LOGIN“Franz?! Mustahil!”
Nichelle menolak percaya. Ia membalik kertas itu hanya untuk dibuat semakin terkejut dengan pesan yang tersemat di sana. Tulisan tangan itu adalah milik tunangannya. ‘Saya menyiapkan sedikit hadiah. Semoga malam Anda menyenangkan.’ “Apa aku yang dimaksud dengan hadiah?!” Suara Nichelle bergetar, sementara pipinya mulai basah dengan air mata. Tangannya meremas kertas itu kuat-kuat, melimpahkan seluruh amarah dan sakit hatinya. “Franz menjualku ... demi investasinya.” Setelah puas menangis, Nichelle segera membersihkan tubuhnya. Ia sudah memantapkan hati untuk menemui Franz hari ini. “Aku ingin dengar apa pembelaannya!” Menyetir mobil pemberian ayah kandungnya, Nichelle segera menuju apartemen Franz. Butuh waktu 2 jam untuk tiba di sana. Amarah Nichelle pun tak kunjung surut. Siapa yang tidak murka setelah mengetahui bahwa dirinya kehilangan kesucian karena dijual oleh tunangannya sendiri. ‘Aku juga harus ingatkan Sarah untuk menjauh dari Franz setelah ini,’ niat Nichelle dalam hati. Karena ia merasa belakangan ini Sarah terlihat dekat dengan tunangannya. Ia tak mau sang adik menjadi korban selanjutnya. Sesampainya di Borges Apartment, Calcio Selatan, Nichelle memarkir mobilnya di lobi dan segera naik ke lantai 3. Selain di dalam lift, kaki Nichelle tak berhenti melangkah. Dari kejauhan ia sudah menyiapkan kunci cadangan apartemen Franz yang diam-diam ia gandakan. Tiba di depan apartemen 309, Nichelle membuka pintu utamanya. Ia tak menemukan siapa pun di sana, tetapi banyak jejak menunjukkan bahwa Franz ada di sana. ‘Mungkin di kamarnya,’ batin Nichelle berjalan cepat. Sementara memelankan langkahnya, Nichelle mendengar suara orang bercakap-cakap dari dalam kamar, karena pintunya tidak tertutup rapat. ‘Suara perempuan?!’ pekik Nichelle dalam hati. Netra Nichelle sudah mendelik marah. Tidak ada lagi air mata tersisa. Tinggal kemarahan yang semakin memuncak. ‘Bajingan!’ rutuk Nichelle tanpa suara. ‘Dia benar-benar membuatku seperti perempuan bodoh!’ Tiba di dekat pintu kamar, Nichelle hampir terjatuh lemas ketika netranya menangkap siapa wanita yang sedang bersama tunangannya. ‘Sarah?!’ Terkesiap, Nichelle membekap mulutnya sendiri, menghalangi suaranya agar tak terdengar. ‘Tidak! Tidak mungkin!’ Otaknya seolah berhenti. Ia tak bisa berpikir sama sekali. “Dengan begini, proyekku akan lancar, Sayang!” Suara Franz terdengar lembut dan manis saat bicara dengan Sarah. Mata Nichelle sendiri menyaksikan bagaimana Sarah bergelung dalam pelukan tunangannya, tanpa busana. Ia terdorong untuk membuka kamera dan merekamnya. “Mh-hm, Sayang! Obat perangsang yang kumasukkan ke koktail campuran vodka itu langsung bikin Nics tak sadarkan diri. Dengan begini, kita bisa singkirkan kakak angkatku itu.” Nichelle semakin ternganga mendengar kalimat yang keluar dari mulut adik angkatnya. Ia tidak ingin percaya, tetapi semua itu didengarnya secara langsung. ‘Mereka kerja sama?!’ Tak bisa menahan luapan amarahnya, Nichelle menendang pintu kamar itu dan langsung menyoroti mereka. Franz dan Sarah terkesiap, panik. “Nics?! Apa yang kamu lakukan di sini?!” Namun, Nichelle sudah tidak dalam kondisi untuk berdamai. “Bajingan kalian!” raung Nichelle gemetar, meluapkan amarahnya. “Kamu!” Nichelle menunjuk ke arah tunangannya. “Ayahku sudah keluarkan banyak uang dan menggelarkan gala dinner dan kamu malah membuatku tidur dengan salah satu investormu?!” “Nics! Tunggu dulu! I—itu nggak benar!” elak Franz. Ia segera keluar dari selimut dan berusaha menenangkan Nichelle. “Ha! Kau tidak mau mengaku di depan kamera?! Tak masalah! Aku punya bukti tertulis! Dan pertunangan kita putus!” “Tapi Nics—“ Nichelle mengabaikan Franz. Kini pandangannya beralih pada Sarah. “Dan kamu!” Nichelle berteriak tak kalah kencang dari sebelumnya. “Kamu bersikeras nggak mau kembali ke keluarga kandungmu, demi semua ini?! Kamu mau mengambil semua hakku?!” “Tu—tunggu, Nics—“ Kalimat Sarah terhenti. Ia bahkan tidak punya pembelaan. Tertangkap basah di atas kasur Franz tanpa busana. “Bahkan keluargaku lebih menyayangimu. Tapi kamu malah menusukku dari belakang?! Kita lihat saja mereka akan bicara apa!” Nichelle berbalik dan pergi begitu saja. Tak berniat kembali, walau Franz memanggil namanya. Air mata kembali membasahi wajah Nichelle. Sambil terus menangis, gadis yang tengah patah hati itu turun menuju mobil. Ia berniat membuka semua perbuatan tunangan dan adik angkatnya itu di depan keluarganya. Dengan kecepatan di atas rata-rata, Nichelle tiba di kediaman keluarga Armeyn. Ia bergegas mencari keluarganya. Ketika menemukan mereka di ruang keluarga, Nichelle langsung berseru, “Ma! Pa! Kak Hilbert! Lihat ini! Sarah berselingkuh dengan Franz!” Nichelle berpikir bahwa mereka akan memeluk untuk menenangkannya, tetapi yang ia dapat hanyalah pandangan marah dan benci. “Ma?” Nichelle mencoba mendekat. “Pa? Kak Hilbert?” Hilbert melempar foto-foto di kaki Nichelle. “Apa kamu ini perempuan murahan?!” Netra Nichelle membulat melihat foto-foto dirinya yang bermanja dengan pria asing di atas tempat tidur. Kedua orang tua Nichelle pun menghembuskan napas, penuh kekecewaan. “Kamu tidur dengan pria lain dan sekarang menuduh Sarah yang berselingkuh!” raung Hilbert murka. “Apa kamu tidak malu, Nics?!” “Tidak!” bantah Nichelle kuat-kuat. “Aku dijebak, Kak!” David Armeyn—sang kepala keluarga itu akhirnya buka suara. “Dibesarkan di keluarga miskin sepertinya membuatmu jadi tak layak menyanding nama besar Armeyn, Nichelle. Aku sangat kecewa.” Nichelle ternganga. Tak menyangka keluarga kandung sendiri tak percaya padanya. Tanpa memandang Nichelle, David berkata tegas, “Tinggalkan semua harta keluarga Armeyn! Hapus Armeyn dari namamu! Dan tinggalkan rumah ini sekarang!”“Kalian benar-benar tidak mau membocorkan seperti apa gambaran dekorasinya?” tanya Nichelle pada ketiga anak kembar itu. Hari ini adalah hari pernikahan Nichelle dengan Dominic. Tentu saja, mereka sudah dipingit 3 hari sebelum hari pernikahan ini dan sekarang Nichelle sedang dalam perjalanan menuju lokasi. Karena Mybell bersikeras menjadi tim dekorasi, maka Nichelle sama sekali tidak tahu di mana dan seperti apa penampakan tempat yang akan ia gunakan untuk pernikahan. “Tidak bisa, Momma!” Mybell membuang muka sambil bersedekap, tak ingin goyah karena permintaan sang ibu yang biasanya selalu melemahkan mereka. “Mungkin sedikit saja? Indoor atau outdoor, begitu?”Mybell tersenyum licik. “Indoor dan Outdoor!”Bibir Nichelle mengerucut. “Kenapa ada dua begitu? Apa besar? Atau kurang besar sampai harus pakai jalan? Apa ini akan seperti lagu zaman dulu, Tenda Ungu?”“Hahaha! Lagu apa itu? Aku tidak tahu, Mom!”Tak ingin membahas lagu, Nichelle kembali ke pertanyaan awal. “Well, jadi, ap
“Ha! Nonsense!” sentak David tidak terima kenyataan itu. “Lagipula, tidak mungkin keluarga Giorgen akan menerima anak dari pasangan pemilik perkebunan. Dia pasti membutuhkan nama Armeyn!”Bersamaan dengan itu, Hilbert datang dengan wajah pucat pasi. “Ma, Pa! Lihat ini! Ada yang mengirimnya padaku!”“Apa lagi, Hilbert?!” David menjadi sensitif dan mudah marah. Hilbert tak berani menyerahkan ponselnya pada David. Bisa-bisa giliran benda itu yang akan dihancurkan sang ayah. Jadi, ia membaca saja apa yang ingin ditunjukkannya. “CEO Giord Group mengumumkan rencana pernikahannya! Wanita misterius itu ternyata adalah CEO sekaligus owner Delmar Co.Ltd. yang baru.”Netra David membulat seketika. Di saat ia membuang putri kandungnya, banyak orang-orang hebat memberikan segalanya pada sang putri.David jatuh terduduk di kursinya. Pandangannya kosong, tidak ingin percaya apa yang diucapkan Hilbert. “Tidak mungkin ….” Sadarlah David, Nichelle tak lagi butuh nama keluarga Armeyn yang tidak ada
