Charlotte telah memantapkan diri. Mau seberapa mendebarkannya berciuman dengan Lucas, dia tetap harus memberi jarak kalau masih menginginkan hidup yang tenang di bawah atap Soedarso. Hanya karena Lucas pandai berciuman, dia tidak boleh goyah semudah itu. Seketika, teringat jika Lucas masih memiliki pekerjaan sampingan sebagai gigolo. Anehnya, dia merasa tidak nyaman dengan kenyataan yang satu itu. Padahal semuanya terserah Lucas, mau pria itu mempunyai pekerjaan sampingan lain juga bukan urusannya. Dan entah dia harus menganggapnya sebagai bantuan atau tidak, belakangan Hendra lebih memilih untuk tidur di kamarnya. Mau hanya sekadar tidur atau meminta untuk dilayani, yang mana membuat Lucas tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk menyelinap ke kamarnya. Charlotte terbangun tepat tengah malam, memandang langit-langit kamar selagi Hendra terlelap dengan nyaman di sampingnya. Wanita itu mendesah panjang sebelum beranjak secara perlahan, kemudian mengenakan kimono tidurnya. Lanta
Ketukan yang terdengar sontak membuat Charlotte mendorong tubuh Lucas agar segera menjauh. Lucas terkekeh, tetapi harus cepat-cepat menampakkan ekspresi datarnya begitu pintu ruang kerja Charlotte terbuka tidak lama setelahnya."Oh, Megan? Kamu tidak jadi ke mal?" tanya Charlotte, berupaya menyembunyikan rona merah yang masih tertinggal pada paras manisnya.Lucas menyuguhkan senyum tipisnya pada Megan untuk menghindari kecurigaan, sebelum kembali pada tampang datarnya.Megan mengangguk pelan, sepertinya tidak menyadari ada yang janggal dari eksistensi Lucas dan Charlotte beberapa menit lalu. "Aku sudah menghubungi pihak butik, tapi kata mereka barang kupesan belum datang. Ya sudah, aku kembali ke sini saja dulu daripada mondar-mandir di mal dan lelah sendiri."Megan menghampiri sofa terdekat, duduk nyaman hingga tidak sengaja memperlihatkan paha wanita muda itu lantaran bawahannya berupa rok di atas lutut. Lucas segera memalingkan pandang, yang mana tidak lepas dari penglihatan Charlo
"Wah, rasanya tiap datang ke sini aku selalu takjub, Kak Charlotte."Megan mendorong pelan pintu utama kafe yang belum terlalu ramai lantaran baru saja buka. Di belakang keduanya, tentu saja para pengawal pribadi mengekori dengan penuh kewaspadaan.Berjalan riang di sampingnya, Megan menyapa beberapa pelayan serta barista yang bertugas. Keduanya mulai menaiki anak tangga, menuju ruang kerja Charlotte yang berada di lantai dua."Wah, seandainya saja aku bisa sepintar kamu, Kak Charlotte! Pastinya aku ingin membuat kafeku sendiri, berlagak seperti bos besar." Megan tertawa di akhir kalimat seraya mendudukkan diri di sofa terdekat."Kalau kamu mau, tidak ada salahnya mencoba, Megan. Coba saja dengan bisnis yang menjual minuman untuk dibawa pulang, bukan yang biasa diminum di tempat," saran Charlotte.Megan mengerucutkan bibir. "Entahlah, rasanya aku ingin sebuah usaha yang memiliki tempat secantik punyamu ini, Kak Charlotte. Terlihat seperti bos besar, wah! Tidak salah kalau Kak Charlott
"Kamu tidak bisa berkata seperti itu! Aku ini nyonyamu! Yang seharusnya kamu jaga! Bukannya mengambil kesempatan dalam kesempitan begini!"Lucas menyeringai, tetap menatap Charlotte yang terlihat bagai kucing menggemaskan yang terperangkap di bawahnya. Ditatap begitu, Charlotte malah salah tingkah. Pipinya merona tanpa bisa dicegah."Astaga, Nyonya sayang .... Kalau Anda bersikap menggemaskan seperti ini, mana bisa saya tidak menginginkan Anda, hm?" goda Lucas."Minggir, Lucas! Kalau kamu tidak minggir, aku akan membuat kamu melakukan suatu kesalahan besar, sampai akhirnya besok kamu pergi dari sini!" ancam Charlotte, tak mau gentar begitu saja."Oh ya? Kesalahan macam apa?" Lucas merendahkan tubuhnya, menopang dengan kedua tangan yang berada pada tiap sisi tubuh Charlotte. "Mau mengatakan kepada si tua bangka itu kalau saya sudah berlaku kurang ajar seperti ini?""Ya! Karena kamu sudah seenaknya tidur di—hmph!"Sepasang mata Charlotte membelalak, tidak menyangka bahwa Lucas akan menj
Lucas berdecak kesal saat mendengar ucapan Luna. Pria itu berdeham, tampil tegap bersiap menyambut kedatangan Hendra Soedarso yang sedang menuju area kolam renang.Dan benar saja, sosok Hendra Soedarso datang diikuti asisten pribadinya serta dua pengawal yang senantiasa mengekori ke mana pun pria tambun itu pergi.Charlotte, yang semula berenang santai bersama Megan, turut menyadari kedatangan Hendra Soedarso. Segera saja, wanita itu menyikut Megan dan memberi tanda; keluar dari kolam renang untuk menyambut Hendra.Lucas tersedak ludahnya sendiri saat melihat gaun dalaman Charlotte yang sebelumnya sudah melekat, justru semakin memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu. Lucas nyaris menjatuhkan rahang, tetapi ingat bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk terpesona pada seseorang yang harus dijaganya.Saat Charlotte dan Megan menghampiri dengan keadaan yang terbilang seksi, Hendra Soedarso tidak dapat menyembunyikan senyumnya. "Astaga, istri-istriku ini ... kalian terlihat menggoda sekal
"Nyonya Charlotte!"Charlotte merasakan genggaman seseorang melingkari pergelangan tangannya, membuat sendok berisikan potongan kue stroberi tersebut jatuh ke lantai. Wanita itu lantas mendongak, bertemu tatap dengan Lucas yang memasang tampang serius penuh keawasan. Luna sendiri panik, segera memanggil pengawal tambahan yang berjaga di sekitar untuk memeriksa dapur."Anda tidak apa-apa, Nyonya Charlotte?" tanya Lucas memastikan.Charlotte mengangguk perlahan, menarik napas dengan mata terpejam. Selepas dirasa telah menenangkan diri, wanita itu berdiri. "Mengejutkan sekali. Aku tidak mengira kalau percobaan semacam ini akan datang lagi.""Lagi? Sepertinya ini bukan yang pertama kalinya, Nyonya Charlotte?"Pertanyaan Lucas langsung dihadiahi anggukan susulan yang sudah bisa pria itu duga. "Tapi, entah siapa target yang sebenarnya. Bisa saja bukan aku, atau orang lain."Lucas berjongkok, mengamati sebuah paku kecil yang menyembul dari sesendok kue stroberi yang Charlotte jatuhkan tadi.