Share

38. Misi dari dokter Halaong

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-10 17:59:05

"Sekarang sudah lebih baik?"

Tentu saja pertanyaan itu merajuk untuk perasaan Yukine.

"Aku baik-baik saja."

Yukine tidak membutuhkan Balryu untuk mengajaknya kembali dan menghibur dirinya, laki-laki ini terlalu berlebihan menurutnya. Saat Yukine berbalik akan kembali malah tanpa sengaja menabrak seseorang yang akan pergi ke toilet tapi lebih tepatnya dirinya di tabrak oleh seorang perempuan.

"Maaf," ujar perempuan yang begitu tinggi bak seorang model itu.

Yukine tidak siap dirinya tertabrak meskipun itu tidak terlalu kuat tetap saja karena menggunakan sepatu hak tinggi yang lumayan tinggi malam ini membuatnya tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan mudah untung ada Balryu di dekatnya yang langsung meraih tubuh Yukine.

"Tidak apa-apa?" tanya Balryu pada perempuan yang tubuhnya kini telah kembali berdiri dengan benar karena bertumpu padanya dan Yukine hanya menggeleng sebagai konfirmasi.

"Hati-hati lain kali," ujar Balryu pada perempuan yang masih berdiri tidak jauh darinya.

Ucapan itu adalah sebuah peringatan ringan namun ketika diucapkan oleh Balryu sudah dapat menggetarkan hati seorang perempuan itu. Perempuan bernama Anila itu mencoba merendahkan diri dengan terus meminta maaf pada mereka.

Balryu segera membawa Yukine kembali namun ada jejak yang ditinggalkannya yang memenuhi hati perempuan itu.

"Sungguh tampan, seperti tumor yang beredar."

Balryu tidak tahu apa yang dipikirkan oleh perempuan itu dibelakangnya saat masuk kembali keruang yang penuh dengan orang-orang dengan latar belakang yang tidak biasa itu malah langsung bertemu dengan dokter Halaong. Yukine dan Balryu sama-sama mengenal dokter teman ayahnya itu.

"Aku tadi berpikir, kenapa aku tidak melihat kalian saat bertemu dengan orang tua kalian," ucap dokter Halaong.

"Kami baru saja kembali dari toilet," jawab Yukine.

"Pantas saja," ucap dokter Halaong sambil mengangguk pelan. "Kamu tampak cantik mengenakan kebaya."

"Terimakasih," ucap Yukine sambil tersenyum. Meskipun dirinya kenal dengan dokter ini tapi mereka belum begitu dekat. Terlihat jelas jika dokter Halaong lebih dekat dengan Balryu dan dengan mudah menanyakan banyak hal. Tentang pekerjaan, berbagi pengalaman maupun hal-hal kecil lainnya.

Yukine tidak bisa tidak berpikir apa yang pernah diceritakan oleh ibunya jika ibu dari Balryu bisa melarikan diri karena batuan dokter ini. Mungkin karena itu keluarga mereka begitu menghargai dokter Halaong dan dokter Halaong juga begitu peduli dengan Balryu. Yukine tidak ingin menganggu percakapan keduanya jadi dengan perlahan pergi.

Sayangnya baru juga pergi dengan sembunyi-sembunyi Yukine ditemukan oleh Damar yang nampaknya sudah menunggu lama kedatangannya.

"Ada apa?" Langsung saja Yukine bertanya pada Damar ketika mereka berhadapan.

"Aku minta maaf atas nama keluargaku," ucapnya dengan begitu tulus.

"Kenapa harus minta maaf, aku tidak apa-apa."

"Aku rasa aku butuh minta maaf. Kita adalah teman mungkin kamu tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh orang tuaku aku takut jika karena ini hubungan kita menjadi buruk."

"Kamu terlalu banyak berpikir lagipula aku tidak sepicik itu."

"Terimakasih telah mengerti aku."

"Santai saja."

Balryu yang masih bicara dengan dokter Halaong menyadari jika Yukine sudah tidak ada lagi di sampingnya dan malah mendapatinya sedang bicara dengan Damar dengan cukup serius, Balryu ingin segera menyusulnya lagi setelah selesai berbicara dengan dokter Halaong namun ibunya malah mencarinya dengan terpaksa Balryu mengikuti kemana wanita itu pergi.

