Share

39. Xiao Gui berulah lagi

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-11 11:40:52

Yukine masih mengandeng lengan Balryu sampai mereka diparkiran dan baru setelah mereka akan masuk mobil, Balryu mengetuk kepala Yukine pelan.

"Xiao Gui ini berulah lagi?" ucapnya seperti memberikan teguran pada Yukine karena Balryu bisa membacanya dengan jelas jika ini hanya sebuah modus.

"Apa?" Yukine tidak terima kepalanya diketuk.

"Siapa yang tadi bilang sedikit pusing?"

"Aku sungguh pusing," jawab Yukine kemudian masuk ke kursi belakang begitu juga dengan Balryu mereka duduk di tempat mereka semula seperti ketika mereka berangkat.

"Tidurlah jika masih pusing." Meskipun tahu jika Yukine tidak benar-benar pusing tapi masih menyuruhnya istirahat.

Yukine mengikuti perintah dari saudaranya untuk istirahat bahkan tanpa canggung lagi merebahkan tubuhnya dan kepalanya bertumpu kepada Balryu. Yukine melempar begitu saja sepatu hak tingginya jika saja perempuan itu tahu harganya tidak akan mungkin melakukan adegan ceroboh itu.

"Kamu sungguh merasa pusing?" Balryu mencoba memastikan.

"Aku pusing berkumpul dengan begitu banyak orang," jawab Yukine jujur.

Balryu tersenyum tipis tidak berdaya namun Balryu masih membiarkan perempuan itu tidur di pangkuannya yang sedang menggulir layarnya mencari informasi tentang seseorang.

"Masih sangat muda sudah menjadi CEO, berbakat, berasal dari keluarga terpandang dan cantik pula," ujar Yukine sambil melihat profil Anila pada ponselnya.

Mencari tahu tentang seseorang yang terkenal bukanlah hal yang sulit, sebagian besar susah tertera di internet.

"Apa maksudnya ini? Kamu sama seperti mereka yang ingin aku menjadi menantu orang kaya itu?"

"Sebaliknya," jawab Yukine dengan cepat.

"Kenapa?" tanya Balryu penuh selidik namun lelaki itu tersenyum.

"Mereka terlalu kaya aku takut kamu tidak dihargai."

"Hanya itu?"

"Meskipun keluarga mereka nampak sempurna namun tidak ada yang benar-benar sempurna, aku tidak masalah kamu akan menikahi wanita macam apa yang terpenting bukan salah satu dari mereka."

Balryu mengerutkan keningnya mendengar ucapan Yukine yang nampaknya sangat serius.

"Padahal wanita itu nampak baik di banyak hal, perempuan seperti itu saja masih tidak lolos dari penilaian adik perempuanku lalu wanita seperti apa lagi yang harus aku pilih?"

"Aku tidak peduli asalkan jangan dia."

"Kamu kenal dia?"

"Tidak!"

"Apakah ini hanya alasan saja agar aku bisa lolos dari perjodohan ini?"

"Bukan."

Balryu tidak berdaya dengan adiknya, kepalanya bersandar di kursi penumpang. "Seharusnya bukan aku yang kamu bujuk namun ayah dan ibu, aku bisa melihat dengan jelas jika mereka sangat menyukai Anila meskipun ini pertemuan pertama mereka itu juga karena pengaruh nama besar ayahnya."

"Apakah sulit menolak permintaan ayah dan ibu?"

"Mereka tidak pernah menuntut apapun dariku aku juga terlalu takut untuk mengecewakan mereka."

Yukine dan Balryu tidak lagi berbicara, Balryu hanya bersandar sambil memainkan rambut panjang Yukine sedang sang pemilik rambut masih terus menggulir layarnya yang menampakkan akun milik Anila. "Jika sebelumnya dokter Halaong tidak memperingatkan tentang hal ini mungkin aku juga akan setuju tanpa berpikir dua kali," ucap Yukine dalam hati tidak berdaya dengan ini.

