Beranda / Romansa / The Thorned Kingdom / 03. Konfrontasi dengan Sang Duke

Share

03. Konfrontasi dengan Sang Duke

Penulis: sweetwaterr_
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 14:00:16

Malam itu, Elena dipanggil ke ruangan Duke. Dengan langkah hati-hati, ia masuk dan segera menundukkan kepalanya. Di hadapannya, Jay duduk di balik meja kayu mahoni yang megah, kedua lengannya bersilang di dada. Tatapannya tajam, menusuk, dan Elena tahu persis apa yang akan ia bicarakan.

"Aku dengar kau menyebabkan kekacauan di pesta teh Vespera?" suara Jay terdengar tenang, tetapi ada nada tajam yang tersembunyi di baliknya.

Elena menahan napas, berusaha tetap tenang. "Saya tidak menyebabkan kekacauan, Tuan." jawabnya mantap.

Jay mengangkat satu alis, ekspresi meremehkan muncul di wajahnya. "Oh? Benarkah?" Matanya menyipit, sorotnya penuh intimidasi, sesuatu yang sangat dibenci Elena.

Gadis itu menggertakkan giginya, tetapi ia tetap mempertahankan nada suaranya yang profesional. "Saya hanya melindungi majikan saya, Tuan. Apakah itu salah? Adik Anda dirumorkan dengan sesuatu yang tidak berdasar dan tidak masuk akal. Saya hanya mengoreksi informasi yang salah."

Jay menatapnya beberapa detik, lalu akhirnya mendengus pelan. "Hah... Dasar keras kepala. Baiklah, lain kali jangan buat keributan yang tak perlu."

Elena mengepalkan tangannya di balik roknya, mencoba meredam rasa frustrasinya. Dasar pria gila! batinnya.

Tapi ia belum selesai. Masih ada satu hal yang mengusik pikirannya.

"Tuan, apakah pembunuhnya sudah tertangkap?" tanyanya, suaranya kini lebih dingin.

Jay menyandarkan punggungnya ke kursi, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja seakan berpikir. "Menemukan seseorang hanya berdasarkan sketsa buruk seperti itu membutuhkan waktu, kau tahu?" katanya santai, seolah masalah itu bukan sesuatu yang mendesak.

Elena nyaris kehilangan kendali. Ia mengembuskan napas panjang, mencoba menahan dorongan untuk melempar sesuatu ke wajah pria itu.

"Aneh sekali," katanya dengan nada manis tetapi jelas-jelas menyindir. "Anda bisa menemukan data pribadi saya dalam hitungan jam—data yang bahkan komandan tingkat atas pun kesulitan menemukannya. Tapi sekarang Anda bilang tidak bisa menemukan seorang pembunuh hanya karena gambarnya 'jelek'? Bukankah itu terdengar seperti alasan yang buruk, Tuan?"

Jay menatapnya dengan mata penuh minat, lalu tiba-tiba tertawa kecil. "Hah... Menarik. Berani juga kau bicara begitu kepadaku."

Elena hanya tersenyum tipis. Jika Jay bukan seorang Duke—jika bukan karena wajahnya yang tampan atau fakta bahwa ia pernah menyelamatkan kerajaannya—Elena pasti sudah meninju atau membakar istana ini sejak lama.

Jay masih menyeringai ketika ia melanjutkan, "Lanjutkan saja pekerjaanmu, Elen. Aku yakin kau akan lebih betah di sini dibandingkan menjadi gelandangan yang sibuk mencari pekerjaan di distrik kumuh itu."

Sialan. Elena ingin sekali membalas, tetapi ia tahu itu hanya akan memperpanjang percakapan dengan pria menyebalkan ini.

Ia akhirnya membungkuk sedikit, "Kalau begitu, saya permisi." Lalu, tanpa menunggu jawaban, ia segera berbalik dan keluar dari ruangan.

Saat pintu tertutup, Jay bersandar di kursinya, bibirnya melengkung tipis. "Hah... menarik juga kau, Elena." gumamnya sambil menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup.

•─────•♛•─────•

Di Koridor Istana

Elena berjalan cepat, masih berusaha menenangkan emosinya. Ia ingin mengacak-acak sesuatu, berteriak, atau bahkan mencuri barang dari ruangan Jay hanya untuk membuatnya kesal.

