Baru saja Lydia mendapatkan ide agar Marcell tidak menyentuhnya malam ini.
“Oke, aku setuju. Ayo kita ‘tidur’ bersama malam ini juga. Tapi ini pengalaman pertamaku dan aku gugup, bisa kita minum-minum dulu biar lebih rileks?”
“Oke.”
Lydia menghela napas lega ketika Marcell melepaskan tangannya. Rencananya adalah membuat Marcell tepar karena mabuk, dengan begitu mereka akan batal berhubungan badan.
Marcell keluar kamar usai berganti pakaian. Tak lama, dia kembali dengan membawa sebotol vodka. Dia duduk di sebelah Lydia, bersama-sama di sofa panjang di kamar mereka.
Lydia menerima gelas yang dituangkan cairan alkohol itu oleh Marcell. Mereka lantas mulai minum bersama.
Sesekali Lydia melirik Marcell yang minum lebih cepat darinya. Memang toleransi alkohol Marcell lebih bagus darinya, Lydia pun hanya menyesap sedikit. Lagi pula, tujuannya membuat Marcell mabuk.
“Sudah cukup rileks atau belum?” tanya Marcell.
Lydia menggeleng. “Aku masih gugup, sebentar lagi. Kamu juga minumlah lagi.”
Usai berkata begitu, Lydia kembali menuang vodka ke gelas Marcell yang sudah kosong. Dia menyeringai tipis saat melihat Marcell dengan patuh menegaknya.
“Keterampilan minum kamu sebagus apa?” tanya Lydia.
“Aku? Jelas luar biasa. Aku nggak gampang mabuk.”
“Oh, ya? Coba buktikan,” tantang Lydia.
“Lain kali, nggak sekarang.”
“Ayolah, Sayang. Apa mungkin kamu takut? Sebenarnya kamu nggak kuat minum terlalu banyak ‘kan? Gampang mabuk, ya?” ledek Lydia.
“Nggak! Aku kuat!”
Marcell yang terpancing terus menegak alkohol itu. Wajahnya sudah memerah dan dia tampak sempoyongan, mulai terlihat mabuk.
Lydia ingin tertawa di dalam hati, Marcell memang mudah diprovokasi. ‘Dasar bodoh!’ batin Lydia.
Marcell minum dan terus minum, sementara Lydia sudah berhenti. Hingga akhirnya, Marcell benar-benar mabuk dan tepar, rebah di atas sofa dengan mata terpejam.
“Aku nggak akan pernah ‘sudi’ tidur sama kamu, Marcell,” tegas Lydia.
Lydia hendak rebahan di kasur, tapi tiba-tiba dia mendengar suara ponsel Marcell berbunyi berkali-kali, seperti ada rentetan pesan masuk.
Penasaran, Lydia mengambil ponsel Marcell. Dia tidak tahu apa pin yang Marcell gunakan, jadi dia dekati Marcell yang pingsan dan menempelkan ibu jari Marcell untuk membuka kunci layar menggunakan fingerprint.
Lydia dengan tampang tenang membaca chat yang masuk, rupanya dari Adel.
Adel: Sayang, sudah tidur?
Adel: Lihat, aku punya lingerie baru.
Adel mengirim sebuah foto dirinya yang berbalut gaun tidur seksi itu. Melihat itu, Lydia mendidih, dia mencengkeram ponsel Marcell erat-erat.
Tak cukup sampai di situ, jal*ng Marcell mengirim chat lanjutan.
Adel: Aku juga mau mengirimkan video panas kita kemarin.
Lydia terbelalak melihat Adel mengirim video s*ksnya dengan Marcell. Astaga, menjijikkan! Mereka bahkan memvideo kegiatan panas mereka?!
Lydia sudah berlatih untuk tidak mudah emosi, dua tahun sudah cukup mengajarinya arti kesabaran. Namun, kini tiba-tiba dia marah. Ditambah lagi chat provokatif dari Adel berikutnya.
Adel: Aku jauh lebih baik dari istrimu saat di ranjang ‘kan?
Kesal, Lydia meletakkan ponsel Marcell ke atas meja. Dia tidak akan pernah sudi berhubungan badan dengan Marcell! Lebih baik dia menyerahkan dirinya kepada pria lain di luar sana!
Ya, itu benar. Kira-kira seperti apa respon Marcell kalau tahu dia sudah tidak perawan? Lydia tiba-tiba terpikirkan hal itu.