"Ini putraku," ujar Bumantara ketika Xiyun yang baru saja datang membawa Balryu.

Balryu memberikan salam pada keluarga yang sedang bicara pada orang tuanya tapi matanya menemukan seseorang yang tidak sepenuhnya asing, itu adalah perempuan yang beberapa saat yang lalu hampir membuat Yukine jatuh di depan toilet.

"Perkenalkan ini namanya Balryu."

"Aku pernah mendengar prestasi putramu potensialnya cukup mengagumkan di usianya yang masih muda," ucap laki-laki bernama Batanta itu yang pastinya laki-laki itu adalah ayah dari perempuan bernama Anila yang masih mempertahankan senyuman manis sambil terus memandangi Balryu.

"Sepertinya aku bisa berinvestasi tanpa ragu di perusahaan kalian jika yang mengelola proyek anak-anak muda berbakat seperti ini," imbuh Batanta.

"Terima kasih atas kepercayaannya," jawab Balryu tersenyum tipis juga penuh hormat.

"Aku ingin mengenalkan putriku. Sebenarnya aku punya putri kembar hanya saja yang satunya sedang sibuk jadi tidak bisa ikut. Yang ini namanya Anila dan adiknya namanya Anala."

Balryu yang sudah mengetahui alurnya hanya tersenyum terpaksa namun tidak begitu terlihat jelas.

"Jika bukan karena Anila aku tidak pernah tahu jika ada pemuda yang begitu berbakat seperti Balryu."

Di pihak lain Yukine masih bicara dengan Damar namun dokter Halaong tiba-tiba menghampirinya yang membuat Damar harus mengalah. Yukine yang melihat dokter Halaong mencarinya malah bertanya-tanya kemana perginya Balryu.

"Aku hanya akan bicara beberapa hal namun aku tidak bisa mengatakan alasannya," ucap dokter Halaong dengan cukup serius.

"Dokter bicara saja."

"Lihatlah kesana."

Dokter Halaong mengarahkan pandangannya pada keluarganya sendiri yang sedang bicara dengan keluarga lain, jika diperhatikan tidak ada yang aneh apalagi Balryu sudah mengatakan beberapa kali jika dirinya sering mendapatkan pertemuan aliansi dan masih selamat sampai detik ini, mungkin ini juga tidak berbeda dari yang sebelum-sebelumnya.

"Laki-laki itu bernama Batanta. Semua orang menghormatinya karena sifatnya yang baik dan dermawan namun lebih baik untuk keluarga kalian tidak berurusan dengan laki-laki itu."

"Kenapa?" Spontan pertanyaan itu keluar dari mulut Yukine.

Dokter Halaong tidak langsung menjawab namun menatap Yukine barulah Yukine teringat dengan apa yang dilakukan oleh dokter Halaong sebelumnya.

"Aku tidak diijinkan bertanya karena dokter tidak bisa menyebutnya alasannya, maaf."

"Anak pintar," ucap dokter Halaong. "Aku hanya akan mengatakan ini padamu tidak pada Balryu maupun pada ayahmu."

"Aku mengerti."

"Gadis itu memang baik, cantik juga pintar namun Balryu tidak bisa berhubungan dengan mereka apalagi sampai menikah."

"Dokter sudah dapat menebak jika mereka bisa saja menjalin hubungan?"

"Nampak jelas ambisi di mata laki-laki bernama Batanta itu jika Balryu begitu menarik di mata ayah dan anak itu."

Yukine mengikuti dari sudut pandang dokter Halaong dan nampaknya ayah dan anak itu benar-benar terpesona oleh saudara laki-lakinya.

"Sebisa mungkin halangi berurusan dengan mereka, semuanya pasti akan rumit dikemudian hari." Setelan mengatakan itu dokter Halaong pergi.

Meninggalkan beban berat di pundak perempuan ini. "Aku tidak tahu alasannya namun ketika dokter Halaong sudah berpesan nampaknya ini benar-benar serius," gumam Yukine sambil terus memandangi keluarganya yang masih bicara dengan penuh senyuman.