"Apa yang di bicarakan oleh Damar padamu?" Balryu teringat ini lagi.

"Tidak ada hanya minta maaf."

"Tentang?"

"Supaya aku tidak ambil hati ucapan ibunya."

"Memangnya Damar sungguh tidak tertarik padamu, mungkin ini cara laki-laki itu untuk mengambil hatimu."

"Dia sudah menyukai orang lain," jawab Yukine sambil merubah posisinya.

"Siapa?" tanya Balryu penasaran.

"Teman SMA."

"Mereka sudah pacaran?"

"Tidak, gadis itu menghilang," ucap Yukine pelan.

"Hilang?"

"Emm, tidak ada kabarnya."

"Tapi mata laki-laki itu tidak bohong ketika melihatmu dia nampak mengagumimu." Balryu tahu betul bagaimana Damar melihat ke arah Yukine.

"Mungkin saja aku memiliki kemiripan dengan orang yang dirindukannya."

Hanya Yukine yang tahu bagaimana perasaan Damar padanya, mungkin laki-laki itu juga sudah menemukan beberapa hal pada dirinya namun tebakannya tidak akan membantu apapun.

***

Untuk kesekian kalinya Yukine melewati jalan ini jalan yang mempertemukan dirinya dengan peliharaannya. Beberapa Minggu terakhir Yukine cukup sibuk hingga tidak memiliki waktu untuk berurusan dengan manusia satu itu, hari ini waktunya cukup lengang dan berniat untuk datang silaturahmi.

Yukine menatap ke arah dimana lelaki itu tempo hari menunjukkan diri di rooftop dan tentunya jalan masuknya tidak berada di sini. Yukine mencari jalan memutar dan menemukan minimarket yang memiliki anak tangga di sampingnya tanpa pikir panjang langsung saja menaiki tangga itu dan menemukan pintu besi dan beruntungnya itu tidak dikunci.

"Welcome," gumam Yukine sambil membuka pintu besi itu.

Ketika pintu besi dibuka ada pintu besi lainnya yang lebih transparan karena hanya ada kerangka dengan pola horisontal. Pertama yang dilihatnya adalah pemandangan lantai dua yang indah ada satu ruang tertutup namun menggantung sebuah gembok di sana.

"Tidak buruk," ucap Yukine melihat ada beberapa kursi dari bahan-bahan daur ulang, kursi gantung juga samsak tinju.

Yukine memilih duduk di kursi gantung untuk mengistirahatkan tubuhnya sembari menunggu kedatangan sang pemilik tempat ini Yukine memandangi samsak tinju yang familiar di matanya. Yukine memang aktif di klub taekwondo namun dirinya juga mengambil kelas tinju yang langsung mendapatkan asuhan dari seseorang yang profesional.

Sangat sadar jika datang ke sarang harimau ini penuh resiko namun Yukine datang penuh dengan persiapan tidak hanya tangan kosong. Dalam satu tahun penuh Yukine sudah melatih tubuh Fe Fei sedemikian rupa meskipun masih jauh dari kata mahir setidaknya itu cukup untuk melindungi dirinya sendiri.

Matahari sore nampak hangat di wajahnya, Yukine menikmati suasana tempat ini hangat dari sinar matahari langsung dan angin yang cukup mengibarkan anak rambutnya yang tidak ikut terikat, Yukine cukup menyukai tempat ini. Setelan menunggu hampir satu jam dan hampir tertidur karena suasana di sini.

"Datang," ujar Yukine yang masih menyandarkan punggungnya menikmati keindahan dunia dari sudut pandang lebih tinggi.

Yukine mendengar langkah kaki dan juga percakapan yang lebih didominasi suara seorang wanita meskipun hanya mendengarnya Yukine tahu jika mangsanya sudah datang. Pintu besi itu di buka dengan tidak sopan mengeluarkan suara dentangan ketika bertabrakan dengan tembok.

"Aku ingin makan di restoran yang baru saja di buka di ujung jalan," ujar Ischa sambil membuka pintu depan keras.

