Share

Bab 7. Debaran

last update Last Updated: 2025-06-07 04:31:29

Seorang pelayan menghampiri Liora dan memberitahukan jika sudah waktunya acara minum teh bersama Yang Mulia Ratu.

"Astaga! Nona, maafkan saya! Saya benar-benar lupa. Bagaimana ini, nona belum bersiap-siap."

""Memangnya apa lagi yang perlu disiapkan? Bukankah aku tinggal langsung kesana saja?"

"Nona.. ini adalah acara minum teh bersama Yang Mulia Ratu.."

"Iya makanya, kan aku tinggal kesana, duduk kemudian minum teh."

"Tidak bisa, nona harus berganti gaun. Gaun nona sudah kusut karena duduk di tikar. Rambut nona juga berantakan tertiup angin. Riasan nona juga perlu sedikit diperbaiki. Sekarang apa yang harus kulakukan lebih dulu? Ahh gaun, aku harus memilih gaun baru untuk nona. Hah?! Oh iya kita harus kembali ke kamar nona dulu untuk memilih gaun. Lulu.. bagaimana ini.. Yang Mulia Ratu akan menunggu terlalu lama."

"Lili tenanglah...."

Lili sudah konslet rupanya, lihatlah wajahnya yang kebingungan dan seperti akan menangis itu..

Pfffttt...

"Nona, kenapa nona tertawa.. Kita..."

"Salam Yang Mulia Pangeran Pertama.." ucap semuanya serempak dengan menundukkan kepala mereka.

Liora menoleh dan Zevariel sudah berdiri di depannya.

Zevariel yang sejak tadi memperhatikan Liora tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Baru kali ini Zevariel rasanya ingin memberi hadiah kepada pelayan yang melakukan kesalahan. Pelayan bernama Lili itu cukup berguna juga.

"Lady Liora.. izinkan aku membantumu.." ucap Zevariel sembari tersenyum.

"Berani-beraninya pria brengs*k ini tersenyum semanis itu dengan wajah tampannya." ucap Liora dalam hatinya.

"Hah?! Apa yang baru saja kupikirkan? Manis? Yang benar saja..."

Zevariel menyodorkan tangannya. Liora menerima uluran tangan Zevariel seperti terhipnotis.

"Apa matanya memang seindah ini? Dilihat dari dekat seperti ini bahkan semakin menawan, mata berwarna hijau zamrud adalah warna yang jarang.'

Liora kembali tersadar saat Zevariel mengecup tangan Liora.

Deg... Deg....Deg...

Liora membeku, ada apa dengan jantungnya? Sepertinya ada yang salah dengan jantungkuu.. Haruskah aku meminta untuk diperiksa?

Diamlah jantungku...

Debaran itu juga terdengar oleh Zevariel, dia tersenyum senang karena hal itu. Perasaan buruk yang tadi dirasakannya kini hilang seketika. Zevariel menjentikkan jarinya, seketika gaun Liora yang kusut kembali rapi, begitu pula dengan rambut dan riasan Liora.

"Apa yang kau..."

Zevariel tiba-tiba mendekatkan tubuhnya pada Liora kemudian berbisik.

"Sssttt... aku belum selesai Liora..."

Liora menegang, tubuhnya kaku sementara jantungnya sangat berisik. Dan saat Zevariel berbisik, tubuhnya rasanya seperti tersengat aliran listrik. Juga ada sesuatu yang menggelitik di perutnya. Liora tidak mengerti apa yang terjadi dengan tubuhnya.

"Apa aku terkena penyakit kronis?" batin Liora.

"Sudah..." ucap Zevariel membuyarkan lamunan Liora.

Tanpa Liora sadari, di lehernya sudah terpasang kalung dengan liontin berwarna biru laut seperti warna matanya. Kalung yang sangat indah.

Zevariel yang mengetahui reaksi Liora, semakin ingin menjahili Liora. Debaran jantungnya, juga tubuhnya yang bereaksi dengan segala sentuhan Zevariel. Bahkan itu pun hanya sentuhan kecil. Dan lucunya, wajahnya yang bingung dan tidak mengerti dengan semua itu. Calon istriku sangat menggemaskan.

"Kau bisa langsung menemui Yang Mulia Ratu sekarang.."

"Ahh... iya...."

"Kalau begitu selamat menikmati acara minum teh bersama Ratu, aku pamit.."

Cupp...

Zevariel mencium kening Liora. Dia menyeringai sebelum akhirnya pergi.

Hal itu tidak luput dari pandangan para pelayan dan pengawal yang ada disana.

Liora sangat malu.

"Apa-apaan sikap menggelikannya itu?"

