Share

Tunanganku Mendonor Ginjalku
Tunanganku Mendonor Ginjalku
Author: Fuko

Bab 1

Author: Fuko
Saat mengetahui ada dua sumber ginjal dan kami berdua bisa sama-sama mendapatkan transplantasi ginjal, aku menangis bahagia.

Setelah menunggu selama tiga tahun, pernikahanku dengan Hansen Juandi yang selama ini selalu ditunda akhirnya bisa terlaksana. Setelah menjalani operasi transplantasi ginjal, aku bisa menikah dengannya tanpa beban psikologis apa pun.

Saat aku tengah asyik menanti pernikahanku, adikku, Lidya Trioko, berlutut di hadapanku.

"Kak, aku sudah sakit selama bertahun-tahun dan aku benar-benar ingin merasakan punya tubuh yang normal. Kakak mau nggak memberiku kedua ginjal donor itu?"

Aku tercengang, aku tidak percaya Lidya memiliki niat seperti ini.

Sebelum aku bisa mengatakan apa pun, Lidya mencengkeram celana panjangku dan memohon dengan suara pelan.

"Kak, aku sudah sepuluh tahun lebih lama sakit daripadamu. Aku ingin sekali menjadi seperti orang normal."

"Aku mohon, berikan kedua ginjal itu padaku dan tunggu donor berikutnya. Kak Hansen pasti akan mencarikannya untukmu."

Sejak kecil, Lidya memang sangat egois. Dia selalu merebut barang-barangku dengan memanfaatkan penyakitnya, tapi tidak kusangka dia bahkan tega merebut ginjalku.

Aku melepaskan tangannya dan menolak permintaannya.

"Kedua ginjal donor itu diperuntukkan kita masing-masing. Sekalipun kamu mau dua-duanya, pihak rumah sakit nggak akan setuju."

"Aku juga lebih nggak setuju. Aku akhirnya menemukan ginjal donor. Aku hanya perlu menunggu operasi, lalu setelah itu bisa menikah dengan Hansen."

"Lagi pula, aku juga nggak tahu apa umurku akan cukup panjang untuk mendapatkan donor berikutnya. Lidya, hidup dengan satu ginjal juga cukup."

Begitu aku selesai berbicara, seseorang pun bergegas masuk. Orang itu membantu Lidya bangkit berdiri dari atas lantai dengan hati-hati, lalu langsung menuduhku.

"Revina, kok kamu tega membiarkan Lidya tergeletak di lantai begini. Dia itu sakit parah, apa kamu ingin membunuhnya!"

Aku menatap tunanganku yang tengah melindungi Lidya mati-matian itu dengan ekspresi datar, lidahku mendadak terasa pahit.

Sejak kapan Hansen dan Lidya menjadi begitu dekat?

Lidya menangis di pelukan Hansen, dia terlihat begitu menyedihkan,

"Kak Hansen, ini bukan salah Kakak. Kakak hanya … nggak mau mendonorkan ginjalnya padaku."

"Lebih baik aku mati saja. Aku nggak bisa hidup seperti orang normal, jadi lebih baik aku mati saja."

Begitu mendengar ucapan Lydia, ibuku yang baru saja masuk ke dalam rumah pun sontak menamparku dan memakiku dengan lantang.

"Bisa-bisanya aku melahirkan putri sekejam kamu yang tega membunuh adiknya sendiri!"

"Sejak kecil kamu memang licik dan suka sekali menindas Lidya. Sekarang, kamu bahkan nggak mau memberikan ginjal donormu pada Lydia. Jangan kira aku nggak tahu apa rencanamu!"

Ketika Hansen melihatku ditampar, dia mengernyit dan hendak berjalan menghampiriku. Namun, Lydia menghentikannya.

Adikku itu menangis dengan makin pilu.

"Ibu, setelah aku meninggal, Ibu harus baik-baik sama Ayah. Ibu telah memberikan begitu banyak padaku selama ini. Maaf aku belum sempat berbakti pada Ibu."