“Aku juga bisa melakukan hal yang sama denganmu, Marcell,” gumam Lydia sambil menatap tajam Marcell yang masih terpejam.
Sudah cukup! Lydia tidak tahan lagi. Setelah mendengar tuduhan buruk dari orang tuanya, mertuanya, diejek oleh Adel, dan hendak dipaksa berhubungan intim oleh Marcell, kesabaran Lydia sudah habis!
Dua tahun lamanya dia begini, mungkin ini adalah puncak dari kesabarannya. Dia harus mulai melakukan sesuatu agar bisa menghancurkan Marcell dan keluarganya.
Langkah pertama, mungkin dengan menyerahkan keperawanannya kepada pria asing?
Selama ini, Marcell tahu kalau dia masih perawan. Bagaimana respon Marcell jika tahu dia tak perawan lagi, dan sudah berhubungan badan dengan pria lain? Bagaimana kalau orang tuanya dan orang tua Marcell juga sampai tahu?
Lydia ingin sekaligus menghancurkan nama baik keluarga mereka, orang-orang yang tak mempedulikan perasaannya.
Dengan begitu, Lydia memutuskan untuk melakukan hal gila malam ini.
Selagi Marcell masih tak sadarkan diri, dia putuskan untuk pergi ke club malam, dia akan pergi clubbing, mencari pria asing untuk diajak melakukan one night stand sekaligus mengambil keperawanannya.
“Kalian berdua, aku mohon berhentilah!” teriak Lydia.Namun, Damian dan Marcell tampaknya tak peduli, mereka masih saling hajar hingga wajah mereka terluka.Mereka baru berhenti saat Lydia berteriak kepada para bodyguard untuk memisahkan dua orang itu.Dan, Marcell yang paling banyak terluka tampak tak berdaya ketika melihat Damian membawa kabur Lydia darinya.Beberapa saat setelahnya, Lydia sudah dibawa ke apartemen Damian, dia berada di sana dan sedang mengobati luka di wajah Damian akibat pukulan Marcell.“Jangan terluka lagi, aku khawatir,” ujar Lydia.Damian tersenyum, menyentuh tangan Lydia di wajahnya. “Aku senang kalau kau khawatir padaku.”“Aku serius!” seru Lydia, menabok lengan Damian.“Sshhh …” ringis Damian.Lydia panik. “A-apa sakit? Di situ juga terluka?”Damian pura-pura kesakitan, dia langsung tersenyum setelahnya.“Enggak, aku hanya bercanda,” ujarnya.Lydia memberengut, tapi tak lama karena setelah itu dia bermanja-manja dengan memeluk Damian dan bersandar di pundak
“Hal penting apa yang mau kamu bicarakan sampai mengumpulkan kita semua?” tanya papa Damian kepada Alex.“Kalau bukan sesuatu yang penting, kamu akan tahu sendiri akibatnya,” ancam sang kakek.“Aku tahu, Kek,” ujar Alex.Alex melirik istrinya, mengangguk untuk memberi kode. Melanie pun maju, menunjukkan di layar laptop tentang foto pernikahan Lydia dan Marcell yang didapatkan oleh Alex setelah bertemu Marcell.“I-itu kan …” Mama Damian sontak melotot.“Ya, ini Lydia yang menjadi tunangan Damian. Sebetulnya dia adalah istri orang, lebih tepatnya istri Marcell,” jelas Melanie.“Apa?! Bagaimana bisa?!” pekik sang Papa.“Saya sempat merasa mengenal tunangan Damian, dan ternyata saya tahu karena tunangan Damian adalah seorang pelukis. Dan sepertinya mereka sudah berselingkuh cukup lama.”“Apa kau yakin berselingkuh? Bukan karena Lydia sudah bercerai dari Marcell?” tanya sang kakek yang masih tenang.“Aku yakin, Kek. Sekarang status Lydia masih istri Marcell. Damian menjadi orang ketiga dal
