Share

12. Ruy Forest

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 11:53:38

Yukine terbangun dari tidurnya yang panjang meskipun tidur pagi bukanlah kebiasaannya namun mungkin karena merasa tubuhnya kurang nyaman dan insiden bubur pagi ini membuatnya malas untuk bergerak terlebih bertemu dengan orang-orang rumah namun sekarang sudah siang hari, perutnya benar-benar kosong karena terkuras habis pagi tadi.

"Kamu sudah bangun?"

Yukine menoleh dan mendapati Balryu baru saja masuk tanpa suara dengan membawa nampan ditangannya.

"Emm," sahutnya sambil bangkit dan menyibakkan selimutnya.

Balryu kembali mengecek suhu tubuh gadis itu namun mimik wajahnya tidak berubah, Yukine pun menyentuh keningnya sendiri untuk mengukur suhu tubuhnya. "Ini benar-benar panas," ucap Yukine dalam hati.

Dia tidak pernah menyangka jika akan mendapati suatu hari jika akan jatuh sakit hanya karena sedikit menerjang hujan.

"Perlu disuapin gege?"

"Tidak," jawab Yukine dengan cepat dan mengambil peralatan makan itu dari tangan pemuda itu.

Balryu tidak berkomentar hanya tetap di tempatnya memperhatikan Yukine perlahan memasukkan suapan demi suapan kecil ke mulutnya.

"Tidak berkerja?" Yukine sengaja membuka pembicaraan karena rasanya kurang nyaman diawasi seperti ini terus menerus.

"Ibu dan ayah ada meeting yang tidak dapat ditinggal."

"Tapi game milikmu ...?"

"Sudah selesai, lusa sudah diluncurkan."

"Oh."

Yukine kembali menunduk untuk mengambil suapan selanjutnya. Tiba-tiba Balryu bangkit Yukine berpikir jika pemuda itu akan keluar dari kamarnya ternyata salah Balryu malah menuju meja riasnya mengambil sisir dan jepit rambut. Belum sempat Yukine bereaksi pemuda itu sudah menyisir rambut panjangnya yang berantakan mungkin karena melihat Yukine sesekali menyelipkan rambutnya ketika makan membuat pemuda itu mengambil inisiatif untuk merapikan rambutnya.

Dilihat dari gerakannya yang tidak kaku sepertinya ini bukanlah pertama kalinya Balryu merapikan rambut adik perempuannya ini. Yukine tidak berani banyak bergerak ketika tangan besar itu masih memegang kepalanya. Yukine bisa melihat bagaimana pemuda itu dengan mudahnya merapikan rambutnya dari pantulan kaca besar yang ada di kamar itu. Tubuh tinggi itu berdiri di samping ranjang dengan telaten merapikan rambut seorang gadis yang duduk di tepi ranjang dengan makanan di tangannya.

"Terima kasih," ujar Yukine ketika Balryu selesai merapikan rambutnya dan itu terlihat rapi juga bagus.

Yukine juga segera menghabiskan makanannya yang hanya tinggal beberapa suap saja sedangkan pemuda itu membantunya membuka obat untuknya tidak ada percakapan namun Yukine patuh menelan obatnya. Seperti tugasnya selesai pemuda itu lantas pergi dengan alat makan bekas gadis yang masih duduk diam di ranjang.

Karena tidak tahu akan melakukan apa Yukine mengganti pakaiannya yang lebih santai dan turun ke bawah, di rumah ini hanya ada dirinya dan pemuda itu tentunya gadis itu turun mencari keberadaan Balryu dan menemukan pemuda itu di ruang tengah. Entah kebetulan atau apa Yukine merasa jika Balryu hanya akan berada di ruang tengah dan kamarnya jika sedang berada di rumah.

"Kenapa turun?"

"Bosan."

"Tidak istirahat dulu?"

"Sudah terlalu banyak tidur."

Yukine duduk tidak jauh dari tempat pemuda itu hingga dapat mengintip apa yang sedang dilakukan oleh pemuda itu dengan laptopnya.