Jika bukan karena keluarga mereka cukup mengenal dan menghormati dokter Halaong mungkin Yukine tidak akan langsung mempercayai itu dan menganggap jika dokter itu hanya iri akan keberuntungan kelurga mereka karena dapat berhubungan dengan keluarga Batanta yang berstatus tinggi yang ingin dipanjat banyak orang.

Yukine mengambil napas panjang sebelum menjalankan misi dari dokter Halaong. Yukine berjalan menghampiri mereka dan langsung merangkul lengan Balryu.

"Ada apa?" tanya Balryu sedikit terkejut melihat Yukine yang tiba-tiba datang.

"Kepalaku pusing," gumam Yukine.

"Ingin istrahat dulu?"

"Di mobil."

Balryu mengatakan pada keluarganya juga keluarga Batanta jika dirinya harus pergi terlebih dahulu. Keduanya berpamitan dan pergi dengan Yukine yang masih mengandeng lengan Balryu.

"Dia putri kami," ucap Xiyun memberikan penjelasan agar keluarga Batanta tidak salah paham. "Dia cukup dekat dan manja pada kakaknya."

Mereka semua mengerti namun tidak dengan Anila. Perempuan itu masih terus melihat bagaimana laki-laki idamannya di bawa pergi oleh adiknya dengan begitu mudahnya. "Haruskah aku bersaing dengan adiknya sendiri?" ucapnya dalam hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   52. Orang tua tunggal

    Sejak kejadian malam yang kelam itu kehidupan Rayi sudah tidak damai seperti dulu lagi, pelecehan disertai ancaman selalu di terimanya dari Alga. Yang semakin membuat miris Rayi tidak dapat bercerita kepada siapapun termasuk ibunya.Namun tetap saja ibu tetaplah ibu, wanita itu menyadari keanehan pada diri Rayi dan mendesak untuk jujur namun Rayi tidak pernah mau membuka mulutnya. Gadis itu hanya mengatakan secara samar jika dirinya sudah tidak tahan lagi sekolah disini dan ingin pindah ke sekolah yang jauh. Memiliki lingkungan dan kehidupan yang baru."Apakah ada seseorang di sekolah yang merundung mu? Kamu di bully?" tanya wanita itu pada ibunya.Rayi tidak menjawab dan hanya menangis dan ibunya berpikir jika itu adalah jawabannya tidak menyangka jika sebenarnya sesuatu yang lebih serius telah disembunyikan oleh putranya. Rayi tidak ingin ibunya kecewa dan marah padanya terlebih malu memiliki putri seperti dirinya yang telah dinodai oleh laki-laki macam Alga."Ibu akan membawamu per

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   51. Rayi dan Keke

    Yukine tidak bisa menahan air matanya sendiri ketika melihat seorang gadis menangis di depannya, Rayi menceritakan semuanya yang telah dialaminya di masa itu dengan sedetail-detailnya. Awalnya Rayi ragu, takut namun mendengar ucapan Yukine yang bersungguh-sungguh membuatnya tidak lagi menutupinya padahal dengan ibunya saja Rayi tidak pernah terbuka seperti ini."Awalnya aku bisa mengenal laki-laki bernama Alga itu karena aku mempunyai seorang teman bernama Keke, temanku itu menjalin hubungan dengan Alga dan itu sudah cukup lama. Sebenarnya Keke ingin mengakhiri hubungan mereka namun tidak bisa karena tiap kali ingin putus Alga terus mengancamnya." Dengan perlahan Rayi menceritakan kisahnya."Mengancam bagaimana?""Keke bodoh saat itu karena mau berhubungan dengan Alga dan mereka merekamnya dengan suka rela. Alga menggunakan itu untuk mengancam Keke, jika ingin putus maka rekaman itu akan disebar luaskan."Rayi tidak tahu jika temannya itu memiliki hubungan dengan seorang laki-laki tox

