“Papa! Aku anak kandung kalian!”
Nichelle mencoba menyadarkan David, tetapi ayah kandungnya itu sudah tidak berniat mengubah keputusannya. Hilbert pun sama. Ia kembali memojokkan Nichelle, karena baginya Nichelle adalah halangan untuknya menjadi penerus keluarga Armeyn. “Kamu memang tidak layak jadi keluarga Armeyn, Nics!” Hilbert menegaskan ulang. “Kembali saja ke keluarga asuhmu. Sepertinya kamu lebih cocok di sana!” Ayah dan kakaknya meninggalkan Nichelle di ruangan itu. Tersisa dirinya dan sang ibu—Claire Armeyn. Melihat Claire masih di sana bersimbah air mata, hati Nichelle masih berharap. “Mama. Tidak mungkin kan, kalian mengusir anak kandung kalian sendiri?” Claire melangkah mundur sambil menutupi setengah mukanya dengan lengan. “Nichelle, Nak. Andai kamu bertingkah baik dan penurut seperti Sarah, mungkin tidak akan begini.” “Tapi Ma—“ “Nics!” Claire memotong ucapan putrinya. “Kalau sampai foto seperti itu tersebar di luar sana, keluarga Armeyn juga akan menanggung malu. Sebaiknya kamu turuti perintah Papamu!” Nichelle mengepalkan tangannya, geram. “Ma! Sarah yang berselingkuh dengan Franz! Kalau ini juga beredar di luar sana—“ Netra Claire berubah tajam. Menatap Nichelle dengan pandangan penuh ancaman. “Beredar di luar?” tanya Claire geram. “Apa kamu memang berniat menenggelamkan keluarga Armeyn, Nics?! Kau kembali untuk merusak nama keluarga ini, kan?!” tukas Claire tak punya hati. Seperti tersambar petir di siang bolong, hati Nichelle benar-benar dikejutkan dengan tuduhan sang ibu. Nichelle benar-benar tidak paham, bagaimana bisa mereka lebih memihak Sarah ketimbang dirinya. Memang, Nichelle dan Sarah tertukar di hari kelahiran mereka. Sementara Sarah hidup bergelimang kemewahan dalam keluarga Armeyn, Nichelle hidup berkecukupan di keluarga Howard. Ketika keluarga Howard menjemput Sarah, gadis itu bersikeras tak ingin lepas dari keluarga Armeyn. Pada akhirnya, Nichelle menjadi kakak bagi Sarah. Seharusnya, bukankah Nichelle yang mendapat lebih banyak perhatian? Kenyataannya, benar-benar di luar dugaan Nichelle. “Ma—“ Claire berbalik memunggungi Nichelle kemudian berkata, “Ingat! Bagi keluarga Armeyn, nilai seseorang lebih berharga dari sekedar hubungan darah! Kalau kau ingin kembali, mungkin kau bisa minta maaf pada Sarah.” “Mama!” Nichelle mencoba menyentuh hati sang ibu. Namun, sama seperti sang ayah dan kakak, ibunya pun tak menoleh untuk melihat ke arah Nichelle untuk kedua kalinya. Sampai seorang kepala pelayan turun membawakan koper Nichelle. “Nona Nichelle, mohon jangan menambah beban pikiran Tuan David lagi. Saya sudah memanggil taksi untuk Anda, Nona.” Netra Nichelle terbelalak mendengar kalimat itu bisa keluar dari seorang kepala pelayan. Ia disadarkan bahwa keberadaannya di keluarga itu tidak pernah diharapkan. Dengan tangan gemetar Nichelle menarik kopernya dan pergi dari kediaman Armeyn. Kini namanya bukan lagi Nichelle Armeyn. Hanya Nichelle. Dan benar saja. Di depan teras rumah, taksi sudah menunggu. Sang kepala pelayan menambahkan, “Anda bisa pergi ke mana saja, taksi itu akan dibayar oleh keluarga Armeyn. Sebagai bentuk kasih sayang terakhir.” Hati Nichelle sakit mendengarnya, tetapi ia menelan semua itu untuk sementara. 'Lihat saja kalian! Aku akan mencari cara agar bisa menghancurkan semua yang sudah kalian bangun!’ Dengan tekad itu, Nichelle meninggalkan kediaman Armeyn. Ia memilih menetap di sebuah motel murah. Ia hanya perlu membayar 50 Yuro (setara Rp 1 juta) untuk 20 hari ke depan. Sementara menunggu kamar hotelnya disiapkan, Nichelle duduk di lobi. Tanpa sadar air matanya kembali mengalir. Kejadian selama 2 hari ini terus terulang dalam ingatannya. “Nona Nichelle, kamar Anda sudah siap.” Sembarangan, Nichelle menyeka wajahnya yang basah. Ia kemudian berdiri untuk mengikuti staf motel tersebut. Namun, tiba-tiba tangan Nichelle ditarik pelan oleh seseorang yang menyerukan namanya. “Dad?!” Nichelle terkejut melihat Thomas Howard—ayah asuhnya, ada di sana. Tanpa bisa dicegah, Nichelle memeluk Thomas, menangis seperti anak kecil. “Astaga, Nak! Apa yang terjadi?” Suara Thomas yang bernada khawatir itu semakin membuat Nichelle menangis lebih keras. Setelah tenang, Nichelle menjelaskan garis besar yang terjadi padanya dalam 2 hari ini dan kenyataan bahwa ia baru saja diusir oleh keluarga kandungnya. “Kita pulang, Chel!” putus Thomas. “Kalau memang mereka tidak menerimamu, biarlah itu menjadi kerugian mereka!” Nichelle pun menurut. Ia segera mengurus pembatalan motel dan pulang bersama Thomas. Kembali ke kota Piermo. *** 3 minggu berlalu. Kondisi Nichelle tiba-tiba memburuk. Nafsu makannya pun hilang. Khawatir pada putri asuhnya itu, Thomas dan istrinya—Maria, memutuskan untuk memanggil teman mereka, yang kebetulan adalah dokter di kota Calcio. “Terakhir makan apa memangnya?” tanya dokter tersebut sambil duduk di samping tempat tidur Nichelle. “Makan Biasa, Bast. Aku yang masak kok,” jawab Maria khawatir. Dokter bernama lengkap Bastiven Moore itu mengangguk. Ia mulai mengecek kondisi Nichelle. “Mungkin alergi makanan. Atau—hm ....” Dokter itu bergumam sendiri. Bertanya dan menjawab sendiri. Membuat Thomas dan Maria semakin panik. “Bast, apa putri kami baik-baik saja?” Bastiven melepas stetoskopnya dan tersenyum. “Selamat, kalian akan jadi kakek nenek!”“Zayn.”Yang dipanggil berdehem pelan. “Hm?”Nichelle menatap jam dinding di atas pintu masuk rumah. “Seharusnya Heli dan Mybell sudah sampai rumah sekarang. Kenapa belum datang juga ya?”Jarak Kota Calcio dan Piermo tak terlalu jauh. Hanya 1 jam perjalanan menggunakan mobil. Jika urusan Mybell dimulai jam 4, biasanya pukul 5 atau 6 sudah bisa pulang.“Mungkin acaranya mundur? Atau macet, Mom.” Zayn terdengar cuek.Menurut Zayn, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Helios. Jenius hacker sepertinya punya banyak cara untuk tetap selamat, dalam kondisi tergawat sekalipun.“Ada Aunt Cathy yang jago karate dan Uncle Raul si petinju. Tenang saja, Momma.”Tak lama kemudian, bahkan Thomas dan Maria sudah pulang dari acara pribadi mereka.Sejak menyerahkan perusahaan Greenly Land pada Nichelle, kedua orang tuanya itu mulai sering menghabiskan waktu berdua. Pergi menikmati masa tua mereka.“Hm? Kau kenapa berdiri di situ, Chel?” tanya Maria dengan wajah khawatir. “Apa ada masalah?”Nichelle
"Huh? Zayn? Kamu sudah pulang, Nak. Yang lain ke mana?" Nichelle baru saja keluar dari kamarnya setelah mandi sore dan terkejut melihat ruang makan kosong. Biasanya pukul 4 sore seperti ini, Helios sudah mulai mengecek keuangan restoran sambil menikmati camilan buatan Zayn dan Mybell sibuk dengan kacanya. Dengan wajah tenang dan datar Zayn menjawab, "Mybell pergi ke pertemuan pertama untuk syuting film, Mom. Lalu Heli, sepertinya tidak ada kerjaan dan ikut dengan Mybell setengah jam lalu." "He ... tumben sekali. Heli jarang-jarang temani Mybell datang ke lokasi syuting begitu," komentar Nichelle sambil menikmati salad sayur dan roti panggang beserta kroninya. Tiba-tiba Zayn menoleh ke arah Nichelle, dengan senyum licik yang sangat tipis. Biasanya, kalau sudah begitu, Zayn akan melontarkan kalimat-kalimat sarkas yang menyayat hati. Nichelle mematung ketika putra bungsunya itu mulai ceramah. "Mungkin Heli sedang mencoba menjadi pengganti Daddy yang tidak pernah kami tahu keber
