MasukBuk. Tubuh kecil Max menabrak seseorang, ia merasa tubuh orang itu sangat besar dan keras. Orang itu adalah Shen Ryu, seperti yang dikatakan Nasha, tubuh orang di depannya benar-benar tinggi besar seperti raksasa. “Bagus… bagus sekali. Ibu lihatlah, mangsa kita datang sendiri menghampiri kita. Sekarang kita tinggal menangkap yang satunya dan kita bisa menikmati makanan lezat,” ujar Shen Ryu dengan ekspresi mengerikan. Tubuh kecil Max langsung diangkat oleh Shen Ryu, seolah ia sedang menenteng seekor kelinci kecil. Saat ini Max baru menyadari jika perkataan Nasha dan Nathan semuanya benar, sekarang ia merasa sangat ketakutan. Tepat saat itu, Nathan, Nasha, dan Maggie keluar dari ruang bawah tanah, dan melihat Max yang sedang berada dalam genggaman Shen Ryu. “Oh tampaknya ada beberapa mangsa lain yang sudah masuk ke dalam perangkap. Ibu, sepertinya malam ini kita benar-benar akan berpesta,” ujar Shen Ryu dengan raut wajah yang makin garang. “Kakak… tolong selamatkan aku. M
"Benarkah paman? Kakak, kau dengar kan, ayah dan ibu benar-benar sudah datang menjemput kita?!" teriak Max bersemangat. Sementara Maggie sedikit mengernyitkan alis, dia merasa ada hal yang aneh, tidak mungkin semuanya terjadi begitu tiba-tiba, rasanya seperti sangat kebetulan. Tapi hati kecilnya seolah terus membisikkan sesuatu yang tidak beres. "Oh, jadi mereka adalah orang tua kalian, baiklah kalau begitu cepat ikut kami dan kalian bisa bertemu mereka sekarang." kata salah seorang penjaga. "Aku kira kalian berdua benar-benar punya hati, aku hampir memberi kalian kesempatan hidup, tapi sepertinya kalian juga sama saja dengan wanita raksasa itu." suara Nasha yang dingin tiba-tiba terdengar. Ia dan Nathan keluar dari balik pintu dan segera menutupnya. "Siapa kalian, kenapa kalian menerobos masuk ke kediaman tuan kami?" tanya penjaga itu kasar. "Hmm… kediaman tuan kalian? Siapa tuan kalian, Gan Ryu, Shen Ryu, atau Jangga si wanita raksasa pemakan manusia itu?" tanya Nasha acu
"Bagaimana kakak bisa punya musuh? Bukankah selama ini kak Nathan selalu berada di pulau terpencil itu?" tanya Rania semakin bingung. "Nia… sayang, kakak akan ceritakan semuanya perlahan-lahan, namun yang pasti… pulau tempat kakak terdampar bukanlah sekedar pulau terpencil biasa." jawab Nathan. Rania dan Mila langsung mengernyit, tak bisa segera mencerna informasi yang diberikan Nathan. "Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." kata Nathan lembut berusaha menenangkan suasana. "Bagaimana bisa kami tenang kak, jika sampai terjadi sesuatu padamu…" Nathan langsung menutup mulut Rania dengan tangannya, "Cukup jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu, tidak akan terjadi sesuatu padaku. Sekarang sudah hampir gelap, bersihkan diri kalian lalu istirahatlah, besok kita akan mengunjungi orang tua kalian satu per satu." Nathan menatap Nasha, lalu melanjutkan, "Nasha, kau berikan teknik latihan dasar ini kepada Little Bear, dan yang lainnya. Bimbing mereka sampai mencapai tahap Pemb
Dia tidak tahu apa yang terjadi, namun rasa panas itu benar-benar tak tertahankan. Nathan yang gelisah tanpa sengaja membangunkan Nasha. "Suamiku, kamu sudah sadar? Baguslah kau baik-baik saja," ucap Nasha lembut sambil memeluk Nathan. "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu cemas," jawab Nathan sambil menahan ekspresi kesakitan. Tanpa sengaja, tangan Nasha menyentuh punggung kanan Nathan dan refleks ia menarik tangannya saat merasakan panas yang begitu menyengat, seolah tangannya terbakar. "Su... suamiku, ada apa dengan punggungmu? Kenapa terasa begitu panas saat kusentuh?" tanya Nasha bingung. Namun Nathan justru tampak lebih bingung, "Aku juga tidak tahu, coba tolong kau lihat punggungku! Rasanya begitu panas dan tak tertahankan," keluh Nathan saat butiran-butiran keringat mulai menetes dari dahinya. Nasha langsung berjalan ke belakang Nathan, dan alangkah kagetnya dia saat melihat tato naga hitam dengan mata merah telah tergambar di punggung Nathan. "I... ini, tato berg
"A... apa yang akan kau lakukan?" tanya Ravina gemetaran. "Tidak ada, aku hanya akan menunjukkan seberapa bocahnya aku." jawab Nathan sambil perlahan melepas pakaiannya. Ravina mulai merasakan kekhawatiran yang aneh, dia menatap Nathan dengan seksama, ia sama sekali belum tahu apa yang Nathan akan lakukan. "Sebenarnya aku sudah berjanji akan memberikan keperjakaanku pada seseorang, tapi rasanya jika aku melakukannya pada jiwa seorang gadis, bukankah sejatinya tubuh fisikku masih tetap perjaka." ujar Nathan dengan seringai jahat. Mendengar ucapan Nathan, jiwa Ravina tertunduk malu, jika saja dia punya tubuh fisik mungkin kedua pipinya sudah memerah. "Dasar bocah mesum, jangan mendekat!" teriak Ravina panik. Jika Nathan ingin melakukannya dia tidak bisa menolak, karena leluhurnya sudah bersumpah bahwa seluruh keturunannya akan mengabdi pada pemegang Cincin Naga Kuno itu. "Bocah mesum, bukan... Tu... Tuan Muda, maafkan aku yang asal bicara sebelumnya, tolong jangan memaksaku melep
Saat cincin itu terpasang di jari manis Nathan, cincin hitam itu mendadak memperkecil ukurannya sendiri sampai terpasang erat di jari Nathan dan seolah tak bisa terlepas lagi. Tiba-tiba, Nathan merasakan panas luar biasa di dantiannya, perlahan tapi pasti rasa panas itu mengalir ke seluruh tubuhnya. Napas Nathan berat, matanya merah... Dia merasakan rasa panas yang terasa membakar di seluruh tubuhnya terutama di bagian punggung belakang sebelah kanannya. Nathan menjatuhkan dirinya ke tanah, berteriak kencang dengan tubuh kurusnya yang terus meronta. Nasha yang panik dan kebingungan mencoba meraih tubuh Nathan untuk membantunya, namun sebuah cahaya tipis berpendar di sekeliling tubuh Nathan yang membuat Nasha terpental, membentur akar pohon dan pingsan seketika. Sementara Nathan sama sekali tidak sempat memperhatikan hal itu, karena tubuhnya sendiri sekarang mulai memerah seperti lava hidup, dan perlahan kesadaran Nathan mulai menghilang. ... Setelah waktu yang tidak diketahu