Tapi begitu ia melewati pilar terakhir di koridor, sebuah suara menyapanya.

"Elen, apa kau dimarahi kakakku?"

Elena menoleh dan mendapati Karina berdiri di sana, jelas-jelas sudah menunggunya sejak tadi.

Ia buru-buru menggeleng, menyembunyikan ekspresi kesalnya. "Tidak, Nona. Anda tidak perlu khawatir."

Karina menatapnya dengan curiga, tetapi akhirnya menghela napas lega. "Syukurlah... Tapi kalau dia sampai memarahimu, bilang padaku, ya?"

Elena tersenyum kecil. "Baik, Nona."

Saat mereka berjalan kembali ke kamar masing-masing, Elena kembali berpikir.

Jay mungkin menyebalkan, tetapi satu hal yang pasti—ia tidak boleh lengah. Pria itu bukan hanya seorang Duke biasa. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikap santainya. Dan Elena harus tetap waspada.

•─────•♛•─────•

Elena baru saja selesai mandi. Rambutnya yang basah ia biarkan terurai, mengeluarkan aroma mawar yang samar. Setelah mencuci seragam pelayannya, kini ia mengenakan baju tidur yang nyaman. Gadis itu merebahkan diri di kasur empuknya, menghela napas panjang.

Setidaknya, ini satu-satunya hal yang bisa membuatnya melupakan segala kekacauan hari ini.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Ia teringat sesuatu.

Sunghoon.

Elena segera bangkit dan duduk di meja kecil di sudut kamarnya. Ia mengambil sehelai kertas dan pena, lalu mulai menulis surat untuk teman masa kecilnya.

Baru beberapa kalimat tertulis, tiba-tiba ada ketukan di pintu.

Tok. Tok. Tok.

Elena mengernyit. Siapa yang mengetuk kamarnya larut malam seperti ini? Mungkin seorang pelayan lain yang ingin berbicara dengannya.

Ia berjalan ke pintu dan membukanya sedikit. "Iya?" tanyanya santai.

Namun, saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya, tubuhnya langsung menegang. Matanya membulat.

Jay.

Duke itu berdiri di ambang pintu dengan ekspresi arogan, matanya melirik Elena dari atas ke bawah. Senyum tipis muncul di wajahnya. "Sepertinya kau terlalu santai." katanya sambil melipat tangan di dada.

Elena refleks mendorong pintunya dan menutupnya dengan cepat.

Sialan!

Dengan gerakan cepat, ia melepas baju tidurnya dan menggantinya dengan seragam pelayan yang sudah kering. Setelah memastikan pakaiannya rapi, ia membuka pintu kembali, kali ini dengan ekspresi kesal.

"Kenapa Anda datang larut malam seperti ini? Seingat saya, ini bukan jam kerja saya." Elena melirik jam dinding, memastikan bahwa pria menyebalkan ini tahu dirinya sedang mengganggu waktu istirahat orang lain.

Jay tampak tak peduli. Ia menyandarkan tubuhnya ke ambang pintu, menyeringai. "Apa kau sibuk?" tanyanya dengan nada main-main.

Elena mendesah. "Iya, saya sibuk." jawabnya tegas.

Jay hanya mengangguk pelan, lalu dengan santainya berkata, "Gantilah pakaian. Kita akan menyelidiki pembunuh itu."

Elena menatapnya tidak percaya. "Apa?"

Jay menatapnya malas. "Kau tidak tuli, kan? Aku bilang kita akan menyelidiki pembunuh itu."

Elena menggigit bibirnya, berusaha menahan diri agar tidak membanting pintu ke wajah pria itu. "Kenapa tiba-tiba harus mengajak saya? Itu tugas Anda, bukan tugas saya." katanya dengan nada yang semakin tajam.

Jay mengangkat bahu. "Aku butuh bantuan seorang pembunuh bayaran untuk ini."

Elena menatapnya penuh amarah, menyilangkan tangannya di dada. "Dengar, Tuan," katanya, suaranya mengandung ancaman tersembunyi. "Saya sudah pensiun dari pekerjaan itu. Sekarang, saya hanya ingin hidup tenang, bermalas-malasan di atas kasur empuk, dan menikmati hidup dengan banyak harta."

