MasukSeorang pelayan menghampiri Liora dan memberitahukan jika sudah waktunya acara minum teh bersama Yang Mulia Ratu.
"Astaga! Nona, maafkan saya! Saya benar-benar lupa. Bagaimana ini, nona belum bersiap-siap." ""Memangnya apa lagi yang perlu disiapkan? Bukankah aku tinggal langsung kesana saja?" "Nona.. ini adalah acara minum teh bersama Yang Mulia Ratu.." "Iya makanya, kan aku tinggal kesana, duduk kemudian minum teh." "Tidak bisa, nona harus berganti gaun. Gaun nona sudah kusut karena duduk di tikar. Rambut nona juga berantakan tertiup angin. Riasan nona juga perlu sedikit diperbaiki. Sekarang apa yang harus kulakukan lebih dulu? Ahh gaun, aku harus memilih gaun baru untuk nona. Hah?! Oh iya kita harus kembali ke kamar nona dulu untuk memilih gaun. Lulu.. bagaimana ini.. Yang Mulia Ratu akan menunggu terlalu lama." "Lili tenanglah...." Lili sudah konslet rupanya, lihatlah wajahnya yang kebingungan dan seperti akan menangis itu.. Pfffttt... "Nona, kenapa nona tertawa.. Kita..." "Salam Yang Mulia Pangeran Pertama.." ucap semuanya serempak dengan menundukkan kepala mereka. Liora menoleh dan Zevariel sudah berdiri di depannya. Zevariel yang sejak tadi memperhatikan Liora tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Baru kali ini Zevariel rasanya ingin memberi hadiah kepada pelayan yang melakukan kesalahan. Pelayan bernama Lili itu cukup berguna juga. "Lady Liora.. izinkan aku membantumu.." ucap Zevariel sembari tersenyum. "Berani-beraninya pria brengs*k ini tersenyum semanis itu dengan wajah tampannya." ucap Liora dalam hatinya. "Hah?! Apa yang baru saja kupikirkan? Manis? Yang benar saja..." Zevariel menyodorkan tangannya. Liora menerima uluran tangan Zevariel seperti terhipnotis. "Apa matanya memang seindah ini? Dilihat dari dekat seperti ini bahkan semakin menawan, mata berwarna hijau zamrud adalah warna yang jarang.' Liora kembali tersadar saat Zevariel mengecup tangan Liora. Deg... Deg....Deg... Liora membeku, ada apa dengan jantungnya? Sepertinya ada yang salah dengan jantungkuu.. Haruskah aku meminta untuk diperiksa? Diamlah jantungku... Debaran itu juga terdengar oleh Zevariel, dia tersenyum senang karena hal itu. Perasaan buruk yang tadi dirasakannya kini hilang seketika. Zevariel menjentikkan jarinya, seketika gaun Liora yang kusut kembali rapi, begitu pula dengan rambut dan riasan Liora. "Apa yang kau..." Zevariel tiba-tiba mendekatkan tubuhnya pada Liora kemudian berbisik. "Sssttt... aku belum selesai Liora..." Liora menegang, tubuhnya kaku sementara jantungnya sangat berisik. Dan saat Zevariel berbisik, tubuhnya rasanya seperti tersengat aliran listrik. Juga ada sesuatu yang menggelitik di perutnya. Liora tidak mengerti apa yang terjadi dengan tubuhnya. "Apa aku terkena penyakit kronis?" batin Liora. "Sudah..." ucap Zevariel membuyarkan lamunan Liora. Tanpa Liora sadari, di lehernya sudah terpasang kalung dengan liontin berwarna biru laut seperti warna matanya. Kalung yang sangat indah. Zevariel yang mengetahui reaksi Liora, semakin ingin menjahili Liora. Debaran jantungnya, juga tubuhnya yang bereaksi dengan segala sentuhan Zevariel. Bahkan itu pun hanya sentuhan kecil. Dan lucunya, wajahnya yang bingung dan tidak mengerti dengan semua itu. Calon istriku sangat menggemaskan. "Kau bisa langsung menemui Yang Mulia Ratu sekarang.." "Ahh... iya...." "Kalau begitu selamat menikmati acara minum teh bersama Ratu, aku pamit.." Cupp... Zevariel mencium kening Liora. Dia menyeringai sebelum akhirnya pergi. Hal itu tidak luput dari pandangan para pelayan dan pengawal yang ada disana. Liora