Share

Tiba-Tiba Menjadi Milikmu

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-07-11 11:01:02

Keesokan harinya.

Entah ramuan apa yang telah di campur dengan susu coklat hangatnya semalam., Bella merasakan ngantuk teramat sangat. Silau mata pada mentari pagi. Bella tergagap bangun, memutar bola mata berkeliling.

"Apa aku masih di rumah Tuan Lorenzo?" Di kedip-kedipkan mata untuk menarik kesadaran. "Nyonya ..." Jantung Bella berdegup, ketika di hadapannya adalah pelayan tua dengan wajah patung hidup. Bagaikan masih tersangkut di mimpi buruk, tapi harus menyadari ini kenyataan.

"Semua sudah di siapkan. Bangun dan menurut saja!"

Bella tarik selimut ketika pelayan tua itu berjalan mendekat, tapi segera menuruni kasur setelah pelayan tua justru membuka lalu melipatnya.

Bella menoleh cepat pada manequin yang tadi tertutup korden tempat tidur bergaya eropa itu. "Itu ... Apa ... Apa benar aku akan di nikahkan hari ini?" Pembicaraan semalam dengan keluarga Umberto jadi penarik kesimpulan.

Bella berjingkat, pelayan tua sudah berada di belakangnya saat berbalik. Diberikan sebuah bathrobe putih, lalu menoleh ke arah kamar mandi. "Waktu mandimu 10 menit."

"Bolehkah aku pikir-pikir dulu? Sampai sekarang saja, aku belum bertemu Tuan Lorenzo atau Hector atau siapalah dia." Bella mengharap mendapatkan bantuan sang pelayan tua, tapi justru menyodorkan sebuah kertas yang merupakan copy dari portal berita online di negara kecil bernama San Marino.

'Skandal Baru Keluarga Kerajaan.'

Bella membaca tiap baris isi berita. Terpampang foto pria dan wanita aaling berhadapan di sebuah lorong, tapi wajah keduanya di blur. Bella bisa pastikan itu adalah dirinya di pesta topeng malam itu. Belum di jelaskan siapa dan dimana, tapi dari kolom komenan sudah penuh dengan dugaan itu adalah salah satu pangeran bernama Hector.

Bella lemas. Ternyata ini bukan sekedar gertakan, tapi kenyataan tanpa berikan pilihan. Pertimbangan Bella saat ini adalah nenek dan adik laki-lakinya, jadi dengan langkah gontai dia memasuki kamar mandi.

**

Dua jam berselang. Taman belakang rumah terubah skema, menjadi suasana chapel yang di kelilingi kebun bunga mini.

"Dasar gadis desa, di rias seperti puteri kerajaan tapi tetap saja kampungan!" cemohoan Victoria. Kipasnya terkibas, seolah bersiap menghalau aroma menjijikkan yang akan lewat.

Tapi berbeda dengan tanggapan Victor. Pria jangkung berambut klimis itu justru terpana. Walaupun Bella hanya mengenakan gaun putih bergaya simple, tapi siluet tubuh langsingnya terbentuk sempurna ini tak mampu membendung rasa kagum Victor sebagaimana laki-laki normal lainnya.

"Victor ... Vic!"

"Hmm?" Victor terkejut oleh goncangan saudari kembarnya, Victoria. "Ada apa?" tanyanya.

"Kamu tidak ... Ah, lupakan saja!" Victoria lebih tertarik menanyakan hal lain, daripada keheranannya akan kekaguman Victor pada tampilan Bella. "Kau akan mengucilkan mereka kemana? Bukankah itu rencanamu buat menjauhkan para makhluk tidak berguna ini, iya kan?"

Victor tersenyum smirk. "Surat resminya sudah di buat, tapi tempatnya rahasia!" godanya. Lebih menyenangkan membuat wajah jutek Victoria menjadi lebih terbakar amarah karena permainan emosinya.

Victoria cemberut, tapi kemudian lebarkan senyum. "Ini dia. Drama tragedi yang sudah kita tunggu-tunggu!"

Memang benar, Bella telah sampai di altar. Saling menatap itu kini tak terelakkan. Baik Hector, maupun Bella saling terpaku. Keduanya seperti sepasang alien beda planet, orang saling asing tapi di pertemukan pada waktu dan tempat sama-sama tak di inginkan.

