Share

Penyesalan

Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan pita biru laut yang selalu dikenakannya, bermata bundar coklat pekat dan kelihatan besar, serta berlesung pipi di kedua belah pipi chubby-nya. Beberapa ciri-ciri fisik itu sudah cukup jelas sedang menjelaskan gambaran sosok seorang Kayla Audrey.

Gadis dengan keceriaan yang selalu terpancar dari dalam dirinya, tak jarang juga tingkahnya yang kadangkala konyol sangat ampuh untuk membuat orang-orang di sekitarnya menjadi merasakan keceriaannya juga.

Namun hari ini, hari yang sudah semalaman kemarin diperkirakan oleh gadis itu adalah hari yang sangat baik dan pastinya akan sangat membahagiakan juga untuknya karena ia hendak menyatakan cinta kepada seseorang yang ia sukai dan berkeyakinan kalau cintanya itu pasti akan diterima.

Nyatanya, kenyataan tak semanis khayalan. Bukan penolakan yang membuat gadis itu tampak se-menyedihkan sekarang ini. Tapi, itu adalah karena sebuah kesalahan yang diperbuatnya tanpa sengaja. Kesalahan yang sebenarnya langka untuk terjadi.

"Ceroboh!"

"Iya ceroboh."

"Bebal!"

"Bebal juga."

"Terlalu gegabah!"

"Gegabah juga termasuk."

Seorang gadis yang perkataannya selalu di ikuti oleh seorang cowok di sampingnya itu, langsung melirik ke arah cowok tersebut dengan tatapan tidak suka.

"Kurang kerjaan ya Lo, Ndo. Kenapa Lo terus ngecopas omongan gua sih," ucapnya kesal.

"Idihh, siapa juga yang ngecopas omongan Lo. Maksud Gua 'kan cuma mau mempertegas aja biar Kayla bisa lebih paham," ucap cowok itu, beralasan.

"Sama aja."

"Gak, beda."

"Sama."

"Beda."

"Sama, sama, sama samaaaaaaaa ...."

"Beda, beda, bedaaaaaaaaaa ...."

Beban pikiran Kayla kini bertambah dua kali lipat, selain pusing karena memikirkan masalahnya dia juga harus pusing lagi karena menyaksikan perdebatan tidak berfaedah kedua sahabat yang duduk di hadapannya ini.

"Ando, Arin. Stopppppp?!" Kayla mencoba melerai perdebatan itu. Hasil akhirnya, kedua manusia berbeda gender itu langsung mengalihkan atensi mereka masing-masing ke arahnya dan tentu dengan mulut yang sudah tertutup rapat.

"Bisa gak, untuk kali ini aja gua minta ke kalian berdua berdebatnya jangan di depan Gua. Gua sekarang ini lagi pusing, gua gak bisa buat jadi penengah kalian kalau perdebatannya makin menjadi-jadi nanti," pinta Kayla dengan sangat. Kayla hafal betul terhadap kebiasaan dan perilaku kedua sahabatnya itu, tiada pertemuan tanpa pertengkaran. Sehingga oleh karena itu, mau tidak mau Kayla lah yang akan selalu menjadi penengah di antara pertengkaran mereka berdua. Tapi, untuk pertengkaran kali ini Kayla angkat tangan, ia ingin rehat.

"Lagian, apa kalian berdua gak pernah denger filosofi tentang benci jadi cinta. Filosofi itu mungkin aja bisa terjadi sama kalian berdua nantinya," lanjut Kayla yang sontak membuat keduanya melotot sempurna.

"Gua? Jatuh cinta sama cewek cerewet kayak dia ini, kiamat dunia," ujar Ando, cowok jakung yang memiliki kulit hitam tapi manis itu.

"Lo pikir Lo itu tipe gua apa? Mana mungkin gua bisa jatuh cinta sama cowok cupu yang demen banget temenan sama anak cewek kayak Lo gini," balas Arin, si cewek yang rambutnya bergelombang panjang.

Kayla memerhatikan keduanya, kemudian berkata. "Kata-kata kalian ini pas banget dengan mereka-mereka yang pernah ngalamin filosofi benci jadi cinta. Saling menghina satu sama lain tapi nantinya pun bakalan berujung jadi saling cinta," ujarnya.

Mendengar perkataan Kayla, keduanya otomatis saling melempar pandang. Namun, sedetik kemudian, mereka beredua kompak memalingkan muka ke arah yang berlawanan.

"Ogahh ...." Ujar keduanya secara bersamaan.