"Terserah asalkan jangan denganku," jawab Geum dengan malas yang ada di belakangnya.

Geum hanya dengan tidak bersemangat mengikuti langkah saudarinya kembali ke tempat mereka namun karena tidak fokus Geum malah menabrak tubuh Ischa yang tiba-tiba berhenti mendadak.

"Kenapa berhenti di jalan? Minggir," ucap Geum sambil menggeser tubuh Ischa hanya dengan sedikit kekuatan siapa yang menyangka jika tubuh itu benar-benar goyah dan akan jatuh hanya karena dorongannya yang tidak seberapa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   52. Orang tua tunggal

    Sejak kejadian malam yang kelam itu kehidupan Rayi sudah tidak damai seperti dulu lagi, pelecehan disertai ancaman selalu di terimanya dari Alga. Yang semakin membuat miris Rayi tidak dapat bercerita kepada siapapun termasuk ibunya.Namun tetap saja ibu tetaplah ibu, wanita itu menyadari keanehan pada diri Rayi dan mendesak untuk jujur namun Rayi tidak pernah mau membuka mulutnya. Gadis itu hanya mengatakan secara samar jika dirinya sudah tidak tahan lagi sekolah disini dan ingin pindah ke sekolah yang jauh. Memiliki lingkungan dan kehidupan yang baru."Apakah ada seseorang di sekolah yang merundung mu? Kamu di bully?" tanya wanita itu pada ibunya.Rayi tidak menjawab dan hanya menangis dan ibunya berpikir jika itu adalah jawabannya tidak menyangka jika sebenarnya sesuatu yang lebih serius telah disembunyikan oleh putranya. Rayi tidak ingin ibunya kecewa dan marah padanya terlebih malu memiliki putri seperti dirinya yang telah dinodai oleh laki-laki macam Alga."Ibu akan membawamu per

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   51. Rayi dan Keke

    Yukine tidak bisa menahan air matanya sendiri ketika melihat seorang gadis menangis di depannya, Rayi menceritakan semuanya yang telah dialaminya di masa itu dengan sedetail-detailnya. Awalnya Rayi ragu, takut namun mendengar ucapan Yukine yang bersungguh-sungguh membuatnya tidak lagi menutupinya padahal dengan ibunya saja Rayi tidak pernah terbuka seperti ini."Awalnya aku bisa mengenal laki-laki bernama Alga itu karena aku mempunyai seorang teman bernama Keke, temanku itu menjalin hubungan dengan Alga dan itu sudah cukup lama. Sebenarnya Keke ingin mengakhiri hubungan mereka namun tidak bisa karena tiap kali ingin putus Alga terus mengancamnya." Dengan perlahan Rayi menceritakan kisahnya."Mengancam bagaimana?""Keke bodoh saat itu karena mau berhubungan dengan Alga dan mereka merekamnya dengan suka rela. Alga menggunakan itu untuk mengancam Keke, jika ingin putus maka rekaman itu akan disebar luaskan."Rayi tidak tahu jika temannya itu memiliki hubungan dengan seorang laki-laki tox

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   50. Korban yang lain

    Ponsel Yukine bergetar dan itu pesan dari Balryu, menanyakan keberadaannya dan akan menjemputnya."Sepertinya aku harus pulang," ucap Yukine pada Rayi yang ada di sampingnya, masih menutup mulutnya rapat-rapat.Yukine yakin Rayi masih menyembunyikan sesuatu namun dirinya tidak dapat memaksa perempuan itu untuk bicara semua padanya."Kamu akan pergi?" tanya Rayi sambil mendongak melihat ke arah Yukine."Kakakku akan segera datang menjemput. Selamat tinggal," ujar Yukine sambil beranjak.Yukine sudah berjalan beberapa langkah namun berhenti dan melihat ke arah Rayi yang masih di tempatnya."Terima kasih untuk semuanya, sedikit apapun informasinya itu sangat berguna untukku. Cepat atau lambat aku pasti akan berurusan dengan laki-laki itu. Aku juga harus menemukan kebenaran temanku," ucap Yukine sambil tersenyum tipis dan kembali melanjutkan perjalanannya.Yukine berjalan ke jalan utama dan berhenti di sebuah halte, sengaja Yukine menunggu Balryu di halte agar laki-laki itu mudah menemuka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   49. Rayi

