Share

Thysia dan Symfonia
Thysia dan Symfonia
Author: C_heline

Tumbal

Rintik hujan di tengah hutan belantara, samar perlahan membasahi permukaan kulit, dingin menusuk tulang, secara perlahan mulai mencekam.

“Apa yang kau lakukan di sini? Sudah kukatakan padamu, bersabarlah!”

“Aku sudah tidak tahan denganmu! Aku muak hidup seperti ini terus menerus!”

“Fia, aku akan berusaha lagi, dan aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan.”

“Simpan saja omong kosongmu itu Mark!”

Fia terus berjalan menyusuri hutan semakin dalam, rintik hujan yang mulai terdengar kasar, mengiri langkahnya yang tergesa-gesa. Mark mengikuti ke mana perginya, Fia. Walau pun berusaha menghentikan langkah yang begitu tak karuan.

“Ini sudah sangat larut! Ke mana kau akan pergi?” ujar Mark lagi menghentikan langkah istrinya itu, mencekal perlahan pergelangan tangannya, menahan langkah yang tak tahu akan ke mana.

“Diamlah!” Hardik Fia, dengan sorot mata yang tajam.

“Aku tidak mau lagi hidup denganmu! Aku sudah muak, Mark!” sambungnya lagi berteriak menggertak suaminya.

“Apa ini sesulit itu untukmu? Cobalah bersabar sedikit lagi, semuanya akan kembali membaik!”

Fia menatap dalam wajah Mark yang sudah dibasahi air langit yang perlahan mulai jatuh tak beriringan. “Bersabar katamu? Kalau begitu bersabarlah sendiri, tidak usah memaksaku untuk ikut bersamamu lagi.” Fia menarik langkah memutar tubuhnya dan kembali berjalan menyusuri hutan yang semakin gelap.

Tak ingin meninggalkan istrinya sendirian, Mark mengikuti langkah Fia yang bahkan tidak mengerti ke mana dan apa tujuan Fia mendatangi hutan yang di penuhi cerita mitos di dalamnya.

Dingin malam itu semakin terasa akibat hujan yang tak juga mereda, langkah kaki yang terdengar kasar dari keduanya, menyapu perlahan rumput liar yang mereka pijak. Pohon yang menjulang tinggi, rerumputan yang tumbuh semakin tinggi menghalangi pandangan dari sepasang suami istri itu.

Entah apa yang membawa Fia menyusuri hutan yang seharusnya tak dikunjungi, banyak yang mengatakan, bahwa hutan itu tempat bersemayamnya sosok makhluk yang sulit dijelaskan.

“Fia, hentikan! Kau tidak takut berada di hutan gelap seperti ini?”  Mark kembali mencekal istrinya itu, menahan langkah yang semakin cepat. Fia tak menggubris apa pun yang diucapkan sang suami, dengan kasar ia menepis tangan Mark, dan kembali melanjutkan langkahnya.

Beberapa menit menyusuri hutan yang semakin gelap hampir tak ada pencahayaan apa pun. Tepat di tengah hutan yang terlihat menakutkan, Fia menghentikan langkahnya dan terlihat tengah menanti kehadiran seseorang.

“Aku sudah datang! Katakan apa yang harus kulakukan!” teriaknya lantang di tengah hutan yang tak tampak siapa pun yang ada di sana. Matanya liar menggeledah tempat itu, seakan mencari keberadaan seseorang.

“Siapa yang sedang kau cari? Dengan siapa kau berbicara?” tanya Mark heran, sikap istrinya itu benar-benar membuatnya bingung tak karuan.

Lagi-lagi Fia tak menghiraukan ucapan suaminya itu, ia terus mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ingin ia temui.

Hujan malam itu tak mereda bahkan airnya semakin lebat jatuh membasahi tubuh kedua insan itu. Sesekali Fia menyeka wajahnya dari air langit yang tak kunjung mereda.

“Datanglah! Cepat katakan apa yang harus kulakukan! Aku sudah muak dengan semua ini!” ucap Fia lagi, kali ini dengan teriakan yang benar-benar terdengar memekakkan telinga.

Mark yang terlihat bingung, ikut mencari sosok yang diajak berbicara oleh istrinya itu. Sejauh apa pun Mark mengedarkan pandangannya, tetap saja tak menemukan siapa pun, bahkan tak terdengar suara apa pun, kecuali desiran air hujan yang membasahi bumi semakin kencang.

