Halo semua, author ada kesalahan update kemarin gr2 capek jd ga fokus. Sbnrnya author sdh menyiapkan bab kemarin, tp pas mau update malah ketik lg yg baru dan sgt berbeda. Jadi, ini author kasihkan bab yg seharusnya ya, dlm bab non gembok. Semoga masih mau baca ya ...
Hari selasa nanti, isi bab ini akan menggantikan isi bab 228 dan 229. lalu bab ini sendiri akan dihapus.
Jadi ... selamat membaca!
Selamat merayakan idul adha mohon maaf lahir dan batin.
**** ****
“Siapa dia?” ujar Thea pada Tilly dengan nada ketus tak senang. Tatapan mata mereka berdua pun tertuju sinis pada Viviana.
“Ih, mana kutahu lah! Tapi dia mencium Daddy!”
“Iya! Kita harus membuat perhitungan dengan Daddy!”
“Benar!”
Mereka hendak mencari daddy mereka, tapi tiba-tiba Tilly mendapatkan ide yang lebih bagus.
“Bagaimana kalau kita kerjain bibi itu?” tanyanya pada Thea.
Kemudian Tilly lalu membisikkan rencananya.
Thea terlihat mengangguk-angguk.
Setelahnya, mereka mulai menjalankan rencana. Terlebih lagi saat itu terlihat Viviana meninggalkan ruangan, sepertinya menuju toilet karena dia menitipkan tasnya pada Lorenzo.
Rencana mereka pun semakin sempurna.
Thea menghadang Viviana di depan. Kedua tangan terlipat depan dada lalu wajahnya merengut tajam pada Viviana.
“Hei, gadis kecil, kenapa kau memandangiku seperti itu?”
Thea tidak menjawab, hanya memandangi dengan lebih intens lagi sehingga Viviana menjadi semakin tak nyaman.
Dia pun berencana meninggalkan gadis kecil itu sendirian.
Tapi ketika dia bergeser ke kiri, gadis kecil itu ikut bergeser sehingga Viviana tetap terhadang.
Viviana kesal, lalu dia bergeser ke kanan. Gadis kecil itu ikut bergeser juga, sehingga Viviana masih tetap terhadang.
Dia pun merasa kesal, “Apa sebenarnya yang kau lakukan? Kenapa menghalangiku?”
Thea tidak menjawab, tetapi tetap menatap marah pada Viviana.
Ketika Viviana semakin marah, Thea akhirnya berbalik badan dan berbelok ke koridor lain.
Viviana pun lega tapi tetap saja dia mendengus marah.
Dia lalu melangkah lagi menuju toilet.
Namun, beberapa meter sebelum tiba di toilet, gadis kecil tadi tiba-tiba menghadangnya lagi dengan posisi dan raut wajah seperti tadi!
Viviana terkejut.
“Hei, gadis kecil! Kenapa kau kembali ke sini?” tanyanya dengan terheran-heran. Sedetik berikutnya dia menyadari bahwa tidak mungkin bisa kembali ke hadapannya begitu saja, tanpa melewatinya.
Tapi gadis kecil itu benar-benar tidak melewatinya.
Lalu darimana gadis kecil itu muncul?
“Bagaimana kau bisa ke sini? Apa kau melewatiku tadi? Tapi kenapa aku tidak merasakan kau melewatiku?”
Tilly hanya menggeleng tanpa menjawab.
Dia tiba-tiba membelalak ke arah belakang Viviana, lalu dia berlari masuk ke toilet.
Viviana yang terkejut pun spontan menoleh ke belakangnya.
Alangkah terkejutnya dia saat melihat ada gadis kecil itu beberapa meter di belakangnya! Bagaimana bisa?
Jelas-jelas gadis tadi memasuki toilet!
Tamara menunggu Betty datang, tapi yang datang malah signor pemaksa itu.Ketika pintu dibuka dan yang muncul adalah Trevor, Tamara yang tadinya berwajah ceria langsung merengut.“Mana Betty?” tanyanya.Tapi Trevor tidak menjawabnya. Dia langsung bertanya lagi, “Kenapa kau meminta kamar tamu?”“Ya ... untukku tidur. Jangan bilang kau berharap aku tidur di sini, berdua denganmu, di satu ranjang yang sama.”Trevor tidak menjawab tapi memandangi Tamara dengan lekat detik demi detik.Ketika dia akhirnya menjawab, dia bertanya dengan suara dinginnya, “Kenapa itu menjadi masalah? Di resort semalam kita begitu. Lalu enam tahun lalu juga kulitmu menyentuh kulitku. Kulitmu bergesekan dengan kulitku. Kita saling menyentuh, meraba, me-”“Hentikan! Untuk apa kau mengatakan itu? Enam tahun lalu tidak sama seperti saat ini!”“Apanya yang tidak sama memangnya?”“Enam tahun lalu ...” Tamara tiba-tiba mengingat sesuatu yang terasa aneh malam itu.Walaupun ingatan itu sudah memudar, tapi Tamara tidak ak
“Ck!” Tamara kesal melihat itu.Tapi dia juga tidak ingin mencampuri urusan signor pemaksa itu.Kecuali dia ingin dianggap merasa diri sebagai kekasih signor itu.Tamara pun akhirnya cepat-cepat pergi dari sana.Setibanya di paviliun, Tamara merasa dia tak seharusnya tidur di sana.Begitu pun dengan anak-anaknya.Tamara lalu membereskan barang-barangnya untuk pindah ke paviliun lama.Bibi Beatrice sendiri sudah Trevor berikan kamar sendiri yang merupakan kamar tamu di mansion.Tamara berpikir seharusnya dia dan triplet juga begitu.Andaikan misalnya Trevor ingin triplet tidur di tempatnya, tetap saja dia tidak seharusnya tidur di sini.Tamara lalu memutuskan untuk memanggil Betty lewat interkom.Ketika Betty menjawabnya, selesai melepas rindu dan saling menanyakan kabar, Tamara memberitahu Betty dia ingin disiapkan kamar yang lain saja.***“Aku rasa lebih baik kau kembali pada Lorenzo. Jika kau terus di sini, dia akan mengira kau telah hilang, atau lebih parah lagi ... pulang sendiri