Dua minggu berlalu.Industri entertainment di Kota Calcio sedang gempar dengan kedatangan ‘Little Starlet’. Banyak rumah produksi berlomba-lomba melamar sang artis demi bisa membintangi film yang sedang dan akan mereka garap.“Uh! Apa mereka tidak bisa membiarkanku liburan dulu, Aunt Cathy!” Mybell merengek melihat manajernya membawa setumpuk naskah film layar lebar. “Aunt bahkan baru datang seminggu lalu dan mereka sudah membuatmu kerja lagi. Protes saja, Aunt!”Wanita muda yang disebut Aunt Cathy tergelak melihat tingkah Mybell. Menurut Cathy, anak tengah yang keluar 2 menit setelah Helios tersebut sangat menggemaskan.“Bagaimana kalau Nona Mybell baca dulu beberapa naskah ini?” bujuk Cathy.Namun, Mybell kembali tantrum. Dengan tubuh tengkurap dan dua tangan terkepal memukul-mukul sofa, ia berseru, “Nggak! Nggak, nggak, nggak!”Hembusan napas tenang keluar dari mulut Helios yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka. Ia membuka laptopnya dan mengambil naskah film itu satu per
“Momma! Mybell mau ke toilet.”Gadis cilik dengan rambut kecoklatan yang bergelung cantik di kedua sisi kepalanya itu melompat-lompat tak sabar.“Tunggu Opa datang dulu! Kamu pasti hanya mau berkaca kan, Nak?”Kalimat itu terlontar dari sang ibu.Wanita muda dengan wajah oriental yang terbingkai sempurna dengan rambut hitam lurusnya. Dia adalah Nichelle Howard.Sudah 7 kali musim panas Nichelle lewati setelah kabar kehamilannya. Keluarga Howard memutuskan untuk mengirim Nichelle pergi ke negara asal mereka. Uni States.Di sana Nichelle baru mengetahui bahwa keluarga Howard termasuk dalam 3 besar keluarga taipan. Dengan lebih dari 1 perusahaan di lini bisnis berbeda. Thomas dan Maria sengaja menjauh dari negara besar itu dan memantau bisnis dari jauh.Hari ini, Nichelle kembali ke negara La Stivale. Ke kota di mana ia dibesarkan, kota Piermo.Nichelle baru saja turun dari pesawat dan anak gadisnya yang berusia 6 tahun itu sudah rewel dengan penampilannya.“Tapi, Mom! Lihat rambutku—““A
“Papa! Aku anak kandung kalian!”Nichelle mencoba menyadarkan David, tetapi ayah kandungnya itu sudah tidak berniat mengubah keputusannya.Hilbert pun sama. Ia kembali memojokkan Nichelle, karena baginya Nichelle adalah halangan untuknya menjadi penerus keluarga Armeyn.“Kamu memang tidak layak jadi keluarga Armeyn, Nics!” Hilbert menegaskan ulang. “Kembali saja ke keluarga asuhmu. Sepertinya kamu lebih cocok di sana!”Ayah dan kakaknya meninggalkan Nichelle di ruangan itu. Tersisa dirinya dan sang ibu—Claire Armeyn.Melihat Claire masih di sana bersimbah air mata, hati Nichelle masih berharap. “Mama. Tidak mungkin kan, kalian mengusir anak kandung kalian sendiri?”Claire melangkah mundur sambil menutupi setengah mukanya dengan lengan. “Nichelle, Nak. Andai kamu bertingkah baik dan penurut seperti Sarah, mungkin tidak akan begini.”“Tapi Ma—““Nics!” Claire memotong ucapan putrinya. “Kalau sampai foto seperti itu tersebar di luar sana, keluarga Armeyn juga akan menanggung malu. Sebaik
“Franz?! Mustahil!”Nichelle menolak percaya. Ia membalik kertas itu hanya untuk dibuat semakin terkejut dengan pesan yang tersemat di sana. Tulisan tangan itu adalah milik tunangannya.‘Saya menyiapkan sedikit hadiah. Semoga malam Anda menyenangkan.’“Apa aku yang dimaksud dengan hadiah?!” Suara Nichelle bergetar, sementara pipinya mulai basah dengan air mata.Tangannya meremas kertas itu kuat-kuat, melimpahkan seluruh amarah dan sakit hatinya. “Franz menjualku ... demi investasinya.”Setelah puas menangis, Nichelle segera membersihkan tubuhnya. Ia sudah memantapkan hati untuk menemui Franz hari ini.“Aku ingin dengar apa pembelaannya!”Menyetir mobil pemberian ayah kandungnya, Nichelle segera menuju apartemen Franz.Butuh waktu 2 jam untuk tiba di sana. Amarah Nichelle pun tak kunjung surut. Siapa yang tidak murka setelah mengetahui bahwa dirinya kehilangan kesucian karena dijual oleh tunangannya sendiri.‘Aku juga harus ingatkan Sarah untuk menjauh dari Franz setelah ini,’ niat Nic