***

Seremonial singkat telah di lalui, kontrak perjanjian pernikahan juga sudah di tandatangani. Bella dan Hector di pertemukan kedua kalinua hari itu di sebuah kamar. Tak ada dekorasi rangkaian bunga, atau bahkan tatanan tempat tidur pengantin baru. Semua biasa saja, tidak mencerminkan perayaan bahagia layaknya pernikahan pada umumnya.

"Sepertinya dia ... Memang anda. Benarkah?" Masih dalam balutan baju pengantin, Bella beranikan membuka percakapan.

Bagaimana Bella bisa lupa pria pertamanya ini. Tubuh tinggi besar, dada bidang, kulit zaitun khas pria eropa meditarian, dan juga bulu-bulu halus di beberapa bagian. Hector terlihat lebih kusut daripada malam itu. Walaupun saat itu dalam siraman cahaya temaram, tapi Bella masih bisa mengenalinya.

Sorot tajam ke arah luar jendela itu beralih menjadi lirikan dari gerakan setengah menolehnya. "Nona. Aku peringatkan kamu untuk pertama dan terakhir kalinya. Pergilah dari rumah ini. Sopir sudah menunggu di bawah. Dia akan mengantar kemanapun tujuanmu. Jangan kembali lagi ke sini. Lakukan demi hidupku dan hidupmu sendiri."

Bella mencerna sejenak. Pilihan memang ada dua. Kemewahan tapi jadi boneka aturan orang kaya, atau tetap melarat namun bahagia dan dipenuhi cinta keluarga?

"Bagaimana dengan status pernikahan kita, Tuan?" Rasa ingin tahu Bella.

"Sudah di tulis dalam kesepakatan. Dalam 2 tahun kita bisa akhiri pernikahan ini. Uang kompensasi akan di berikan untukmu, selain tunjanganmu tiap bulan sebagai istri." Hector masih berbicara sambil membelakangi Bella.

"Pernikahan ini hanya untuk membungkam skandal, bukan?"

Pertanyaan Bella barusan di tanggapi Hector dingin dan membisu.

"Baiklah. Saya paham. Maafkan saya kalau kesannya tiba-tiba datang ke sini mencari anda, tapi percayalah Tuan. Niat saya mencari kalung mendiang ibu saya yang hilang, dan bicarakan apa yang sudah terjadi di antara kita malam itu secara baik-baik."

Hector menoleh perlahan, ucapan Bella spontan menggerakkan tubuhnya untuk menghadap padanya. "Itu kesalahan. Salahku mengira kamu wanita lain. Pakaian kalian mirip. Dalam keadaan mabuk, aku sulit membedakan. Justru akulah yang meminta maaf padamu, Nona." Hector mengakui secara gentleman.

Dalam posisi berhadapan dengan saling bertukar tatapan begini, suasana berbeda tercipta. Hector dan Bella masih seperti alien beda planet, tapi ada hal lain tak terdefinisikan secara jelas.

Napas Hector mendadak memburu. Tubuh Bella pemicunya. Darahnya mendidih mengingat malam bercinta panas mereka pertama kalinya waktu itu. Tapi Hector sadar, dia bukan sang pejantan yang bertemu pasangan dalam kumpulan serigala. Dimana akan terangsang bila takdir Luna itu adalah Bella. Oleh karena itu, tangannya segera menunjuk ke arah pintu.

"Keluarlah sekarang, Nona. Anggap kita tak pernah saling mengenal. Pengacara pribadiku akan mengurus segalanya nanti."

Harga diri Bella terusik. Pilihannya tertuju pada realita. Dia akan kembali ke hidupnya, lalu melupakan semua.

"Baiklah. Selamat tinggal, Tuan." Bella masuk ke dalam kamar mandi. Butuh beberapa waktu untuk berganti dan menghapus riasan. Setelah selesai, Bella keluar kamar menuju ke lantai bawah.

"Kamu akan pergi, Bella?" Pertanyaan bernada keheranan dari Victor. Pria itu memegang kunci mobil, dan berencana keluar rumah.

"Iya, Tuan. Waktu cuti saya sudah habis," jawab Bella kaku. Sudah tak tahan berlama-lama di rumah yang sudah menjungkirbalikkan cerita hidupnya dalam semalam.

"Si. Kalau begitu, aku yang akan mengantarmu," tawar Victor. Tatapannya jalang menelusuri tubuh Bella dalam balutan midi dressnya. Tak ada sungkan, Victor tunjukkan rasa tertarik pada Bella. Sebagai pria yang sudah pro menilai karakter wanita, dalam batin Victor memberikan poin sempurna untuk Bella.