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   50. Korban yang lain

    Ponsel Yukine bergetar dan itu pesan dari Balryu, menanyakan keberadaannya dan akan menjemputnya."Sepertinya aku harus pulang," ucap Yukine pada Rayi yang ada di sampingnya, masih menutup mulutnya rapat-rapat.Yukine yakin Rayi masih menyembunyikan sesuatu namun dirinya tidak dapat memaksa perempuan itu untuk bicara semua padanya."Kamu akan pergi?" tanya Rayi sambil mendongak melihat ke arah Yukine."Kakakku akan segera datang menjemput. Selamat tinggal," ujar Yukine sambil beranjak.Yukine sudah berjalan beberapa langkah namun berhenti dan melihat ke arah Rayi yang masih di tempatnya."Terima kasih untuk semuanya, sedikit apapun informasinya itu sangat berguna untukku. Cepat atau lambat aku pasti akan berurusan dengan laki-laki itu. Aku juga harus menemukan kebenaran temanku," ucap Yukine sambil tersenyum tipis dan kembali melanjutkan perjalanannya.Yukine berjalan ke jalan utama dan berhenti di sebuah halte, sengaja Yukine menunggu Balryu di halte agar laki-laki itu mudah menemuka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   49. Rayi

    Senyuman kecil terlihat di sudut bibir Yukine ketika dari sudut matanya melihat jika Geum masuk ke dalam bathtub yang suhunya menusuk kulit dan tulangnya. Meskipun mulutnya terus mengumpat karena tidak terbiasa akan suhu ekstrem ini."Aku tidak kuat lagi," ujar Geum setelah berendam selama dua menit di dalam bathtub itu."Cukup untuk hari ini namun setiap hari harus ada kemajuan walaupun itu satu detik," ujar Yukine sambil membereskan semua tugas-tugasnya. Yukine melirik pada kantong belanjaannya yang belum tersentuh kemudian mengambil satu botol minuman dan juga almond itu."Sebisa mungkin aku akan datang lebih sering untuk melihat kemajuannya."Saat Yukine sudah akan mencapai pintu Geum tidak tahan akhirnya bertanya juga."Sebenarnya untuk apa aku melakukan semua ini, ini sangat menyiksa."Yukine berhenti dan hanya setengah menoleh pada Geum. "Anggap saja sebagai latihan kamu akan tahu setelah waktunya tiba pada akhirnya kamu yang akan diuntungkan."Yukine segera pergi tidak memped

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   48. Es kristal

    Ruangan itu redup hanya ada cahaya dari lampu kecil di samping ranjang, namun Yukine merasa jika tempat tidur itu tidak senyaman tempat tidur miliknya di rumah dan saat Yukine mengangkat tangannya terdapat sebuah selang yang terhubung ke infus yang menggantung di atasnya."Rumah sakit? Lagi? Kenapa?"Yukine bertanya-tanya mengapa dirinya bisa kembali lagi di tempat ini dan mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Namun bagaimanapun Yukine memikirkannya dirinya tetap tidak bisa menemukan apa yang salah karena seingatnya diri sendiri hanya merasa sesak napas setelah itu tidak ingat apapun."Kamu sudah bangun?"Suara berat Balryu memecahkan kesunyian. Karena suasana yang redup juga keadaan Yukine yang baru saja sadar sampai dirinya tidak menyadari jika ada orang lain di ruangan itu padahal tangan kanannya masih di genggem erat oleh laki-laki itu."Jam berapa sekarang?" tanya Yukine dengan suara rendah."Hampir pagi," jawab Balryu dengan cepat."S

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   47. Ide gila Balryu

    Yukine merasa jika lehernya terasa gatal, berpikir jika itu karena sudah beraktivitas seharian tubuhnya kotor dan perlu mandi namun permainan Bege sungguh apik hingga Yukine mengabaikan rasa gatalnya dan malah semakin bersemangat menonton pertunjukan yang disuguhkan oleh Balryu."Bagus, pukul kepalanya," ucap Yukine begitu bersemangat.Merasa belum cukup hanya dengan satu coklat Yukine mengambil snack lainnya dan itu sebuah almond, suapan demi suapan Yukine lakukan dengan cepat terlebih tontonan yang dilihatnya begitu seru setiap pukulan yang dilayangkan Bege Yukine akan memasukkan beberapa butir almond pada mulutnya.Yukine melihat tendangan apik dari Bege yang mengenai dada Beru namun anehnya Yukine juga merasakan sakit pada dadanya. Yukine memukul-mukul dadanya sendiri karena seperti ada sesuatu yang besar di sana. Almond itu di kunyah dengan cukup baik dan sudah menelannya namun Yukine merasa itu menyesakkan dadanya dan sekarang seperti tersedak padahal tidak ada apapun di tenggor

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status