Seketika Kayla terkekeh kecil dengan tanpa mengeluarkan suara. Sudah sejak lama Kayla menyadari kalau di antara Ando maupun Arin sebenarnya memiliki perasaan suka yang sama, namun perasaan itu harus ditutupi oleh rasa gengsian mereka yang sangat tinggi bahkan melebihi tingginya puncak gunung Everest. Jadi tidak mudah untuk menghancurkan rasa gengsi yang  sampai detik ini masih dipelihara dengan baik oleh mereka. Bisa Kayla hanya satu, yaitu berharap semoga saja kedepannya salah satu diantara mereka berdua ada yang mau mengalah.

"Uwu-uwuuu ... so sweet banget deh. Tau gak, mereka yang penganut filosofi benci jadi cinta juga selalu kompak kayak kalian ini." Kayla semakin memanas-manasi.

Rona di wajah Arin memerah dan Ando pun sama. Keduanya masih dalam posisi memalingkan muka karena tidak ingin ada yang tahu. Tapi, lama-kelamaan Arin seperti menyadari sesuatu.

"Tunggu dulu. Kayla, kita tadi 'kan lagi bahasin masalah yang udah Lo buat. Tapi, kok kenapa sekarang merembet gitu aja ke pembahasan menjijikkan kayak gini."

"Nahh... Iya, Lo pasti sengaja 'kan mau mainin kita berdua biar gak ada yang ngomelin Lo lagi," ucap Ando, mendukung ucapan Arin sekaligus menyudutkan Kayla.

Mendengarnya, senyuman Kayla langsung pudar. Ahhh ... Hampir saja ia bisa melupakan masalah itu. Namun, ucapan mereka malah mengingatkannya kembali.

"Lo benar-benar gegabah, Kay. Gak sabaran juga, gua 'kan udah bilang sama Lo dari kemarin-kemarin hari. Kalau memang mau nembak kak Aska, ya harus diawali dengan pdkt-an dulu. Jangan main asal gercep aja, ketiban sial 'kan Lo jadinya. Kalau pernyataan cinta Lo yang ditolak si gak terlalu masalah, tapi ini Lo salah orang," omel Arin. Dia mulai melancarkan hobinya, yaitu berceramah.

Iya. Hobi yang Arin miliki memang terkesan aneh. Namun bukan berarti setiap kata-kata dari ceramah yang diberikannya tidak ada yang benar. Semuanya benar, sangat malahan. Sampai-sampai membuat Kayla pernah berpikiran kalau dirinya tengah mendengarkan ceramahan dari seorang emak-emak. Dan, tidak salah juga kalau Ando sering mengatainya cewek cerewet, berisik, bawel ataupun yang sejenisnya.

Kayla menghela nafas berat. "Gua juga bingung mikirin masalah ini. Gak mungkin 'kan gua bisa kembali ke masa lalu buat perbaiki ini semua. Setidaknya beri gua saran dong Ar, Ndo," katanya lemah.

Tangan Ando terulur ke arah sebuah piring di hadapan Arin. "Gak perlu bingung segala lah, Kay. Tinggal pergi ke orangnya langsung dahh jelasin apa yang sebenarnya terjadi. Gua yakin masalah Lo jadi terselesaikan," ujar Ando. Tangannya yang terulur tadi mengambil gorengan risol yang ada di piring Arin.

Saat gorengan itu hendak masuk ke dalam mulutnya, Arin langsung memukul pelan tangan cowok tersebut. Kemudian mengambil kembali apa yang menjadi hak miliknya.

"Enak aja Lo, ini gorengan gua kenapa jadi Lo yang mau makan," marah Arin. Ando menggigit jari dan hanya bisa menelan ludahnya saja, membayangkan bagaimana rasanya jika gorengan tadi benar-benar kriuk-kriuk di dalam mulutnya.

Risol yang sudah berhasil direbutnya, lalu di daratkan ke piring Kayla. "Nihh, Lo makan yang banyak biar Lo kuat ngadepin masalah ini," ujarnya lembut, memberikan perhatian kepada Kayla.

Kayla menggaguk, pertanda mengerti. Sedangkan Ando yang menyaksikan ketidakadilan itu, seketika mencibir.

"Dasar cewek pilih kasih," gumam Ando. Samar-samar Arin bisa mendengarkan gumamannya, seketika gadis tersebut mendelik tajam kearahnya.

"Kenapa? Sirik Lo. Makanya cari teman kek. Gak usah terus-terusan jadi nyamuk diantara persahabatan gua dan Kayla."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status