“Nics! Darah lebih kental daripada air! Kami ini keluarga kandungmu!”Sentakan dari Claire menyadarkan Nichelle bahwa wanita itu mulai kehabisan akal untuk membawanya pulang. Entah kenapa ia bisa menebak isi kepala semua orang di keluarga Armeyn saat ini. ‘Setelah Sarah menyebabkan banyak kerugian baik secara materi maupun moril, mereka ingin aku tampil membersihkan nama keluarga Armeyn?! Mungkin otak mereka yang perlu dibersihkan!’ keluh Nichelle dalam hati.Nichelle mendengus geli. “Bukannya itu kata-kataku? Saat dulu aku memohon agar kalian mendengarkan aku. Memihak padaku.”Wajah Claire merah padam menahan malu. Ia baru ingat itulah yang diucapkan Nichelle saat dulu David memalingkan wajah darinya. Mengusirnya dari kediaman Armeyn.“Aku tidak yakin maknanya sama. Tapi setidaknya, dulu aku sangat tulus menyayangi kalian dan tidak ingin kehilangan kalian. Bukan karena kalian menguntungkanku!”Ucapan Nichelle seolah menjadi tamparan keras bagi Claire. Anak perempuan yang mereka buan
“Apa aku bisa lihat CCTV dulu, Tina?” tanya Nichelle. “Trauma juga kalau tidak tahu siapa tamu yang mencariku.”Tina mengangguk paham. Ia segera menghubungi bagian IT untuk mengirim rekaman CCTV saat ini pada Nichelle. Betapa terkejutnya Nichelle ketika melihat siapa yang datang berkunjung ke kantornya. “Buat apa dia ke sini?!” gumam Nichelle, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Bagaimana Non?” tanya Tina bersiap untuk pergi mengusir tamu itu. “Saya bilang saja Nona tidak masuk hari ini. Bagaimana?”Nichelle mengangguk. “Sepertinya itu keputusan bagus untuk saat ini.”“Oke! Kalau begitu saya infokan resepsionis dulu, Nona.”“Thanks, Tin!”Tina tersenyum lebar sebelum ia pergi. “Ya, Nona!”Namun, beberapa detik kemudian, Nichelle melompat dari kursi kerjanya dan mengejar Tina. Ia memegangi tangan Tina yang sudah menggenggam gagang telepon, lalu berkata, “Tina! Saya temui saja!”“Oh? Di ruang rapat atau di meja terbuka saja?”“Di tempat dia duduk saja.”Tina mengangguk.
“Tenang saja. Daddy kalian ini sudah menyiapkan penjaga.”Dominic bergabung dalam pembicaraan mereka sambil memangku Mybell. “Kalian tenang saja.”“Penjaga?” Ketiga anak itu memiringkan kepala, tidak paham penjaga seperti apa yang dimaksud Dominic. “Apa dia ninja?” tanya Zayn penuh antusias. Komentar Helios lain lagi. “Mungkin dia tipe assassin. Pembunuh bayaran!”Dominic tergelak mendengarnya. “Aku mencarikan seorang kepala pelayan yang terbiasa menghadapi kondisi penuh ancaman. Jadi dia bisa bela diri.”Triplet itu mengangakan mulut mereka, takjub dengan sang ayah yang langsung bertindak. “Kalau begitu, Momma bisa menikah dengan tenang!” seru Mybell senang.Bahkan Dalton dan Annabel tergelak mendengar kesimpulan Mybell yang ringkas itu. “Sebaiknya kalian juga segera mandi.” Annabel mengusulkan kemudian. “Aku sudah memanggil satu asisten untuk mengurus anak-anakmu, Nichelle. Kau fokus istirahat saja.”Netra Nichelle membelalak kaget. “Asisten?! Astaga! Aku menyusahkan kalian!” “
“Chef!” panggil Nichelle pelan. Nichelle dan Dominic tiba di ruang tunggu di depan pintu area bedah. Hatinya berdebar kencang, was-was dengan kondisi terkini yang mungkin terjadi. “Apa sudah ada kabar kondisi Mom dan Dad?”Thador sang koki memasang wajah muramnya sambil menggeleng. “Belum ada satu orang pun keluar dari ruangan itu, Nona Nichelle.”Mereka hanya bisa berdoa dan berharap Tuhan berbelas kasihan memberi kesempatan Nichelle untuk hidup bersama Thomas dan Maria lebih lama lagi.Menunggu hampir 2 jam dalam keputusasaan, akhirnya lampu di atas pintu area operasi redup perlahan. Tak lama kemudian, Dokter Bastiven keluar sambil melepas semua perlengkapan operasinya. “Dokter Bas!” Nichelle langsung meneriakkan nama sang Dokter. Bastiven mencari siapa yang memanggilnya dan tersenyum melihat Nichelle di sana. Namun, melihat kondisi Nichelle, Bastiven langsung bertanya, “Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau di kursi roda, Chel?” “Nichelle pingsan karena kelelahan dan stres, D







