Perasaan Junko yang masih merasakan hangatnya dekapan dan kata-kata Takumi waktu itu, tetap mengharapkan Takumi kembali padanya."Ne, Oujo-san..."Karena suara itu seperti mengarah kearahnya, Junko menoleh dengan perlahan untuk mengetahui siapa yang memanggil. Dan alangkah terkejutnya Junko saat ia membalikkan badan, di sana, di depannya ada Masato Takumi.Mata Junko langsung membesar tak percaya apa yang sedang ia lihat serta ia juga merasakan dadanya mendesir bahagia melihat sosok yang Junko rindukan selama ini."Takumi-san?" panggil Junko dengan gugup.Tapi pria itu malah membuang muka dan tak mau melihat ke arah Junko."Ohh, kalian saling mengenal, ya?"Wanita itu, wanita yang baru saja berbicara adalah wanuta yang menemui Junko saat di Kuil ketika ia bersama Kanna dan Ryota."Aku tidak mengenalnya," seru Takumi.Deg...Eh...Apa katanya....Tidak-Mengenal?Desiran bahagia Junko di hatinya harus pupus saat Takumi meng
Jam sudah menunjukkan pukul 22.35, tapi Junko tak kunjung pulang ke penginapan atau menjawab panggilan dari Kanna.Kanna sebagai orang yang lebih dewasa di banding Junko dan Ryota sekaligus menjadi penanggung jawab atas mereka berdua merasa sangat cemas sekarang. Ia terus menerus mondar-mandir sambil sibuk mendial nomor yang sama, nomor Nakamura Junko."Sial!" umpat Kanna, "Kenapa kau tak menjawab teleponku Jun-chan?!"Ryota yang juga merasa cemas menghampiri Kanna, "Kanna-san tenanglah. Mungkin Nakamura-san mengalami masalah ketika menaiki keretanya. Dan mungkin saja ponsel Nakamura-san habis baterai," katanya mencoba menenangkan kakak kelasnya itu yang mulai panik.Kanna mengabaikan ucapan Ryota. Dirinya sekarang lebih mementingkan dimana keberadaan Junko dan bagaimana keadaannya."Aku akan mencoba sekali lagi," gumam Kanna lalu mulai mendial nomor Junko. Kalau telepon ini tak di angkat, Kanna akan pergi kesana menyusul Junko. "Angkatlah...kumohon!"Se
Mungkin ada satu hal yang sekarang di rasakan Junko, hampa. Iya, hampa. Kepergian ibunya entah kemana sudah membuatnya sakit hati, di tambah sekarang dirinya harus melupakan seseorang yang sudah ia anggap sebagai satu-satunya tempat bernaung.Junko masih ingat betul, saat itu ia menghapus kasar air matanya. Berkata dengan lantang kepada pria itu, "Bagaimana jika kita mengikuti ucapanmu itu? Akhiri saja sampai disini, kan? Baiklah, kita berakhir disini!"Setelah semua itu, Junko tak sedikitpun menitikkan air matanya lagi. Tanpa meninggalkan jejak kenangan yang lebih menyakitkan lagi, ia pergi dari sana dan berteriak dalam hati "Sayonara da!!"Berlari dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, sampai Junko tak sadar ia berlari kearah mobil yang sedang melaju cukup kencang. Dan detik berikutnya, tubuh Junko terhempas keatas jalan dengan keras. Setelah itu yang Junko rasakan hanyalah dengingan dari dalam telinganya dan rasa sakit di sekujur badan. Di dalam kepalanya terlint
Kondisi Ibu Takumi berangsur-angsur membaik. Setelah dengan terpaksa Takumi mengiyakan ucapan Ibunya, kalau dia akan kembali bersama dengan Sakurai. Waktu itu memang tidak ada pilihan lain selain setuju. Jika Takumi menolak, Ibunya juga akan menolak untuk sembuh.Musim gugur pertama di tahun ini yang seharusnya menyenangkan malah menjadi menyebalkan. Ia bertanya-tanya, bagimana ya kabar dari gadis itu?"Ibu jadi pergi ke Kuil Tenryu-ji?" tanya Takumi sekali lagi."Tentu saja. Kenapa memang?" Ibunya malah balik bertanya."Jarak Kuil itu kan jauh dari Kyushu, nanti kalau Okaasan sakit lagi bagaimana?""Kau ini. Lagipula kita tidak akan berangkat berdua saja," kata Ibunya."Siapa yang akan ikut lagi? Fujiyama-san? Tetangga kita?" tebak Takumi, karena Ibunya itu memang dekat sekali dengan Fujimaya, tetangga sebelah rumahnya."Bukan! Yang ikut nanti itu Sakurai."Nama itu lagi. Selalu nama itu yang Ibunya sebut.Karena tak mau berdebat, Takumi mem