sangat malu. "Apa-apaan sikap menggelikannya itu?" "Aaaarrrgghhhhhh itu norak sekalii" "Pria brengs*k itu selalu saja seenaknya! Dia bahkan tidak mengatakan apapun saat pertemuan pertama mereka. Tidak menjawab ketika Liora bertanya. Apa kejadian di malam itu bukan hantu tapi benar-benar Zevariel?" Semua pertanyaan itu hanya bisa Liora ucapkan di dalam hatinya. Saat ini Liora sudah dalam perjalanan menemui Yang Mulia Ratu. "Sadarlah Liora.. ini bukan saatnya kau memikirkan Zevariel." Disaat yang sama, ruang kerja Zevariel. Sejak dia kembali setelah menemui Liora, dia tidak bisa menahan senyumnya "Hentikan..." protes Javier. "Hmmm? Ada apa ajudanku?" jawab Zevariel. "Aaaarrgghh! Hentikan senyum menyeramkan itu, dan apa-apaan? Ajudanku? Membuatku merinding saja!" "Oh! Javier, berikan bonus kepada pelayan kembar itu." "Apa? Maksud anda Lili dan Lulu? Memangnya hal berjasa apa yang sudah mereka lakukan?" "Sudahlah, berikan saja.." "Yang Mulia... Apa kepala anda terbentur di suatu tempat?" "Javier... kepalamu mau kujadikan hiasan?" "Ekhem.. saya akan melaksanakan perintah Yang Mulia Pangeran Pertama Zevariel Valtor yang Agung...."Sejak malam saat Morgan menangis, Liora sedikit menjauh dari Morgan.Liora memutuskan untuk menciptakan jarak dengan Morgan secara perlahan, sedikit demi sedikit. Karena Morgan yang masih sangat rapuh. Liora mulai mengurangi waktu menemani Morgan belajar, meminta Morgan untuk sarapan sendiri, dan sesekali menolak permintaan Morgan untuk berjalan-jalan bersama.Namun Morgan bukanlah remaja biasa, dia sangat peka.. bahkan terlalu peka. Jika ada perubahan pada Liora walaupun hanya sedikit, dia langsung tahu."Kak, hari ini aku akan berpedang melawan paman John. Kakak akan melihatku kan? Aku mau menunjukkan..""Maaf Morgan, bisakah kau berlatih pedang sendiri dulu? Ada hal yang harus kulakukan, sebagai gantinya.. nanti sore kita jalan-jalan. Kau selesai sore kan hari ini?""...""Hmmm? Morgan?" Liora mengayunkan tangannya di depan wajah Morgan. "Mau kan? Jalan-jalan denganku nanti?" ucap Liora dengan senyum yang selalu terlukis dari bibir mungilnya."Baiklah." jawab Morgan patuh. Hanya sa
Malam harinya, setelah memastikan Morgan tertidur, Liora keluar untuk mencari kucing emas yang tadi dia temui. Namun sudah mengitari seluruh mansion dan taman sekitar pun tidak ketemu.Akhirnya Liora memutuskan untuk kembali, namun langkah Liora terhenti ketika dia mendengar suara Isak tangis dari kamar Morgan. Liora masuk terburu-buru, namun dia tidak melihat keberadaan Morgan."Morgan?" panggil Liora.Tidak ada sahutan, hanya ratapan Morgan yang terdengar oleh Liora."Di sana kau rupanya." Liora berjalan perlahan menghampiri Morgan.Morgan terduduk di lantai pojok ruangan. Wajahnya sudah basah oleh air mata, ini pertama kalinya Liora melihat Morgan menangis lagi setelah sekian lama. Kondisi Morgan terlihat tidak biasa."Morgan.." panggil Liora lembut.Dia tidak menjawab, setelah Liora perhatikan.. mata Morgan terpejam. Namun tangan Morgan berusaha meraih udara kosong, dia seperti sedang mencari sesuatu yang hilang."Kakak.. kak Liora.. Jangan, jangan pergi. Kumohon.." jeda sejenak,