"Kak Hansen, terima kasih telah mencarikan ginjal untuk kami. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Aku akan membalas budi baikmu di kehidupan selanjutnya ...."

Mendengar ancaman Lydia, ibu kami segera memeluknya dengan gelisah dan membujuknya dengan manis.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tunanganku Mendonor Ginjalku   Bab 11

    Orang-orang di Myano Utara mengirimkan video penyiksaan ibuku kepada Hansen dan meminta imbalan uang.Dalam video itu, ibuku dipukuli sampai berlumuran darah. Dia terus mengutuk Lydia agar mati dengan mengenaskan sekaligus mengutarakan kerinduannya padaku.Hansen mengembuskan asap rokoknya dengan santai dan berujar."Cabut kedua ginjalnya, baru aku akan memberimu uang."Aku menatap sorot tatapan Hansen yang sarat akan hasrat membunuh dan sontak bergidik.Lalu, aku pun tersenyum dengan lega.Hansen belum tahu, tetapi adikku sudah menyiapkan sebuah kejutan besar untuknya.…Selama beberapa waktu belakangan ini, Hansen tidak pernah datang bekerja. Dia sibuk mabuk-mabukan setiap hari sambil memegang guci abuku dan memanggil namaku. Aku jadi merasa jengah.Aku berputar-putar mengelilingi Hansen selama beberapa saat, lalu Pak Erik mengangkat Hansen agar bangkit berdiri dari lantai dan berkata dengan cemas."Sesuatu terjadi, Pak Hansen. Dokumen rahasia perusahaan bocor, jadi proyek kita diblo

  • Tunanganku Mendonor Ginjalku   Bab 10

    [Hal yang paling kusesali dalam hidup ini adalah jatuh cinta padamu. Kalau ada kehidupan kedua, kuharap kita nggak akan pernah bertemu lagi ….]Air mata Hansen pun terjatuh dan membasahi surat itu.Aku menonton dengan agak senang hingga Hansen tiba-tiba bergegas keluar kamar, lalu mengambil kunci mobil dari pintu masuk dan melaju menuju rumah sakit.…Lidya sangat gembira melihat Hansen. Dia bahkan menyapa sambil tersenyum, "Kak Hansen."Hansen segera menghampiri tempat tidur Lidya dengan ekspresi yang mengerikan, lalu mencengkeram leher Lidya dengan kencang.Tentu saja Lidya sangat terkejut dengan sikap Hansen.Wajahnya memerah dan dia mengayunkan tangannya dengan lemah untuk mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Hansen."Lidya! Pak Hansen, apa-apaan ini! Lepaskan!"Ibuku bergegas mendekat dan memukuli Hansen, bahkan mencakar dan menggigit pria itu dengan kencang. Akhirnya, Hansen melepaskan Lydia.Ibuku memeluk Lidya yang terbatuk-batuk dan menegur Hansen sambil menangis."Pak Han

  • Tunanganku Mendonor Ginjalku   Bab 9

    Aku sebenarnya sudah berulang kali mengingatkan diriku agar jangan merasa sedih atau kesal.Namun, entah kenapa air mataku tetap mengalir.Sekarang, aku baru sadar bahwa arwah juga bisa menangis.Ibuku terus mengoceh, dia tidak menyadari sorot tatapan Hansen yang berubah menjadi makin tajam dan sarat akan hasrat membunuh.Setelah ibuku bilang membuang abuku, tangan Hansen yang besar langsung mencengkeram tulang bahu ibuku dengan begitu kuat hingga nyaris meremukkannya.Pak Erik berusaha sekuat tenaga untuk menarik Hansen menjauh, lalu mencondongkan tubuhnya ke telinga Hansen dan menasihati dengan serius."Pak Hansen, kalau nggak segera ke sana, abu Nona Revina akan hilang."Lidya tidak mengacuhkan tubuhnya yang baru saja menjalani operasi. Dia bergegas keluar dari kamar rawat dan berseru dengan lantang."Kak Hansen, apa kamu sudah nggak menginginkan aku lagi?""Kakakku sudah tiada, tapi apa kamu juga mau aku menyusul?"Hansen berhenti melangkah, tetapi tidak menoleh."Sudah kubilang, y