    Senyuman kecil terlihat di sudut bibir Yukine ketika dari sudut matanya melihat jika Geum masuk ke dalam bathtub yang suhunya menusuk kulit dan tulangnya. Meskipun mulutnya terus mengumpat karena tidak terbiasa akan suhu ekstrem ini."Aku tidak kuat lagi," ujar Geum setelah berendam selama dua menit di dalam bathtub itu."Cukup untuk hari ini namun setiap hari harus ada kemajuan walaupun itu satu detik," ujar Yukine sambil membereskan semua tugas-tugasnya. Yukine melirik pada kantong belanjaannya yang belum tersentuh kemudian mengambil satu botol minuman dan juga almond itu."Sebisa mungkin aku akan datang lebih sering untuk melihat kemajuannya."Saat Yukine sudah akan mencapai pintu Geum tidak tahan akhirnya bertanya juga."Sebenarnya untuk apa aku melakukan semua ini, ini sangat menyiksa."Yukine berhenti dan hanya setengah menoleh pada Geum. "Anggap saja sebagai latihan kamu akan tahu setelah waktunya tiba pada akhirnya kamu yang akan diuntungkan."Yukine segera pergi tidak memped

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   48. Es kristal

    Ruangan itu redup hanya ada cahaya dari lampu kecil di samping ranjang, namun Yukine merasa jika tempat tidur itu tidak senyaman tempat tidur miliknya di rumah dan saat Yukine mengangkat tangannya terdapat sebuah selang yang terhubung ke infus yang menggantung di atasnya."Rumah sakit? Lagi? Kenapa?"Yukine bertanya-tanya mengapa dirinya bisa kembali lagi di tempat ini dan mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Namun bagaimanapun Yukine memikirkannya dirinya tetap tidak bisa menemukan apa yang salah karena seingatnya diri sendiri hanya merasa sesak napas setelah itu tidak ingat apapun."Kamu sudah bangun?"Suara berat Balryu memecahkan kesunyian. Karena suasana yang redup juga keadaan Yukine yang baru saja sadar sampai dirinya tidak menyadari jika ada orang lain di ruangan itu padahal tangan kanannya masih di genggem erat oleh laki-laki itu."Jam berapa sekarang?" tanya Yukine dengan suara rendah."Hampir pagi," jawab Balryu dengan cepat."S

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   47. Ide gila Balryu

    Yukine merasa jika lehernya terasa gatal, berpikir jika itu karena sudah beraktivitas seharian tubuhnya kotor dan perlu mandi namun permainan Bege sungguh apik hingga Yukine mengabaikan rasa gatalnya dan malah semakin bersemangat menonton pertunjukan yang disuguhkan oleh Balryu."Bagus, pukul kepalanya," ucap Yukine begitu bersemangat.Merasa belum cukup hanya dengan satu coklat Yukine mengambil snack lainnya dan itu sebuah almond, suapan demi suapan Yukine lakukan dengan cepat terlebih tontonan yang dilihatnya begitu seru setiap pukulan yang dilayangkan Bege Yukine akan memasukkan beberapa butir almond pada mulutnya.Yukine melihat tendangan apik dari Bege yang mengenai dada Beru namun anehnya Yukine juga merasakan sakit pada dadanya. Yukine memukul-mukul dadanya sendiri karena seperti ada sesuatu yang besar di sana. Almond itu di kunyah dengan cukup baik dan sudah menelannya namun Yukine merasa itu menyesakkan dadanya dan sekarang seperti tersedak padahal tidak ada apapun di tenggor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status