LOGIN
“Kamu istirahat saja di kamar, Nics! Biar kuambilkan minum.”
Gadis muda bernama lengkap Nichelle Armeyn itu mengangguk. Setuju dengan usulan Sarah, adik angkatnya. Tubuh Nichelle yang berbalut gaun mini itu sudah terasa sangat letih. 2 jam lebih ia menemani Franz Stuart—tunangannya, di acara gala dinner hotel Caltz Belhotel, Kota Calcio. Dari tempatnya duduk, Nichelle melihat Sarah kembali dengan nampan penuh makanan dan minuman favorit. Netra hitam pekat itu berkilau riang, melihat koktail kesukaannya. “Kita santai dulu di sini, Nics! Tunggu Franz kembali.” Nichelle mengangguk sambil menerima segelas koktail dari Sarah. “Iya. Aku lelah banget.” Belum ada 3 gelas, Nichelle menikmati minuman berkadar alkohol rendah tersebut, kepalanya sudah mulai pening. Padahal butuh 6 sampai 7 gelas untuk membuat Nichelle mabuk. Bahkan membuat percakapannya dengan Sarah terhenti. “Nics? Kamu tiba-tiba diam. Ada apa?” Sarah bertanya dengan nada khawatir. Namun, wajah adik angkat Nichelle tersebut gagal menyembunyikan raut puas penuh kemenangan. Sayang, Nichelle sudah terlalu mabuk untuk menangkap kenyataan tersebut. Putri kandung keluarga Armeyn yang baru beberapa bulan kembali itu menyadari pandangannya mulai kabur. Tak memakan waktu banyak untuk Nichelle kehilangan kesadaran dan tertidur. “Ah ... sudah masuk fase tidur.” Sarah meletakkan gelas koktail kembali di atas nampan. “Tak kusangka vodka dan obat perangsang yang kucampur dalam koktailnya bekerja dengan cepat.” Nichelle akan butuh waktu 10-15 menit untuk sadar dan mulai mabuk. Senyum licik terulas lebar di wajah Sarah. “Semoga malammu menyenangkan, Nics!” 10 menit berlalu. Si pemilik kamar datang setelah menerima kunci dari panitia gala dinner. Dia bukanlah Franz, melainkan Dominic Giorgen. Investor yang paling diinginkan Franz. Dominic segera melepas pakaiannya, kecuali celana panjang. Sementara itu, Nichelle mulai sadar ketika tubuhnya terasa panas. Spontan, ia mencari tunangannya. “Ngh! Franz ....” Desahan Nichelle mengejutkan Dominic. Kenyataan bahwa ada suara perempuan di kamarnya, membuat pria itu waspada. ‘Wanita?’ batin Dominic bertanya-tanya. Nichelle mendengar langkah sepatu yang teredam karpet lantai hotel mendekatinya. Yakin bahwa itu adalah Franz, ia kembali merengek kesal. ”Franz! Kenapa kamu matikan AC-nya?! Tubuhku panas!” Dengan wajah seolah tak percaya, Dominic menatap wanita yang menggeliat manja di atas kasur. Gaun satin merah muda yang ketat itu membingkai lekukan tubuh Nichelle dengan sempurna. Pandangan mata bermanik coklat itu sarat akan hasrat, tetapi ia memilih untuk mengecek sekitar. ‘Apa yang dilakukan tunangan orang itu di sini?’ batin Dominic. Nichelle sempat dikenalkan Franz pada Dominic di acara gala dinner. Dominic tersadar ketika melihat ujung map merah tersembul di bawah nampan makanan. Ia tahu benar isi map merah tersebut. Pahamlah ia alasan Nichelle ada di kamar hotelnya. Hanya sedetik Dominic melepas pandangannya, ia sudah menemukan Nichelle sedang mencoba melepas gaunnya. “Dengar Nona, saya bukan Franz!” Dominic berharap Nichelle tidak meneruskan usahanya itu. Entah apa yang membuat Nichelle mabuk sekaligus berhalusinasi. Dominic mencurigai koktail yang diminum gadis malang itu. “Jangan bercanda, Franz!” Napas Nichelle mulai berat. Nichelle terus merengek, “Ngh! Franz, rasanya semakin panas!” Gaun Nichelle sobek menjadi dua bagian. Menunjukkan kulit putihnya yang semakin menantang Dominic. Tiba-tiba, Nichelle menarik tangan Dominic kuat-kuat. Dominic yang tak menduga hal itu pun terjatuh di atas pelukan Nichelle. “Ah ... ini nyaman, Franz!” lenguh Nichelle. Dada bidang Dominic yang sudah tak terlindungi dengan kemejanya bersentuhan dengan tubuh Nichelle yang sudah setengah tak berbusana. Dominic mencoba melepaskan diri, tetapi aroma manis dari tubuh Nichelle mulai mempengaruhinya. “Cium aku, Franz!” Dominic melumat bibir Nichelle, bukan karena gadis itu meminta. Ia hanya tak suka mendengar nama Franz disebut. Pria berkulit kecoklatan itu bermaksud menyudahi ciumannya sesingkat mungkin. Nyatanya, sesuatu membangunkan hasrat yang dipendamnya. ‘Sial! Mereka memberikan obat perangsang juga!’ Dominic pikir, Nichelle hanya mabuk saja. Sepertinya, obat itu masih tersisa di bibir dan mulut Nichelle. Hasratnya semakin meningkat. Ia menelusur kasar semua bagian tubuh Nichelle, tak menyisakan sedikitpun. “Mmh! Franz,” rengek Nichelle saat Dominic melepaskan tautan bibir mereka sejenak. Tangan Nichelle tiba-tiba menyentuh bagian berbahaya milik Dominic. “Aku menginginkanmu!” Dominic mendengus. “Jangan salahkan aku, Nona! Ini permintaanmu!” “Ah!” Malam berganti. Nichelle bangun dengan sakit kepala yang hebat. Pelipisnya berdenyut, seperti seseorang sedang menghantamnya dengan palu besar. “Ugh!” Yang paling menyadarkan Nichelle adalah denyut berbeda di bagian kewanitaannya. Netranya mulai berair, menyadari arti dari rasa sakit itu. “Apa yang terjadi?! Aku hanya ingat minum koktail dengan Sarah—Astaga!” Nichelle memekik melihat gaunnya yang sobek sudah berada di lantai. Kaca besar yang menempel di lemari samping tempat tidur juga menunjukkan banyaknya jejak cinta yang ditinggalkan seseorang semalam di sekujur tubuh Nichelle. ‘Dengan siapa aku sudah—‘ Nichelle tiba-tiba tak ingin melanjutkan pikiran itu. Kesadaran yang membentengi dirinya agar tak terluka, menyimpulkan bahwa semalam ia mungkin mabuk dan bercinta dengan Franz. “Benar. Sarah juga bilang Franz akan menyusul.” Nichelle mulai menyeka air matanya. “Mungkin ... tidak akan masalah. Kami juga akan segera menikah.” Nichelle berusaha menghibur diri dan menekan penyesalannya. Menipu diri sendiri dengan pemikiran seperti itu. Namun, semua itu berubah menjadi kemarahan ketika ekor mata Nichelle menangkap secarik kertas di atas dokumen. Berisi pesan yang tak pernah Nichelle bayangkan. Bahkan di mimpi terburuknya sekalipun. ‘Sudah kuterima sogokan manis kalian. Saya akan berinvestasi, Franz Stuart. -DG-‘“Kalian benar-benar tidak mau membocorkan seperti apa gambaran dekorasinya?” tanya Nichelle pada ketiga anak kembar itu. Hari ini adalah hari pernikahan Nichelle dengan Dominic. Tentu saja, mereka sudah dipingit 3 hari sebelum hari pernikahan ini dan sekarang Nichelle sedang dalam perjalanan menuju lokasi. Karena Mybell bersikeras menjadi tim dekorasi, maka Nichelle sama sekali tidak tahu di mana dan seperti apa penampakan tempat yang akan ia gunakan untuk pernikahan. “Tidak bisa, Momma!” Mybell membuang muka sambil bersedekap, tak ingin goyah karena permintaan sang ibu yang biasanya selalu melemahkan mereka. “Mungkin sedikit saja? Indoor atau outdoor, begitu?”Mybell tersenyum licik. “Indoor dan Outdoor!”Bibir Nichelle mengerucut. “Kenapa ada dua begitu? Apa besar? Atau kurang besar sampai harus pakai jalan? Apa ini akan seperti lagu zaman dulu, Tenda Ungu?”“Hahaha! Lagu apa itu? Aku tidak tahu, Mom!”Tak ingin membahas lagu, Nichelle kembali ke pertanyaan awal. “Well, jadi, ap
“Ha! Nonsense!” sentak David tidak terima kenyataan itu. “Lagipula, tidak mungkin keluarga Giorgen akan menerima anak dari pasangan pemilik perkebunan. Dia pasti membutuhkan nama Armeyn!”Bersamaan dengan itu, Hilbert datang dengan wajah pucat pasi. “Ma, Pa! Lihat ini! Ada yang mengirimnya padaku!”“Apa lagi, Hilbert?!” David menjadi sensitif dan mudah marah. Hilbert tak berani menyerahkan ponselnya pada David. Bisa-bisa giliran benda itu yang akan dihancurkan sang ayah. Jadi, ia membaca saja apa yang ingin ditunjukkannya. “CEO Giord Group mengumumkan rencana pernikahannya! Wanita misterius itu ternyata adalah CEO sekaligus owner Delmar Co.Ltd. yang baru.”Netra David membulat seketika. Di saat ia membuang putri kandungnya, banyak orang-orang hebat memberikan segalanya pada sang putri.David jatuh terduduk di kursinya. Pandangannya kosong, tidak ingin percaya apa yang diucapkan Hilbert. “Tidak mungkin ….” Sadarlah David, Nichelle tak lagi butuh nama keluarga Armeyn yang tidak ada