  • Tunanganku Mendonor Ginjalku   Bab 8

    Hansen juga balas tersenyum."Lydia, kamu baik-baik saja. Istirahatlah yang cukup. Aku pergi dulu."Lydia buru-buru meraih tangan Hansen dengan wajah yang pucat dan air mata yang mengalir turun."Kak Hansen, sebelum aku masuk ke ruang operasi, kamu bilang akan berjanji satu hal padaku. Apa itu masih berlaku?"Hansen mengangguk dan berujar dengan tegas."Tentu saja, itu berlaku sampai kapan pun."Lidya pun berujar dengan suara pelan."Kak Hansen, aku menyukaimu dan ingin bersamamu."Pengakuan mendadak ini membuat Hansen sedikit kehilangan kata-kata.Dia terdiam beberapa saat, lalu berkata perlahan."Lydia, aku sudah berjanji pada kakakmu untuk menikahinya. Aku nggak bisa mengecewakannya."Lidya menyahut dengan tercekat."Kamu nggak bisa mengecewakannya, tapi bisa mengecewakanku? Kamu sudah lupa perbuatanmu padaku malam itu?"Rasanya seperti ada seutas tali dalam hatikku yang langsung putus.Aku sontak merasa mual dan muntah-muntah.Ternyata arwah masih memiliki emosi dan perasaan. Sudah

  • Tunanganku Mendonor Ginjalku   Bab 7

    "Kamu fokus saja dengan operasimu, biarkan dia di vila itu untuk merefleksikan diri. Nggak usah memikirkan soal itu."...Malam itu, Hansen tidak pulang karena Lidya memohon agar dia tetap tinggal.Hansen pun bersandar di jendela tangga darurat sambil merokok. Dia mengeluarkan ponselnya dan berulang kali menghubungi telepon rumah vila itu.Telepon Hansen tidak tersambung karena telepon rumah sedang sibuk, jadi dia akhirnya menelepon Pak Erik dengan frustasi."Kamu yakin telepon di vila hanya bisa menerima panggilan masuk dan nggak bisa melakukan panggilan keluar?""Iya, yakin, Pak Hansen," jawab Pak Erik dengan tegas di ujung telepon sana.Hansen mengisap rokoknya dalam-dalam dan berkata dengan dingin."Besok pergilah ke sana. Cari tahu mengapa telepon vila selalu sibuk dan nggak bisa dihubungi."Entah apa yang sedang dirasakan Hansen saat ini. Yang jelas, dia sama sekali tidak bisa tidur dan sesekali mencoba menelepon ke telepon rumah vila.Pagi-pagi sekali, dokter datang untuk memban

  • Tunanganku Mendonor Ginjalku   Bab 6

    Ayahku diam-diam mengajakku makan restoran cepat saji karena Lydia sendiri sedang sakit dan tidak bisa makan. Ayahku tidak ingin aku kehilangan kegembiraan masa kecilku.Orang tua kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperlakukan Lidya secara adil, tetapi ternyata itu justru menumbuhkan bibit kebencian dalam hati Lidya.Lidya menatapku dengan ekspresi arogan."Sebenarnya, aku sudah lama tahu soal perselingkuhan Ayah. Akulah yang menutupinya.""Bibi itu sangat baik, dia lebih cantik dan lembut daripada Ibu. Yang terpenting, dia kaya dan selalu membelikanku apa yang kuinginkan.""Siapa sangka pas pertama kali Ayah mengajakmu berselingkuh, Ayah malah ketahuan. Sayang sekali. Kamu benar-benar malapetaka ...."Aku refleks menengadah dan memelototi Lidya, rasanya ingin sekali aku mencabiknya.Waktu ikut ayahku berselingkuh di rumah bibi itu, aku langsung tertidur setelah meminum air yang diberikan bibi itu.Aku sudah menanggung cap jelek ini selama bertahun-tahun. Ibu dan para kerab

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status