Jay terkekeh, matanya penuh ejekan. "Kedengarannya seperti mimpi yang indah. Sayang sekali, kau tidak akan mendapatkannya malam ini."

Elena mengepalkan tangannya. Ia tahu Jay tidak akan menyerah begitu saja, tetapi ia tidak menduga pria itu akan menggunakan taktik menjijikkan berikutnya.

"Kalau kau menolak," Jay menurunkan suaranya sedikit, ekspresinya tetap santai tetapi kata-katanya seperti pisau, "aku akan menganggap jawabanmu sebagai bentuk perlindungan terhadap si pembunuh. Dan jika itu terjadi... kau akan dianggap sebagai temannya. Dengan kata lain, kau akan ditangkap dan dipenjara."

Elena menatapnya dengan penuh kebencian. Dasar iblis!

Ia hampir ingin menampar wajah pria itu. Tangan kanannya sudah bergetar, tetapi ia berhasil menahannya. "Tuan, tangan saya gatal ingin menampar Anda."

Jay tertawa pelan, tidak terlihat sedikit pun takut. "Kalau begitu, tahanlah. Aku tunggu kau di bawah dalam waktu lima menit."

Ia melemparkan sekantong pakaian ke arah Elena. "Gunakan ini." katanya sebelum berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Elena yang masih berdiri dengan rahang mengatup.

Elena menatap pakaian di tangannya.

Ia ingin berteriak.

Bagaimana mungkin dia adalah jaminan, tetapi malah dipaksa mencari pembunuh yang seharusnya menjadi tanggung jawab Jay?!

.·:¨༺ 𝔗𝔬 𝔅𝔢 ℭ𝔬𝔫𝔱𝔦𝔫𝔲𝔢 ༻¨:·.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Thorned Kingdom   17. Jebakan di Jantung The Shattered Empire

    Elena terbangun dengan tubuh terasa kaku. Pergelangan tangannya diikat di belakang punggung, rantai dingin membatasi gerakannya. Pandangannya masih buram, tapi samar-samar ia bisa melihat ruangan tempatnya berada—sebuah aula megah dengan langit-langit tinggi, lampu gantung kristal bergemerlap di atasnya.Sebuah suara berat menggema di ruangan itu."Sudah bangun?"Elena mengangkat kepalanya. Di hadapannya, seorang pria duduk di singgasana berlapis emas, mengenakan jubah hitam dengan hiasan perak di bahunya. Mata tajamnya menatap Elena dengan penuh rasa puas.Jake Viremont.Elena mengeratkan rahangnya, menahan ketakutan yang mulai menyelinap dalam dirin

  • The Thorned Kingdom   16. Bayangan di Negeri yang Retak

    Langit malam menggantung kelam saat iring-iringan kuda berderap melewati jalan setapak yang membentang ke perbatasan The Shattered Empire. Udara dingin menusuk, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang berguguran. Pasukan khusus Greyhurst, bersama para Duke dari kerajaan lain, bergerak dalam formasi teratur, masing-masing dengan ekspresi penuh kewaspadaan.Di bagian depan, Jay Ravenscar menatap lurus ke depan, matanya berkilat tajam di bawah cahaya bulan. Mantel panjangnya berkibar tertiup angin, sementara tangannya menggenggam erat kendali kudanya. Sejak meninggalkan Markas Pasukan Khusus, pikirannya terus dipenuhi skenario tentang apa yang menanti mereka di The Shattered Empire.Di sampingnya, Elena menyesuaikan posisi di atas kudanya. Meski tubuhnya tegak dan wajahnya tanpa ekspresi, ada ketegangan yang jelas terlihat dalam sorot matanya. Ia tahu bahwa perjalanan ini bukan sekadar misi penyelidikan biasa—mereka sedang menuju ke sarang musuh yang telah menebarkan teror di berbaga

  • The Thorned Kingdom   15. Permainan Bayangan yang Dimulai

    Kereta kuda melaju dengan pelan, mengguncang lembut seiring roda yang berderak di atas jalan berbatu. Elena duduk diam, tatapannya tertuju ke luar jendela, memperhatikan hamparan padang rumput yang terhampar luas. Ia berharap Jay tidak mengusiknya kali ini.Namun, harapannya segera pupus saat pria itu bergerak.Jay yang duduk di hadapannya kini menyandarkan tubuh ke depan, mendekat dengan tatapan tajam yang membuat udara di dalam kereta terasa lebih berat. Senyum khasnya terukir di bibirnya, penuh sesuatu yang sulit ditebak."Kau terlihat seperti mawar, Elena," gumamnya tiba-tiba, suaranya dalam dan menggoda.Elena tersentak, bahunya menegang sebelum ia akhirnya menoleh, menatap Jay dengan kening berkerut.