"Tidak perlu, Tuan. Kata Tuan Hector, sudah ada sopir yang ak ..."

"Tidak Bella. Aku tidak suka penolakan." Victor meraih pinggang ramping Bella untuk di tuntun keluar bersama.

"Maaf, Tuan. Saya takut Tuan Hector tersinggung."

"Hector tersinggung?" Victor tertawa kecil. "Memang anak itu punya perasaan?" cemoohnya. Victor berusaha meraih pinggang Bella, meski untuk kedua kalinya Bella bergeser kembali menghindar. "Ayolah, Bella. Jangan terlalu naif. Aku bisa memberimu lebih dari yang ..."

"Lepaskan dia, Victor!" Suara bariton tiba-tiba muncul, yang merupakan milik Hector. "Dia istriku. Aku sendiri yang akan mengantar Bella."

Belum selesai keterkejutan Bella, Hector sudah berpindah di sampingnya. Bukan hanya berucap, tapi pinggangnya berganti di tarik Hector, sehingga kini dalam pelukan pria tinggi besar berstatus suaminya itu.

Tatapan Bella membulat tercengang, ketika wajah Hector mendekat, lalu sentuhan bibirnya menekan dalam dengan gelora gairah menyengat ikut menjalar dalam tubuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Pria Arogan

    Brukk!!Kali ini suara bemper depan mobil milik Hector itu menabrak pembatas trotoar dan taman sepanjang jalan. Dalam kondisi mobil masih menyala namun terhenti, Hector keluar lalu memukul keras pada wajah pria yang melecehkan Bella sampai terjerembab ke tanah. Bukanlah hal sulit, dimana postur Hector yang tinggi dan besar ini melawan pria bertubuh junkies."Banci!" umpat Hector pada orang yang sudah tak berdaya setelah mendapat beberapa kali hantamannya. Hector lalu berbalik kembali ke depan kemudi, kemudian membuka pintu di sampingnya sembari beri perintah pada Bella. "Masuk!"Dalam keadaan setengah takut setengah tercengang, Bella raih tasnya dengan cepat lalu masuk ke dalam mobil."Pakai sabuk pengamannya," perintah Hector lagi bersamaan suara alarm pengingat berbunyi.Bella memasang dengan tangan bergetar. "Terima kasih, tuan." Bella berucap sambil berkaca-kaca."Apa kamu selalu ceroboh seperti ini? Begitu mudahnya jadi santapan liar pria, hah?""Saya tidak melakukan apa-apa, tua

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Diserang Pria Tak Dikenal

    "Baiklah." Bella patuh pada tiap langkah pria berpostur tinggi dan besar di hadapannya. Bella tahu kalau Hector melakukan ini semua hanya demi harga diri di depan kakak tirinya, Victor.Keterkejutan Bella berlanjut saat Hector justru membuka pintu mobil pribadinya. Ini berarti mereka akan berdua saja selama perjalanan tanpa seorang sopir.Laju mobilpun bermula tak lama setelah mesin menyala. Suasana dingin dan hening jadi hiasan dalam benda mewah model sedan dan bertenaga besar tersebut."Saya turun bus shelter di ujung jalan bawah sana saja, tuan." Bella menunjuk ke arah depan pada beberapa menit perjalanan mereka."Memang kamu tahu jalan? Jangan asal nunjuk saja!"Bella melirik takut-takut pada Hector. Tidak menyangka seperti pikirannya telah terbaca. "Google map, dan itu mudah." Bella merutuki diri dalam hati. Tentu saja dia tidak tahu-menahu tempat itu, tapi tentu saja dia tidak akan mau menunjukkan kebodohannya itu pada Hector."Benar, kan. Kamu asal bicara.""Saya sempat perhati

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Tiba-Tiba Menjadi Milikmu

    Keesokan harinya.Entah ramuan apa yang telah di campur dengan susu coklat hangatnya semalam., Bella merasakan ngantuk teramat sangat. Silau mata pada mentari pagi. Bella tergagap bangun, memutar bola mata berkeliling."Apa aku masih di rumah Tuan Lorenzo?" Di kedip-kedipkan mata untuk menarik kesadaran. "Nyonya ..." Jantung Bella berdegup, ketika di hadapannya adalah pelayan tua dengan wajah patung hidup. Bagaikan masih tersangkut di mimpi buruk, tapi harus menyadari ini kenyataan."Semua sudah di siapkan. Bangun dan menurut saja!"Bella tarik selimut ketika pelayan tua itu berjalan mendekat, tapi segera menuruni kasur setelah pelayan tua justru membuka lalu melipatnya.Bella menoleh cepat pada manequin yang tadi tertutup korden tempat tidur bergaya eropa itu. "Itu ... Apa ... Apa benar aku akan di nikahkan hari ini?" Pembicaraan semalam dengan keluarga Umberto jadi penarik kesimpulan.Bella berjingkat, pelayan tua sudah berada di belakangnya saat berbalik. Diberikan sebuah bathrobe

