencinta seni dan benda antik sebelum di lelang.

Dia hanya mencibir dalam hati. Siapa yang mempercayai alasan yang terlihat idealis dan penuh nilai moral itu? Dia telah menyelidiki asal-usul lukisan itu, dan menyadari betapa murahnya mereka menghargai lukisan itu dari pemilik aslinya.

Sayang, dia terlambat. Seandainya dia yang terlebih dahulu menemukan lukisan itu, mungkin saat ini sang pemiliknya tengah tertidur berbantalkan dollar. Sang kakek telah mewantinya untuk tidak segan dengan harga yang harus di bayarnya untuk lukisan tersebut. Sebab lukisan ini tidak hanya kuno namun memiliki kisah yang terkait dengan keluarga mereka.

Sebentuk senyum licik menghiasi bibirnya. Dia memang tidak keberatan dengan harga lukisan yang melambung tinggi. Itu bukan masalah baginya. Dia hanya tidak menyukai cara mereka mengeksploitasi lukisan itu tanpa memperhatikan dengan jelas asal-usul lukisan tersebut.

Di tengah asyiknya menikmati lamunannya, tanpa sengaja dia melihat seorang fotografer yang nampak tertarik dengan lukisan itu. Fotografer itu tengah berbincang-bincang dengan seorang kurator. Mereka terlibat obrolan yang mengasyikkan rupanya.

Tanpa sadar dia melangkah mendekati kedua orang itu. Entah mengapa, seakan ada magnet yang membuatnya tertarik untuk ikut terlibat percakapan dengan dua orang pria itu.

Dan untuk beberapa saat, ketiga pria itu berbincang-bincang dengan akrab. Seakan-akan mereka adalah kawan lama yang baru berjumpa setelah sekian lama tidak bersua.

Memang suatu pemandangan yang menarik, tiga pria tampan dengan daya tariknya masing-masing. Sepertinya bagi beberapa pengunjung, mereka seumpama patung dewa-dewa koleksi balai lelang itu.

Sehingga untuk beberapa saat mereka melupakan primadona balai lelang saat ini. Tidak ada pengunjung yang mengingat dan memperhatikan lukisan Zhao Mengfu lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status