"Sedang bekerja?"

"Emm," jawab Balryu menoleh sedikit kemudian kembali mengetik dengan cepat pada papan keyboard.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Jika kamu sering tidak masuk bekerja bukankah perusahaan akan memecat mu?" Perkataan Yukine tidak hanya asal bicara karena semenjak dirinya hidup menjadi adiknya Yukine sering melihat Balryu ada di rumah dan bekerja dari rumah bahkan seminggu hanya masuk dua hari atau hanya malam hari saja ketika orang tua mereka ada di rumah. Pembagian tugas untuk menjaga Yukine bergantian seperti ayah 20% ibu % dan sisinya Balryu.

Balryu tidak akan pergi jika itu tidak benar-benar mendesak itu membuat Yukine khawatir dengan pekerjaannya yang terabaikan. Jika bekerja di perusahaan sendiri mungkin waktu kerjanya bisa fleksibel bahan ayah dan ibunya saja kesulitan untuk mengambil cuti karena posisi mereka sudah terlalu tinggi dan memiliki banyak tanggung jawab.

Balryu yang mendengar Yukine menghawatirkan pekerjaannya tersenyum tipis kemudian meninggalkan pekerjaannya untuk menjelaskan pada adik perempuannya itu.

"Mungkin aku akan dipecat setelah melakukan ini di perusahaan lain."

"Jika perusahaan mu?"

"Tidak."

"Kenapa? Apa perbedaan dengan tempat lain?"

"Jadi begini aku memiliki teman kami sama-sama suka bermain game karena dia punya banyak uang dan perusahaan sendiri jadi memintaku untuk membuat game bersamanya. Meskipun aku tidak selalu berada di kantor namun selama semua pekerjaan selesai dan tidak menghambat berjalannya perusahaan itu tidak begitu masalah. Meskipun game ini bukan hanya kerja keras kami tapi ada banyak karyawan yang berkerja setiap hari memeras otak mereka demi perusahaan namun semuanya harus atas persetujuanku jadi kadang aku harus datang ke perusahaan untuk meninjau langsung pekerjaan mereka." Ini adalah pertama kalinya Balryu bicara panjang kali lebar yang dilihat oleh Yukine, orang sehemat bicara itu ternyata juga bisa bicara begitu banyak.

"Bagaimana jika dia menemukan seseorang yang lebih pandai dan dapat diandalkan dan menggantikan posisimu sekarang."

"Dia bisa mencoba."

"Begitu percaya diri sekali game seperti apa yang kalian ciptakan?"

"Kemari."

Yukine berpindah duduk di tempat dimana pemuda itu menepuk sofa tepat disampingnya karena penasaran Yukine mendekat. Balryu mengambil ponselnya kemudian masuk kesebuah aplikasi dan baru saja masuk saja Yukine sudah disuguhi semua grafik yang menakjubkan.

Balryu menunjukkan betapa lincahnya jari-jarinya ketika memainkan karakternya berburu mangsa di dalam game itu, kecepatan tangan di dukung dengan indahnya grafik sungguh memanjakan mata terlebih aplikasinya begitu memadai.

"Bagaimana?" tanya Balryu tanpa mengalihkan pandangannya sedangkan Yukine memberikan jempolnya sebagai pujian.

"Kamu bisa login dan membuat karaktermu sendiri di ponselmu sekarang."

"Bukankah masih besok diluncurkannya?"

"Apakah kamu lupa jika aku pembuatnya?"

"Oh lalu dimana aku bisa mengunduh aplikasinya?"

Balryu tidak menjawab namun mengambil ponsel Yukine yang ada di atas meja kemudian beberapa saat kemudian aplikasi itu sudah ada di ponselnya.

"Login dengan email kemudian buat karaktermu terlebih dahulu pilih ras yang kamu suka," ucap Balryu yang nampaknya sudah kembali sibuk dengan laptopnya.

Yukine login kemudian harus memasukkan nama untuk karakternya, jujur Yukine sedikit bodoh untuk mengarang nama jadi untuk membantunya melihat sekeliling mungkin akan menemukan hal yang menarik. Pandangannya tertuju pada botol minuman berkarbonasi rasa persik yang tidak jauh dari laptop pemuda itu.

