Share

7. Kehidupan Baru, Pilihan Ayah

Empat bulan sudah berlalu setelah kepergian Azka dan keluarganya yang entah kemana.

Zoya kini mulai bisa menerima kepergian kekasihnya itu, meski semua mengubah seluruh hidupnya dan juga dirinya.

Zoya berhenti dari pekerjaannya karena paksaan dari Arya, sang ayah.

"Sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Adrian Kavindra, istri seorang CEO yang sukses, untuk apa lagi kau masih bekerja di perusahaan kecil itu," ucap Arya saat itu.

Arya kemudian menentukan tanggal pernikahan Zoya dengan Adrian. Tidak ada bantahan dari Zoya membuat Arya senang, namun tidak dengan Dita.

Pernikahan pun dilangsungkan dengan sangat megah dan luar biasa di kediaman pribadi Adrian Kavindra, tapi pernikahan yang seharusnya menjadi mimpi bagi para gadis itu ternyata sama sekali tidak berkesan diingatan Zoya.

"Zoy ... kau sangat beruntung, semuanya sangat luar biasa, benar-benar pernikahan idaman semua wanita," ucap Nisa sambil terus mengamati gaun pengantin yang dikenakan Zoya.

Saat keluarganya dan mempelai pria sedang sibuk menyambut tamu di pelaminan, Zoya justru duduk dengan kedua sahabatnya di taman belakang yang tidak terjamah tamu undangan.

Mila terus saja menarik-narik ujung baju Nia, mengisyaratkan. 

"Apa? Aku tidak salah, 'kan?" ucap Nisa tak mengerti kode dari Mila.

"Lihat gaun pengantin ini, sangat indah dan kau terlihat sangat cantik memakainya. Apalagi suamimu itu, sangat tampan, Zoya. Rumah ini juga sangat besar, aku saja tidak pernah membayangkan akan bisa punya rumah seperti ini. Ini rumah Adrian 'kan? Sudah tampan, CEO, mapan, kau benar-benar sangat beruntung." Nisa terus saja berceloteh sendirian.

Mila mendekati Nisa dan berbisik di telinganya, "Azka."

Seketika Nia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil berbalik melihat Zoya yang melamun.

"Kau ini bodoh sekali, Nisa," gumam Nisa pada dirinya sendiri.

Mila dan Nisa akhirnya hanya duduk menemani Zoya yang sedari tadi hanyut dalam pikirannya sendiri.

Kini Zoya resmi menjadi istri dari seorang CEO muda, Adrian Kavindra.

***

Setelah pesta pernikahan berakhir dan para tamu undangan meninggalkan tempat, Zoya mendapat teguran dari Arya karena tindakannya yang dianggap mempermalukannya saat tiba-tiba menghilang meninggalkan pelaminan.

Zoya yang dulu selalu membalas perkataan ayahnya, kini hanya diam saja mendengar omelan yang panjang. Telinganya seakan tertutup, matanya tak pernah lagi menatap Arya dan Dita.

Arya senang karena menganggap telah berhasil menaklukkan anak perempuannya. Namun, Dita merasa kehilangan anak perempuan yang dulunya selalu ceria. Elvan pun menyayangkan atas apa yang terjadi pada adik dan ibunya, tapi dia tak punya kuasa untuk membantu keduanya.

Layaknya seorang suami yang bertanggung jawab, Adrian membela Zoya di depan keluarga. Perlakuannya sangat lembut, membuat Arya merasa puas akan pilihannya. Tapi tidak dengan Zoya.

Di malam pernikahan, lagi-lagi Zoya hanya melamun sendirian di dalam kamar pengantinnya. Kamar yang begitu luas dan di hias seindah mungkin, tapi tak bisa mengubah isi hati dan pikirannya.

Zoya terus meratapi nasibnya, apalagi setelah mendapatkan perlakuan tak biasa dari suaminya.

"Aku tahu kau tidak menginginkan pernikahan ini," ucap Adrian saat masuk ke kamar pengantin itu.

"Aku juga sama sepertimu, terpaksa menerima pernikahan ini karna ayahku," lanjutnya lagi.

"Jadi, kau tenang saja. Aku sama sekali tidak akan menyentuhmu."

Adrian mengambil satu bantal dan juga selimut dari dalam lemari, dia berjalan dan menyimpannya di atas sofa yang ada di sudut ruangan.

"Kau tidurlah di sini, karena ini memang kamarku jadi ranjang itu tetap milikku," ucapnya dengan dingin.

Zoya tertegun mendengar apa yang Adrian ucapkan, tapi dengan tenang Zoya menurut dan duduk di Sofa itu.

"Kau tenang saja, setelah semua keluarga pulang ke rumah masing-masing. Akan aku siapkan tempat tidur terpisah di sini, karena akan terlalu beresiko ketahuan jika kita sampai tidur di kamar yang berbeda," sambungnya lagi tanpa menoleh pada Zoya.

'Inikah suami yang kau pilihkan untukku, Ayah? Dia bahkan tidak tahu caranya menghormati wanita yang sudah menjadi istrinya,' batin Zoya sambil tersenyum sinis.

***

Pagi-pagi sekali Zoya sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga.

"Wah, menantuku ini ternyata rajin sekali," ucap Rani, ibu mertuanya.

"Ayo sarapan, Bu. Semuanya sudah siap," balas Zoya tersenyum.

Beberapa saat kemudian seluruh anggota keluarga berdatangan dan duduk di meja makan. Mereka menikmati sarapan sambil bercengkrama. Sesekali Zoya pun ikut tertawa, melihat Rani membuatnya teringat pada Mina, ibu dari kekasihnya dulu.

Mina yang lembut dan hangat, yang selalu tersenyum ketika bersamanya, juga sangat menyayanginya.

Zoya mencuci piring-piring kotor, begitu sarapan selesai.

"Adri bantu Zoya dulu ya, Bu," ucap Adrian menghampiri Zoya.

"Ya ampun, Nak Adrian itu benar-benar suami dan menantu idaman ya," ucap salah satu kerabat Arya.

Adrian hanya tersenyum dingin sambil terus berjalan menghampiri Zoya.

"Kau memang luar biasa tidak tahu malu," ucap Adrian mengagetkan Zoya.

Zoya hanya melirik sekali lalu melanjutkan aktivitasnya.

"Ku pikir kau akan mengerti setelah apa yang aku katakan semalam," lanjut Adrian memegang beberapa piring basah dan mengeringkannya.

"Tapi apa ini? Pagi-pagi seperti ini kau sudah sibuk mengambil hati orang tuaku? Kenapa harus repot-repot seperti itu? Toh tidak akan ada yang berubah dariku."

"Maaf ya, Pak Adrian Kavindra. Saya melakukan semua ini bukan untuk Anda ataupun ingin terlihat baik di mata siapapun. Jadi Anda tidak perlu terlalu percaya diri." Ini pertama kalinya Zoya bersuara pada Adrian.

"Sama seperti Anda yang ingin terlihat baik, saya pun tidak akan membiarkan siapapun menganggap saya wanita yang buruk."

    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status