"Aaaarrrgghhhhhh itu norak sekalii"

"Pria brengs*k itu selalu saja seenaknya! Dia bahkan tidak mengatakan apapun saat pertemuan pertama mereka. Tidak menjawab ketika Liora bertanya. Apa kejadian di malam itu bukan hantu tapi benar-benar Zevariel?"

Semua pertanyaan itu hanya bisa Liora ucapkan di dalam hatinya.

Saat ini Liora sudah dalam perjalanan menemui Yang Mulia Ratu.

"Sadarlah Liora.. ini bukan saatnya kau memikirkan Zevariel."

Disaat yang sama, ruang kerja Zevariel. Sejak dia kembali setelah menemui Liora, dia tidak bisa menahan senyumnya

"Hentikan..." protes Javier.

"Hmmm? Ada apa ajudanku?" jawab Zevariel.

"Aaaarrgghh! Hentikan senyum menyeramkan itu, dan apa-apaan? Ajudanku? Membuatku merinding saja!"

"Oh! Javier, berikan bonus kepada pelayan kembar itu."

"Apa? Maksud anda Lili dan Lulu? Memangnya hal berjasa apa yang sudah mereka lakukan?"

"Sudahlah, berikan saja.."

"Yang Mulia... Apa kepala anda terbentur di suatu tempat?"

"Javier... kepalamu mau kujadikan hiasan?"

"Ekhem.. saya akan melaksanakan perintah Yang Mulia Pangeran Pertama Zevariel Valtor yang Agung...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Werewolf's Bride   Bab 63. Bola Kristal

    Keesokan harinya, Morgan masih belum melepaskan Liora. Liora sudah sangat lelah. Sekujur tubuhnya sakit, terutama kakinya.Morgan berada di ruangan yang dia gunakan untuk bertemu dengan para barbarian. Salah seorang barbarian bertanya pada Morgan."Ketua, kita harus menakuti para serigala itu. Terutama sang pangeran yang sok hebat itu.""Benar ketua. Kita kirim saja salah satu jari tangan gadis tawanan itu." ucap barbarian lain."Dia pasti akan kehilangan akal melihatnya." mereka semua tertawa mendengar usulan itu, membayangkan Zevariel yang terkenal hebat itu terpuruk adalah hiburan bagi mereka.Tidak seperti lainnya, Morgan tampak berpikir. Itu bukan ide yang buruk. Tapi dia terpikirkan hal yang lebih menarik, haruskah dia memotong salah satu kaki Liora ketimbang jari tangannya? Agar Liora tidak bisa kabur darinya, kalaupun Zevariel melihatnya, dia pasti tidak akan mau lagi menerima Liora. Liora sudah cacat. Benar, dengan begitu hanya dirinya yang bisa menerima Liora, begitu pikir M

  • The Werewolf's Bride   Bab 62. Rintihan Liora

    Liora pikir dia sudah salah langkah. Dia bermaksud memancing emosi Morgan agar dia memukulnya, tapi Liora malah membangkitkan sisi obsesi Morgan. Liora menyadari saat Morgan menatapnya, bukan cinta, bukan kasih sayang, Liora melihat obsesi di dalamnya.Seperti halnya dia terobsesi menginginkan tahta Velmoria, dia juga terobsesi pada Liora.Dugaan Liora tidak salah, Morgan kini duduk di ujung ranjangnya sambil menatap Liora yang sedang terkantuk sambil berdiri karena tangannya diikat ke atas di tembok.Setiap kali matanya terpejam, Liora langsung terbangun karena tangannya sakit menahan beban tubuhnya sendiri. Morgan menyeringai setiap melihat Liora kesakitan, Liora yang berada di balik penjara buatannya, penjara yang sengaja dia tempatkan di hadapannya. Peliharaan cantik yang selalu marah dan membangkang.Entah sejak kapan, Morgan mulai tertarik pada Liora. Alasan Liora tidak pernah disiksa oleh bawahannya, juga atas perintah Morgan. Hanya dia yang boleh melakukannya.Tak lama, Morgan