“Nics! Darah lebih kental daripada air! Kami ini keluarga kandungmu!”Sentakan dari Claire menyadarkan Nichelle bahwa wanita itu mulai kehabisan akal untuk membawanya pulang. Entah kenapa ia bisa menebak isi kepala semua orang di keluarga Armeyn saat ini. ‘Setelah Sarah menyebabkan banyak kerugian baik secara materi maupun moril, mereka ingin aku tampil membersihkan nama keluarga Armeyn?! Mungkin otak mereka yang perlu dibersihkan!’ keluh Nichelle dalam hati.Nichelle mendengus geli. “Bukannya itu kata-kataku? Saat dulu aku memohon agar kalian mendengarkan aku. Memihak padaku.”Wajah Claire merah padam menahan malu. Ia baru ingat itulah yang diucapkan Nichelle saat dulu David memalingkan wajah darinya. Mengusirnya dari kediaman Armeyn.“Aku tidak yakin maknanya sama. Tapi setidaknya, dulu aku sangat tulus menyayangi kalian dan tidak ingin kehilangan kalian. Bukan karena kalian menguntungkanku!”Ucapan Nichelle seolah menjadi tamparan keras bagi Claire. Anak perempuan yang mereka buan
“Apa aku bisa lihat CCTV dulu, Tina?” tanya Nichelle. “Trauma juga kalau tidak tahu siapa tamu yang mencariku.”Tina mengangguk paham. Ia segera menghubungi bagian IT untuk mengirim rekaman CCTV saat ini pada Nichelle. Betapa terkejutnya Nichelle ketika melihat siapa yang datang berkunjung ke kantornya. “Buat apa dia ke sini?!” gumam Nichelle, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Bagaimana Non?” tanya Tina bersiap untuk pergi mengusir tamu itu. “Saya bilang saja Nona tidak masuk hari ini. Bagaimana?”Nichelle mengangguk. “Sepertinya itu keputusan bagus untuk saat ini.”“Oke! Kalau begitu saya infokan resepsionis dulu, Nona.”“Thanks, Tin!”Tina tersenyum lebar sebelum ia pergi. “Ya, Nona!”Namun, beberapa detik kemudian, Nichelle melompat dari kursi kerjanya dan mengejar Tina. Ia memegangi tangan Tina yang sudah menggenggam gagang telepon, lalu berkata, “Tina! Saya temui saja!”“Oh? Di ruang rapat atau di meja terbuka saja?”“Di tempat dia duduk saja.”Tina mengangguk.
“Tenang saja. Daddy kalian ini sudah menyiapkan penjaga.”Dominic bergabung dalam pembicaraan mereka sambil memangku Mybell. “Kalian tenang saja.”“Penjaga?” Ketiga anak itu memiringkan kepala, tidak paham penjaga seperti apa yang dimaksud Dominic. “Apa dia ninja?” tanya Zayn penuh antusias. Komentar Helios lain lagi. “Mungkin dia tipe assassin. Pembunuh bayaran!”Dominic tergelak mendengarnya. “Aku mencarikan seorang kepala pelayan yang terbiasa menghadapi kondisi penuh ancaman. Jadi dia bisa bela diri.”Triplet itu mengangakan mulut mereka, takjub dengan sang ayah yang langsung bertindak. “Kalau begitu, Momma bisa menikah dengan tenang!” seru Mybell senang.Bahkan Dalton dan Annabel tergelak mendengar kesimpulan Mybell yang ringkas itu. “Sebaiknya kalian juga segera mandi.” Annabel mengusulkan kemudian. “Aku sudah memanggil satu asisten untuk mengurus anak-anakmu, Nichelle. Kau fokus istirahat saja.”Netra Nichelle membelalak kaget. “Asisten?! Astaga! Aku menyusahkan kalian!” “
“Chef!” panggil Nichelle pelan. Nichelle dan Dominic tiba di ruang tunggu di depan pintu area bedah. Hatinya berdebar kencang, was-was dengan kondisi terkini yang mungkin terjadi. “Apa sudah ada kabar kondisi Mom dan Dad?”Thador sang koki memasang wajah muramnya sambil menggeleng. “Belum ada satu orang pun keluar dari ruangan itu, Nona Nichelle.”Mereka hanya bisa berdoa dan berharap Tuhan berbelas kasihan memberi kesempatan Nichelle untuk hidup bersama Thomas dan Maria lebih lama lagi.Menunggu hampir 2 jam dalam keputusasaan, akhirnya lampu di atas pintu area operasi redup perlahan. Tak lama kemudian, Dokter Bastiven keluar sambil melepas semua perlengkapan operasinya. “Dokter Bas!” Nichelle langsung meneriakkan nama sang Dokter. Bastiven mencari siapa yang memanggilnya dan tersenyum melihat Nichelle di sana. Namun, melihat kondisi Nichelle, Bastiven langsung bertanya, “Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau di kursi roda, Chel?” “Nichelle pingsan karena kelelahan dan stres, D