Meskipun tadi Marcell bilang tak peduli, tapi pada kenyataannya dia risau.Mengenai Lydia yang punya bukti perselingkuhannya, dia tak ingin itu tersebar sampai di keluarganya dan keluarga Lydia. Maka, sebelum itu terjadi, dia yang akan menyebarkan perselingkuhan Lydia lebih dulu!“Kamu akan menyesal karena sudah mengkhianatiku, Lydia,” geram Marcell. Dia tak berkaca pada dirinya sendiri, bahwa dialah yang mengkhianati Lydia lebih dulu.Sebelum berangkat kerja, pagi ini Marcell mengamati pintu kamar Lydia. Bagus, Lydia tak bisa keluar. Tak akan dia biarkan Lydia pergi, apalagi menemui Damian.“Jangan sampai istriku keluar, atau kalian semua akan dipecat!” ancam Marcell kepada para bodyguardnya.“Baik, Pak!” angguk mereka.Marcell pun melangkah pergi. Di dalam mobil saat menuju ke perusahaan, dia menghubungi orang tuanya dan orang tua Lydia, mengajak bertemu untuk makan malam di luar dengan alasan ada hal penting yang hendak dia bicarakan.*Malam harinya, di sinilah Marcell berada, di
Marcell mengepalkan tangannya, emosinya naik ke ubun-ubun. Dia sampai uring-uringan saat kembali ke kantor dan tak fokus dalam bekerja.Dia sampai pulang lebih cepat ke rumah, menunggu Lydia kembali untuk membicarakan ini.Sungguh, dia masih tak menyangka kalau Lydia yang dia pikir bisa menjadi istri patuh, ternyata berselingkuh darinya. Berani sekali wanita itu!“Awas kau nanti, Lydia. Aku nggak akan mengizinkanmu bertemu dengan Damian!” seru Marcell.Marcell berjalan mondar-mandir di ruang tamu, masih menanti Lydia. Dan, ketika mendengar suara mobil terparkir, dia langsung berdiri di depan pintu masuk, menghadang Lydia.Pintu terbuka, sosok Lydia muncul dengan raut heran menatap Marcell yang tampak emosi dan seperti sedang menunggunya.“Apa?” tanya Lydia.“Kau … kau berselingkuh dariku!” seru Marcell.Sontak, Lydia terbelalak. “A-aku—”“Nggak usah menyangkal! Aku sudah tahu semuanya! Pria yang menjadi muse lukisan telanjangmu, dia adalah selingkuhanmu, Damian!”Lydia semakin melebar
“Siapa orangnya! Cepat katakan!” seru Marcell dengan tampang tak sabar.“Saya akan memberi tahu, tapi dengan syarat anda harus mau bekerja sama dengan saya untuk menyingkirkan Damian dari posisinya di perusahaan.”Marcell langsung mengernyit. “Apa hubungannya perselingkuhan istri saya dengan Damian?”“Nanti anda akan tahu. Jadi, bagaimana? Apa anda setuju?”“Itu cukup sulit, anda tahu kan kalau kita juga bersaing? Saya, dan anda termasuk Pak Damian.”“Ya, itu benar. Tapi, saya berjanji akan membuat kesepakatan yang menguntungkan anda juga.”“Akan saya pertimbangkan, tapi beri tahu dulu soal selingkuhan istri saya.”Alex duduk bersandar dengan tampang santai, dia menyeringai sejenak.“Tadi anda sudah menyebut sendiri nama orangnya.”Marcell diam, mengingat-ingat sosok yang sempat dia sebut, kemudian langsung terbelalak.“Pak Damian?”“Ya. Dia adalah selingkuhan istri anda,” jawab Alex dengan raut serius.Marcell sempat terlihat kaget, tapi hanya sejenak sebelum dia tertawa. Tapi jelas
“Marcell pengusaha yang itu kan? Yang Damian pernah menobatkannya menjadi saingan bisnis baru?" tanya Alex.Melanie mengangguk. “Benar, yang itu. Kamu juga kenal orangnya, tapi kita nggak akrab, hanya pernah bertegur sapa beberapa kali.”Melanie mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan foto Marcell yang dia maksud kepada sang suami.“Yang ini,” tunjuknya.Alex mengangguk paham. “Hm … menarik kalau memang benar. Haha! Damian, kau sungguh gila!” serunya.Alex kembali tertawa, dia merasa bahagia mendadak, senang karena membayangkan bisa menjatuhkan Damian dengan cara ini, kemudian merebut posisi Damian.“Aku belum pernah bertemu dengan istri Marcell, jadi nggak tahu wajahnya. Tapi kamu tahu dari mana, Sayang?” tanya Alex.“Aku ingat sekitar dua tahun yang lalu, saat ke galeri seni, tiba-tiba heboh karena ada pengusaha muda yang katanya tampan datang mengunjungi istrinya yang seorang pelukis, dan karya istrinya sedang dipamerkan di sana.”“Ah, jadi si istri itu Lydia?”“Ya,” angguk Melanie