  • The Thorned Kingdom   14. Tatapan yang Membuat Gila

    Elena memeluk keranjang jemuran di tangannya, berjalan melewati halaman tempat para pasukan khusus menjalani latihan. Suara teriakan mereka menggema, bergema di antara dinding-dinding megah kediaman Duke.Matanya melirik sekilas ke arah lapangan latihan, di mana para ksatria berkeringat deras di bawah sinar matahari. Namun, tak ada satu pun yang menarik perhatiannya.Hingga kain putih di keranjang yang ia bawa tiba-tiba terlepas, terbawa angin."Ah, kainnya..." gumam Elena, buru-buru mencoba menangkapnya.Namun, sebelum sempat ia raih, seseorang sudah lebih dulu menangkapnya.Jay.Pakaian latihannya tampak kusut dan berantakan, keringat menetes di pelipisnya, membuat rambutnya sedikit basah. Napasnya masih sedikit memburu, pertanda ia baru saja menyelesaikan latihan yang cukup berat.Elena menelan ludah. Kenapa pria itu harus terlihat lebih mempesona dalam keadaan seperti ini?Jay berjalan mendekatinya dengan langkah santai, menyerahkan kain putih itu tanpa sepatah kata.Elena menerim

  • The Thorned Kingdom   13. Perhatian yang lebih

    Jay dan Elena bergegas menuju kereta kuda, deru napas mereka terdengar seiring langkah kaki yang terburu-buru. Festival yang tadi penuh kebahagiaan kini berubah menjadi medan kekacauan—orang-orang masih berlarian panik, beberapa menangis, sementara yang lain membantu korban yang terluka akibat ledakan.Ketika mereka sampai di tempat Karina, gadis itu sudah menunggu di dalam kereta dengan wajah tegang. Begitu melihat Elena dengan lengan berlumuran darah, Karina langsung terkejut."Elen! Apa yang terjadi?!" Karina hampir keluar dari kereta, tapi Jay dengan cepat menahannya."Dia terluka, tapi tidak parah," kata Jay, suaranya masih diliputi emosi yang belum sepenuhnya reda. "Kita harus pergi dari sini sebelum keadaan semakin buruk."Karina menggigit bibirnya, tampak tidak puas dengan jawaban Jay, tetapi akhirnya mengangguk dan membiarkan Elena naik ke dalam kereta lebih dulu. Jay ikut naik, lalu memberi isyarat pada kusir untuk segera menjalankan kereta.Suasana di dalam kereta cukup hen

  • The Thorned Kingdom   12. Ledakan yang Mengusik Malam

    Festival malam itu benar-benar meriah. Lentera warna-warni menggantung di sepanjang jalan, aroma makanan lezat menggoda di udara, dan musik rakyat yang ceria menggema di setiap sudut.Elena, Jay, dan Karina berjalan beriringan, sesekali berhenti untuk melihat pertunjukan jalanan atau mencicipi makanan khas yang dijual oleh para pedagang."Lihat itu!" Karina menunjuk sebuah stan permainan di mana pemain harus melempar gelang ke botol kaca. "Aku ingin mencoba!"Elena tersenyum. "Permainan itu cukup sulit, Nona. Anda yakin bisa menang?" tanyanya menggoda.Karina mendengus. "Tentu saja! Aku tidak akan kalah."Karina dengan penuh semangat mengambil beberapa gelang dan mulai melempar. Sayangnya, lemparan pertamanya meleset. Begitu juga yang kedua. Dan yang ketiga.Jay, yang sedari tadi hanya menyaksikan, akhirnya berdehem. "Kau ingin aku mencobanya?" tanyanya, tersenyum miring.Karina mendelik. "Tidak, aku bisa melakukannya sendiri!"Namun, saat Karina kembali mencoba dan tetap gagal, Jay t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status