  • The Werewolf's Bride   Bab 61. Kau Milikku

    Di salah satu ruangan yang ada di sebuah mansion dekat perbatasan Utara, Zevariel sedang bersama Hugo. Di luar, hujan turun. Langit seolah ikut bersedih dengan keadaan Velmoria. Seorang pelayan masuk setelah dipersilakan oleh Zevariel, dia membawakan teh dan kudapan untuk menemani teh."Hugo, menurutmu apa yang mereka lakukan pada Liora?""Mereka pasti menyekap Nona Liora Yang Mulia, mereka masih memerlukan nona Liora. Saya yakin mereka tidak akan gegabah menyakiti Nona Liora.""Kau benar, tapi.. saat aku duduk berhadapan denganmu seperti ini, di atas kursi yang empuk, dengan secangkir teh di atas meja. Liora mungkin sedang duduk di lantai yang dingin." Zevariel menunduk, tangannya mengepal."Ini tidak terlihat seperti Yang Mulia.""Apa maksudmu?" Tatapan Zevariel beralih ke Hugo, pandangannya tajam mengarah ke Hugo."Yang Mulia Pangeran Zevariel yang saya kenal adalah sosok yang kuat, selalu memenangkan pertarungan, yang hebat dalam hal strategi maupun serangannya. Yang Mulia yang te

  • The Werewolf's Bride   Bab 60. Surat Ancaman

    Situasi di ibukota Velmoria sedang dihebohkan oleh berita Madam Estelle yang dihukum mati karena berkhianat pada kerajaan. Dan yang lebih mengejutkan semua orang, dia adalah barbarian. Tidak ada yang menyadarinya selama ini.Hal ini pun turut disaksikan oleh beberapa tamu undangan festival sebelumnya yang masih terkurung di ibukota. Mereka akhirnya diperbolehkan pulang ke wilayahnya masing-masing hari ini.Mereka menyaksikan, betapa kerajaan Velmoria tidak kenal ampun pada siapa pun yang berkhianat. Bencana yang menimpa saat festival menjadi situasi yang menguntungkan dimana kerajaan Velmoria jadi semakin ditakuti sekaligus dihormati.***Sementara itu di perbatasan, langit sore mulai dibungkus oleh awan kelabu saat Zevariel dan Ernest kembali dari hutan. Keduanya berlumuran debu dan wajah mereka tidak kalah kelam dengan langit Velmoria.Zevariel menghela napas berat. Jejak yang mereka temukan menghilamg begitu saja dan berakhir di tepi sungai.Mereka baru saja melewati gerbang saat s

  • The Werewolf's Bride   Bab 59. Rambut Liora

    Zevariel memacu kudanya sangat cepat, hingga akhirnya dia tiba di sana...Di tepi sungai, jejak itu menghilang. "Si*l!!" Zevariel berteriak frustasi.Di sisi lain hutan, seorang pria dengan jubah hitam menyenderkan dirinya di sisi pohon. Napasnya tersengal, jantungnya masih berdebar kencang. "Hosh... Hosh... Untung saja aku berhasil melarikan diri. Jika tertangkap bisa mati aku."Dia bergegas kembali ke markas untuk melaporkan situasi saat ini."Ketua!" panggilnya kepada seorang lelaki yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu."Mereka berhasil melacak jejak kita, wanita itu sengaja menjatuhkan perhiasannya untuk memberi mereka petunjuk.""Brengs*k! Mereka selalu saja menyusahkan!" Umpat lelaki berambut sebahu yang tentu saja berwarna merah. Dia adalah ketua barbarian, Morgan, anak kepala barbarian sebelumnya.Dia berhasil kabur bersama pengasuh dan beberapa bawahan ayahnya dulu saat perang dengan Velmoria yang dipimpin oleh Ratu Seraphine. Dan ayahnya kalah telak.Kini setelah meng

  • The Werewolf's Bride   Bab 58. Jejak Penculik

    Pagi itu, Velmoria terlihat kelam. Meskipun hujan sudah reda, dan menyisakan embun tipis di halaman utama Istana Velmoria. Suasana yang seharusnya terasa syahdu itu justru membuat suasana semakin kelabu.Seorang lelaki dengan baju kumal dijaga oleh dua pengawal di penjara bawah tanah. Tangan penyusup itu terikat rantai besi, lututnya hampir tidak mampu menopang tubuhnya. Darah mengering di sudut bibirnya.Di depannya, Ratu Seraphine duduk tegak di atas kursi yang sudah disediakan oleh kesatria penjaga, mengenakan gaun gelap tanpa ornamen. Matanya tajam mengamati setiap gerak penyusup itu.“Katakan.” suara Ratu Seraphine terdengar lembut, tapi keras menusuk udara. “Siapa yang memberimu akses masuk ke festival dan memanah Raja?”Lelaki itu menggigit bibirnya, tubuhnya gemetar, bukan karena takut. Dia lalu tertawa terbahak-bahak.Ratu mengernyitkan alisnya. "Siapa? Jawab!" Ratu hanya menjentikkan jarinya, tanpa perlu bangun dari kursinya, Ratu membuat lelaki itu sesak napas."Ohhokkk...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status