Waktu berlalu tanpa terasa. Liora tidak tahu sudah berapa lama dia terdampar di masa lalu. Hari-harinya diisi dengan menemani tumbuh kembang Morgan. Bocah yang dulu kecil dengan pipi bulat menggemaskan, kini semakin tinggi. Bahunya hampir setinggi Liora. Gerak-geriknya sudah lebih dewasa dan tidak cengeng seperti dulu. Namun tatapannya yang selalu mencari keberadaan Liora tidak pernah berubah.Lamanya waktu yang dihabiskan keduanya bersama membuat rasa sayang tumbuh. Tidak dipungkiri, Liora sangat menyayangi Morgan sebagai adiknya sendiri, seperti Liora pada Kael. Berbeda dengan Liora, rasa sayang yang ada di dalam hati Morgan sepertinya bukan pada seorang kakak.Tetapi semakin lama Liora berada di masa lalu, membuat Liora semakin putus asa. Dia sudah sangat merindukan Zevariel."Zevariel.." gumam Liora.Liora berjalan melewati halaman, mengacuhkan bunga dia sekelilingnya. Indahnya bunga-bunga di taman itu tidak mampu mengalihkannya dari semua yang berkecamuk di pikirannya.Tiba-tiba
"Astaga dasar bocah."Ucapan Liora membuat Morgan semakin mengerucutkan bibirnya."Aku akan cepat besar dan lebih tinggi dari kakak.""Iya iya.""Aku serius.""Iya aku tahu.""Dan aku akan menikahi kakak jika sudah besar nanti.""Bicara apa kau bocah, aku sudah punya calon suami.""Tidak boleh, siapa yang menemaniku jika kakak tidak ada.""Morgan, tidurlah. Sudah malam.""Kakak akan pergi sekarang?""Aku saja belum tahu bagaimana caraku kembali. Tidurlah, aku akan disini."Karena Morgan terus merengek. Liora menemani di samping Morgan sampai dia tertidur. Morgan tidur sambil menggenggam tangan Liora."Dia jadi lebih rewel hari ini. Selamat tidur Morgan kecil."***Siang itu Morgan sedang berlatih pedang seperti biasa. Setelah ini dia akan ada kelas memanah. Liora sudah hafal dengan jadwal Morgan. Tidak ada libur, setiap hari padat. Morgan hanya bisa beristirahat di malam hari. Itulah saat dimana dia biasanya berbincang dengan Liora sebelum tidur, menceritakan harinya yang padat dan me
Usai pesta yang memuakkan itu, ayah Morgan mengumpulkan semuanya. Termasuk kakek dan ibu tiri Morgan. Kemarahan terlihat jelas di wajahnya, ditambah dengan kesaksian para pekerja di sana.Untunglah setelah itu Morgan mendapat perlakuan yang layak, pendidikan yang bagus, dan juga latihan pedang. Dan yang lebih mengejutkan Liora, ternyata Morgan bisa berubah menjadi.. serigala? Serigala merah."Mungkin saja ibumu siluman serigala?" tanya Liora di waktu sore saat mereka sedang bersantai."Mungkin saja, tapi tidak pernah melihat ibu berubah jadi serigala?" jawab Morgan.Serigala merah itu berlarian kesana kemari mengelilingi Liora. "Sepertinya dia sendiri takjub dengan perubahan dirinya." gumam Liora.'Tunggu.. tapi Morgan yang kulihat saat sudah dewasa, tidak pernah memperlihatkan sosok serigalanya padaku.' ucap Liora dalam hatinya.Saat itu Morgan dan Liora mendengar suara seseorang mendekat."Morgan, kau harus sembunyi. Percayalah padaku, nanti aku akan menjelaskan padamu alasannya.""
Sudah tiga hari berlalu sejak Liora ada di dunia Morgan kecil. Karena sering menghabiskan waktu bersama, mereka jadi semakin akrab. Kini Liora tahu alasan dibalik kekerasan yang Morgan terima.Ayah Morgan mencintai seorang wanita yang bukan kaum barbarian, ibu kandung Morgan adalah rakyat Velmoria. Kakek Morgan sangat menentang keduanya, namun dua-duanya keras kepala dan melarikan diri. Mereka hidup damai di sebuah pedesaan kecil. Suatu hari terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa ibu kandung Morgan.Ayah Morgan memutuskan untuk pulang kembali ke keluarganya setelah menerima surat permintaan maaf dari kakek Morgan. Kakeknya yang menyarankan ayah Morgan untuk menikah lagi karena Morgan masih kecil dan membutuhkan sosok ibu. Itulah kenapa ayahnya menyetujui pernikahan ini.Lalu tidak terasa tibalah hari saat pesta. Selama ini Liora dan Morgan hanya berbincang saat tidak ada orang. Liora selalu mengikuti kemana pun Morgan pergi, apa saja aktifitas Morgan, Liora selalu ada di sampingnya.