"Ruy Forest," gumam Yukine. "Tidak buruk."

Gadis itu tanpa pikir panjang langsung memasukkan nama itu untuk akunnya dan memilih gender untuk karakternya.

"Laki-laki," ucap Yukine dalam hati sambil mengklik konfirmasi. Kemudian layar masuk di bagian ras di sini ada human, elf, devil dan siluman.

Yukine ingat karakter yang digunakan oleh Balryu adalah elf tapi itu Balryu sedangkan dirinya tanpa ragu langsung mengetuk devil dan tepat ketika memilih Balryu sedang mengawasinya, pilihannya membuat pemuda itu mengerutkan keningnya lalu menatap wajah gadis disampingnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   20. Rute yang sama

    Yukine tidak menyangka jika masakan mantan tetangganya ini ternyata begitu cocok di lidahnya, Yukine bangkit untuk membayar makanannya menemui wanita itu yang hanya tinggal sendirian sedangkan perempuan bernama Rayi itu entah kemana perginya."Buk aku ingin membayar," ujar Yukine berdiri di depan etalase yang memisahkan mereka.Wanita itu menyebutkan harganya dan Yukine membayarnya dan bermaksud untuk membungkus untuk dibawa pulang hanya saja udang besar dan manis yang sama seperti yang dimakannya sudah habis."Aku bayar sekarang dan aku akan mengambilnya besok apakah bisa?""Bisa," jawab wanita itu cukup senang karena Yukine membeli untuk 4 porsi sekaligus."Masakan ibuk sangat enak.""Terimakasih," jawab wanita itu dengan senyuman cerah."Sepertinya rumah makan ini aku belum pernah melihatnya sebelumnya apakah masih belum lama buka?" Yukine bertanya seolah-olah Yukine cukup mengenal daerah sini padahal ini adalah kali pertamanya Yukine melintas di daerah ini. Di lihat dari perabotan

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   19. Bunga dari tanaman liar

    Langkah Yukine menyusuri trotoar yang berantakan karena ulah dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab namun itu tidak menyurutkan niatnya untuk berjalan, entah mengapa hari ini dirinya ingin berjalan kaki ketika pulang. Yukine tidak melewati jalan besar malah memilih jalan gang yang mempersingkat waktu juga bisa melihat sisi lain kota baru yang telah ditempati ini.Yukine rindu ketika dulu lebih banyak berjalan kaki daripada naik kendaraan, ketenangan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Di pinggir jalan di antara semak-semak terdengar suara anak kucing dengan suara lemah. Yukine mencari-cari asal suara itu dan mendapati ada anak kucing melihatnya dengan matanya yang mengundang simpati."Apa yang kamu lakukan di sini sendiri?" tanya Yukine pada kucing berwarna abu-abu itu. Kucing itu terus memandanginya dan tanpa terasa tangannya terulur membawa anak kucing yang sangat kurus itu."Apa kamu lapar? Tapi aku tidak punya makanan."Yukine melihat sekeliling tidak banyak oran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   18. Ruy Forest and Big Gui

    "Ge ponselmu berdering," ujar Yukine ketika mereka sampai diparkiran.Tautan tangan mereka akhirnya terlepas dan itu membuat Yukine merasa lega karena sejak tadi ingin melepaskannya namun tidak berani. Ponselnya ada di dalam saku jas tentunya Yukine mengambilnya dan melihat nama Beru di sana."Siapa?" tanya Balryu.Yukine tidak menjawab namun menyerahkannya ponsel itu ke pemiliknya tapi ketika melihat nama itu Balryu enggan untuk menjawab dan malah pergi masuk ke dalam mobil. Yukine bingung mengapa Balryu mengabaikan panggilan dari orang bernama Beru itu."Abaikan saja," ujar Balryu ketika panggilan itu datang lagi."Mungkin saja penting, dia telfon terus menerus," Yukine masih tidak enak hati mengabaikan panggilan dari seseorang."Apanya yang penting kami baru saja bertemu.""Memangnya siapa dia?""Atasan.""Kan masih berani tidak angkat teleponnya? Oh aku lupa dia juga temanmu."Mobil itu perlahan meninggalkan tempatnya dan Yukine baru menyadari jika tempat itu cukup penuh pastinya