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Di Paksa Menikah

    Setelah bertemu dengan Victor, Bella di bawa seorang pelayan wanita ke sebuah kamar. Tentu bukan hal yang di sangka-sangka bagi tamu seperti Bella."Nyonya pelayan," terpaksa Bella mengajukan pertanyaan pada wanita setengah baya dengan wajah judes di hadapannya. "Apa sudah aturan di keluarga ini kalau tamu harus menunggu di dalam kamar?" Bella rapatkan tautan jemari-jemarinya sebagai kebiasaannya bila dalam keadaan gugup."Aku tidak tahu!" jawab pelayan tua itu dingin.Bella memang di jamu dengan baik, tapi apalah semua itu kalau hatinya tak tenang dengan seribu pertanyaan di pikiran. "Boleh aku keluar dan jalan-jalan di taman. Kali saja orang yang ingin aku temui sudah datang.""Tapi Tuan Sul ..."Belum sampai selesai pelayan tua menjelaskan, pintu di ketuk sekali lalu pelayan lain masuk. "Tuan Sulung minta tamu di bawa ke ruang keluarga," ucapnya meneruskan apa yang di perintahkan Victor."Apa itu artinya aku akan bertemu Tuan Lorenzo?" Bella senang. Bukan hanya karena ingin menanya

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Tidak Ada Nama Lorenzo

    Di dalam sebuah rumah bergaya eropa kuno, seorang pria tampan berbicara di ruang kerja."Ayah. Apa Hector tidak akan datang?" tanyanya pada pria berusia 70 tahun di depannya. Dia bernama Umberto, yang kini berbicara dengan putranya Victor."Neil melapor kalau kemungkinan Hector sudah dalam perjalanan.""Maaf, Yang Mulia. Pangeran Hector sudah di bandara. Tidak sampai dua jam di pastikan sampai di sini," koreksi sang pelayan di sampingnya.Victor tersenyum mencibir. "Aku kira anak itu tidak punya nyali buat menghadap ayah.""Kalau menurutmu karena masalahnya dengan putri Agustine, sepertinya itu tidak akan mempengaruhinya.""Sampai kapan ayah membelanya terus? Dia cuma anak manja yang suka bikin masalah. Ini rencana proyek bisnis besar. Mana bisa dia di beri tanggung jawab besar?"Mendengar protesan Victor, dada Umberto mendadak sesak."Yang Mulia. Anda tidak apa-apa? Apa perlu saya panggilkan dokter?" tanya sang pelayan panik.Umberto menolak, tapi lebih meminta hal lain. "Tidak. Ting

  • Tiba-Tiba Menjadi Istri Pangeran Miliarder   Dikira Wanita Murahan

    Keesokan paginya.Sinar mentari menyelinap masuk diantara celah kain vitrase putih, membaur membentuk pendar memantul pada lantai keramik bening kamar bergaya eropa kuno nan mewah. Bella tersilau sehingga memaksanya membuka kelambu manik mata hazel brown miliknya."Aku ... Dimana?" Kalimat pertama yang sanggup terucap. Tubuhnya terasa menahan beban puluhan ton, begitu sulit membuatnya bergerak. Bella lakukan upaya pertama hanya lewat kedua matanya.Langit-langit berukiran dengan lampu gantung tanpa nyala jadi pusat gravitasi Bella. Berkedip-kedip demi dapatkan keseimbangan, karena bukan hanya dunia terasa berputar-putar, tapi juga segala macam pikiran bertumpuk berputar-putar membentuk slide-slide kejadian saling tumpah tindih."Tidak!" pekikan lemah Bella. Dari kesemuanya, Bella tertuju pada bagian akhir dari usahanya mengingat-ingat. "Pria itu ..." Bibir Bella tercekat, ketika mulai mengingat telah melakukan sesuatu dengan seseorang. "Dia ... Aku ... Kami ..." Bella mengatur napasny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status