Melihat hal seperti itu, Viviana pun spontan menoleh kembali ke arah toilet.Gadis kecil tadi sudah tidak ada di sana!Viviana menoleh lagi ke belakangnya untuk memastikan memang gadis kecil tadi sudah berpindah ke belakangnya. Namun, dia tidak melihat ada orang sama sekali.Viviana terkejut lagi. Dia merasa takut tiba-tiba. Apalagi lampu di koridor itu tidak terlalu terang.Dan koridor menuju toilet ini cukup panjang dan dia hanya sendirian di situ.Ragu-ragu, Viviana melangkah menuju toilet. Dia meneguhkan hatinya untuk tidak merasa takut.Tangannya pun memegang gagang pintu dan Viviana kembali meneguhkan hatinya bahwa rasa takut ini hanya perasaannya saja, bukan karena memang ada yang tidak beres di sana.Detik berikutnya, Viviana hendak membuka pintu toilet, tapi pintu itu sudah terlebih dulu terbuka dan dari baliknya muncul gadis kecil tadi!Viviana melompat saking terkejutnya. Dia juga berteriak histeris dan lari pontang panting kembali ke ruang pesta.Thea dan Tilly yang meliha
Halo semua, author ada kesalahan update kemarin gr2 capek jd ga fokus. Sbnrnya author sdh menyiapkan bab kemarin, tp pas mau update malah ketik lg yg baru dan sgt berbeda. Jadi, ini author kasihkan bab yg seharusnya ya, dlm bab non gembok. Semoga masih mau baca ya ... Hari selasa nanti, isi bab ini akan menggantikan isi bab 228 dan 229. lalu bab ini sendiri akan dihapus. Jadi ... selamat membaca!Selamat merayakan idul adha mohon maaf lahir dan batin.**** ****“Siapa dia?” ujar Thea pada Tilly dengan nada ketus tak senang. Tatapan mata mereka berdua pun tertuju sinis pada Viviana.“Ih, mana kutahu lah! Tapi dia mencium Daddy!”“Iya! Kita harus membuat perhitungan dengan Daddy!”“Benar!”Mereka hendak mencari daddy mereka, tapi tiba-tiba Tilly mendapatkan ide yang lebih bagus.“Bagaimana kalau kita kerjain bibi itu?” tanyanya pada Thea.Kemudian Tilly lalu membisikkan rencananya.Thea terlihat mengangguk-angguk.Setelahnya, mereka mulai menjalankan rencana. Terlebih lag
Sekalipun di balkon, dinding kaca membuat Tamara bisa menyaksikan semua yang terjadi di dalam ruangan dengan jelas.Benaknya sendiri pun bertanya-tanya siapa gadis cantik itu? Teman, mantan pacar, atau ... incarannya?Dari sikap gadis itu ke Trevor, mereka saling mengenal dengan sangat baik.Apalagi gadis itu sampai memberi kecupan di pipi Signor pemaksa itu dan si signor bahkan tidak menolaknya sama sekali.Signor pengatur suka-suka itu bahkan tidak memprotes sedikit pun!Dia menerima dengan suka hati.Itu hanya berarti satu hal, hubungannya dengan si cantik pirang itu sangat baik.Tamara lalu membuat kesimpulan sendiri.Sepertinya si pirang cantik itu adalah incaran Trevor untuk dijadikan kekasih setelah perceraiannya. Sedangkan dirinya hanya cadangan kalau-kalau si pirang cantik ini menolaknya.Ya ... pastilah seperti itu!Sungguh menyebalkan memang signor pemaksa satu itu.Tapi lalu Tamara berpikir lagi, ‘Baguslah jika begitu. Signor itu bisa segera move on dari perceraiannya tan
Trevor sedang dalam kondisi hati yang kesal pada Tamara karena ajakan berdansanya ditolak Tamara.Padahal seluruh keluarganya ada di sekeliling mereka.Penolakan itu, selain membuat hati Trevor tersentil juga membuatnya malu. Para kerabatnya pastilah tahu dia tak berhasil membawa Tamara ke lantai dansa.Dengan kekesalan itu dia keluar dari balkon untuk mengambil cocktail.Tapi suara riang tiba-tiba menyapanya dengan penuh semangat.“Trevor! Ini aku! Lama tidak bertemu!”Trevor terperangah, lalu menoleh dan mendapati gadis itu berjarak hanya tiga meter saja darinya.Dia ... Viviana.Dan gadis itu mendekatinya.“Hei, Trev, masih ingat aku, kan?” tanya Viviana lagi dengan senyum lebar di wajahnya.Lalu saat dia sudah tepat di hadapan Trevor, Viviana memandang dengan penuh haru, lalu memeluk Trevor.“Lama tidak bertemu denganmu, aku sangat merindukanmu, Trevor!”Trevor sendiri terkejut sampai kedua kakinya bagai terpaku di lantai.Namun, itu ternyata belum apa-apa.Beberapa saat berlalu d