Disela-sela pencariannya pada sosok yang ia tunggu, Fia terlihat terpaku untuk beberapa saat. Dia membisu, menatap lurus dengan bola mata yang sedikit terbelalak. Diam mematung, berdiri tegak tak bergeming.

Beberapa menit dengan posisinya, tiba-tiba saja tubuhnya memutar perlahan, menatap dalam suaminya. Mark yang terkejut dengan sikap istrinya itu, perlahan terlihat bingung, dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dengan Fia saat ini.

“Ada apa?” tanyanya penuh penasaran diiringi rasa takut yang sedikit mengusik.

Tak ada jawaban apa pun dari Fia, wajahnya datar, bola mata menatap tajam, dengan napas yang mulai memburu. Secara perlahan memulai langkah menghampiri Mark yang berjeda beberapa langkah darinya.

Jelas saja Mark merasa semakin aneh dari sikap istrinya itu, “Ada apa denganmu?” tanyanya lagi, penuh dengan penasaran.

Lagi-lagi tak ada jawaban, Fia membisu dengan langkah yang semakin maju. Mark sesekali menyeka wajahnya, guna melihat dengan jelas istrinya yang perlahan mulai mendekat. Wajah itu tampak sedikit berubah, bola mata Fia terlihat mengancam, didampingi kepalan tangan yang terlihat membulat.

“Aku tidak tahan lagi Mark, sudahi penderitaanku sampai di sini,” ucap Fia yang akhirnya sampai di hadapannya.

“Apa maksudmu?” balas Mark tak mengerti maksud ucapan Fia.

Tak berselang lama, kebingungan yang menghantui Mark perlahan terjawab. Seiring terlihatnya sosok yang begitu menakutkan di dalam tubuh istrinya. Wajah Fia berubah menjadi sangat menakutkan, bola matanya memutih, wajahnya memucat, serta mengalirnya cairan merah dari mulutnya yang tertutup rapat.

“A-apa ini? Si-siapa kau?” gumam Mark terbata-bata, napasnya mulai memburu, detakan jantungnya semakin cepat melaju disusul tubuh yang mulai gemetar.

“Terima kasih sudah datang Mark,” ucap Fia dengan nada suara yang berbeda, terdengar berat, dan sedikit serak, senyuman yang dipancarkannya itu juga tak terlihat mirip Fia, istrinya.

Mark berusaha menahan ketakutannya yang mulai mencekam, menarik napas dalam, seraya menyeka pelan wajahnya yang disirami air hujan.

“Ayo pulang Fia, aku rasa ada yang tidak beres darimu.” Mark meraih pergelangan tangan Fia, untuk segera membawanya kembali ke alam terbuka.

Berharap mendapati kembali istrinya, justru hal yang sulit di percaya terjadi pada pria bermata monolid itu. Tiba-tiba saja jemari tangan wanita yang ada di hadapannya itu, terangkat dan mencekik kuat lehernya.

Tentu saja hal itu membuatnya begitu terkejut, “Fia, sadarlah! Apa yang terjadi padamu?” ucap Mark samar, hujan serta cekikan itu menahan suaranya yang berteriak.

Fia semakin kuat mencengkeram leher suaminya, dan secara perlahan mengangkat tubuh yang seharusnya sulit untuk dilakukan seorang wanita seperti Fia.

“Kau kalah! Hidup adil tak berpihak padamu!” ucap Fia setengah berteriak, menyuguhkan senyuman yang benar-benar terlihat menakutkan.

Tanpa sadar perlahan tubuh Mark semakin melemah, kedua kakinya yang terangkat tak perpijak pada tanah, menggerakkan kasar memberi isyarat sudah tak kuat.

Kedua tangannya berusaha menepis cengkeraman yang semakin terasa menyakitkan, kuku panjang jemari Fia secara perlahan menembus kulit Mark. Senyuman iblis yang terpatri jelas di wajah Fia, terlihat begitu menikmati aksinya.

Tak butuh waktu lama, tubuh Mark tak lagi bergerak, dan tanpa perintah apa pun, Fia dengan kasar  menjatuhkan tubuh yang sudah tak lagi bernyawa ke permukaan bumi yang di basahi air langit serta beralaskan tumbuhan liar di atasnya. Leher sisi kanan Mark terlihat mengeluarkan begitu banyak cairan merah yang terlihat pupus diguyur air hujan, kedua matanya terbelalak menahan rasa sakit yang tak lagi tertahan.

Senyuman iblis itu sangat terlihat bahagia dengan penampakan tubuh Mark yang sudah tak lagi bernyawa.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status