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   17. Big Gui

    Yukine memandangi laki-laki di depannya itu yang sedang membawa sekuntum mawar putih ditangannya."Terima kasih," ujar Yukine sambil mengambil bunga itu dari tangan sang pemuda bernama Kun itu."Sampai jumpa di klub besok, sayangnya aku harus pergi sekarang."Yukine hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis pemuda itu pergi, Yukine kembali ketempat duduknya. Orang yang diundang oleh Damar tidak begitu banyak dan Yukine hanya mengenal beberapa yang pernah bertemu sebelumnya di klub taekwondo salah satunya Kun. Orang yang melihatnya mungkin akan berpikir jika Kun menyatakan cinta pada Yukine menggunakan sekuntum mawar putih tapi sayangnya tidak seperti itu.Kun sering melihat Yukine di klub namun tidak pernah benar-benar berkenalan dan kali ini seperti kesempatan itu datang dan pemuda itu mengajaknya berkenalan, memberinya bunga hanyalah sebagai simbol saja bukan apa-apa. Tapi sayangnya itu membuat beberapa pasang mata salah paham dengan itu.Salah satunya sang pemilik acara, Damar

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   16. Gaun hitam

    Balryu sudah ada di belakangnya Yukine sama sekali tidak mendengar suara Balryu masuk sepertinya pemuda itu memiliki cara agar berjalan tanpa suara."Ini," Yukine menunjukkan foto yang ada di tangannya.Balryu mendekat Yukine pikir Balryu akan mengambil foto dalam bingkai itu yang ada di tangan kirinya ternyata yang diambilnya adalah minuman dingin yang masih di pegang oleh Yukine di tangan kanannya. Nampak pemuda itu berkeringat banyak karena tiga kali naik turun membawa bawaan begitu besar. Minuman itu habis hanya dengan sekali napas.Yukine segera mengembalikan foto itu kembali ke tempatnya dan posisi yang sama seperti semula. Yukine menerima gelas kosong dari tangan Balryu."Bajumu kotor tidak ganti baju dulu sebelum kembali pergi," ujar Yukine dan Balryu mengikuti kemana pandangannya melihat tubuhnya.Kemeja putihnya kusut, kotor dan sedikit basah karena keringat."Aku akan mandi sekalian.""Aku juga akan mandi."Yukine mengangguk kemudian segera keluar dari kamar itu membawa gel

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   15. Cintanya habis untuk orang lama.

    Untuk kesekian kalinya Yukine dibuat terkejut oleh ayahnya, tidak pernah terbersit sedikit pun jika Balryu adalah putra dari cinta ayahnya ternyata semua ini lebih rumit daripada yang dipikirkan olehnya."Kenapa gege bisa bersamamu bagaimana dengan wanita itu?" Rasa penasaran Yukine menggebu-gebu."Kamu tidak tanya Balryu itu anakku atau bukan?" Bumantara malah sengaja menggoda putrinya."Yang aku tahu gege anak adopsi jika dia putramu maka kata adopsi tidak akan digunakan.""Anak pintar," puji Bumantara nampak puas dengan putrinya sekarang. "Wanita itu meninggal ketika melahirkan Balryu."Yukine untuk ini tidak siap awalnya dirinya sudah ingin cemburu pada wanita itu mewakili ibunya akan tetapi tidak berguna wanita beruntung yang mendapatkan semua cinta dari ayahnya ternyata tidak seberuntung itu."Bagaimana dengan ayah biologis gege?""Aku tidak tahu."Bumantara bangkit dari duduknya sambil merenggangkan tubuhnya. "Sejak lahir aku sudah mengumumkan pada dunia jika Balryu adalah putr

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status