"Ne, Ryo-kun. Junbi wa ii desu ka?" tanya Kanna, matanya tertuju pada Ryota yang tengah mengotak-atik ponselnya."Hmm... sebentar lagi," sahut Ryota tanpa menoleh."Apa yang sedang kalian bicarakan?" Junko bertanya, matanya berkedip heran.Kanna menghampiri Junko lalu menyenggolnya pelan. "Kau tidak tahu, Ryo-kun hari ini berulang tahun lho!" serunya dengan heboh."Eh, benarkah?""Hmm, kau tak ingin memberi kado padanya?" tanya Kanna mengangkat sebelah alisnya, menggoda Junko.Dengan ekspresi polos Junko menjawab, "Apa yang harus kuberikan pada Akihiko-san?"Ryota yang mendengar perkataan Junko tiba-tiba batuk karena tersedak ludahnya sendiri."Ryo-kun hati-hati! Jun-chan bahkan belum mengatakan akan memberikan hatinya," kata Kanna yang langsung mendapat plototan dari Ryota. "Aku hanya bercanda," tambahnya sambil terkekeh."Akihiko-san, euhmm... bisakah aku memberimu hadiah ketika kita tiba di Tokyo saja?" tanya Junko pada Ryota.Ryota ka
"Sssttt..." Ryota tiba-tiba mendesah dari tempatnya.Junko yang pertama kali menyadari bertanya pada laki-laki itu. "Akihiko-san kau baik-baik saja?""Ryo-kun ada apa?" Kanna ikut panik karena mendengar desahan dari Ryota.Sedangman Takumi hanya melirik sekilas tidak peduli."Kakiku rasanya sakit sekali. Aku ingin meluruskannya, bisakah kalian membantuku untuk pindah kesana?" Ryota menunjuk bangku yang kosong di sebelah Kanna."Tunggu," sela Junko, "Akihiko-san, kau bisa meletakkan kakimu di tengah-tengah Kanna-san dan aku. Tidak perlu sendirian disana. Jika terjadi sesuatu yang lebih buruk kami akan cemas."Perkataan Junko mengundang tatapan tak percaga Takumi, di balik matanya dia memikirkan betapa baiknya seorang Nakamura Junko. Tapi di sudut hatinya juga, ia merasa cemburu."Baiklah kalau begitu," ucap Ryota.Junko membantu mengangkat kaki Ryota pelan-pelan keatas kursinya. "Apakah sakit?""Hmm-mm..." Ryota menggeleng, "Aku baik-baik saja
Pertandingan yang di laksanakan di Gedung Olahraga SMA Hanagasaku berlangsung ramai dan meriah. Ternyata bukan hanya murid-murid SMA Hanagasaku saja yang menonton tapi dari SMA Yokohama pun ikut turut serta mendukung sekolahnya.Latih tanding ini di menangkan oleh SMA Hanagasaku. Set pertama SMA Hanagasaku unggul dengan skor 25-18. Kemudian set kedua dengan skor 25-20.Duet maut antara Hayato sebagai Setter dan Kentaro Ito sebagai Spiker memang tidak ada yang bisa mengalahkannya jika mereka berdua satu tim. Sekolah-sekolah di Tokyo belum ada yang sanggup untuk mengalahkan SMA Hanagasaku jika ada Hayato dan Kentaro di dalam tim."Cih, tidak seru. Padahal aku ingin tim Voli kita kalah hari ini," gerutu Kanna yang duduk disebelah Junko."Kenapa kau bilang begitu?" sahut Junko."Aki ingin melihat kekecewaan di wajah di Spiker bodoh itu.""Maksudmu Kentaro-san?""Siapa lagi!"Junko semakin di buat bingung oleh Kanna yang selama pertandingan berlangsun
Langit yang kita lihat hari itu adalah langit berwarna hitam bertabur banyak bintang.Kita membuat janji saat angin pertengahan musim panas mengitari kita dan kita saling menatap satu sama lain.Janji yang sama sekali tak ada artinya dimatanya. Dia mengingkari dengan begitu mudah.Apakah dia tak menyadari ada hati yang terluka karena janji itu?Junko mendial nomor Kanna berkali-kali, tapi kakak kelasnya itu tak kunjung mengangkat teleponnya. Ia ingin memberitahukan semuanya pada Kanna. Ia ingin mempunyai teman malam ini, untuk membantunya menghilangkan rasa sakitnya.Karena tak ada satupun telepon Junko yang di jawab, ia memutuskan untuk kembali ke sekolah lagi. Karena siang tadi Kanna berkata ia akan ada kegiatan klub sampai malam hari.Jam menunjukkan pukul 18.20 saat Junko mengecek ponselnya. Ia masih setia menunggu Kanna di dalam koridor sekolah. Angin yang berhembus melalui celah pintu menyapu kulit Junko yang hanya menggunakan seragam sekolah, agak