Share

Bukan Cewek Murahan

Sesampainya di kelas, Regar disambut oleh teriakan Nessa yang cempreng, “Regar, cari ini?” tangan Nessa terangkat di udara sembari memegang dompet kulit berwarna coklat tua.

Ya! Itu milik Regar!           

Regar melongo. Sudah capek ia dan kedua kawannya naik turun tangga, ternyata barang yang sedang ia cari berada di dalam kelas. Dugaan Regar benar, Nessa adalah dalang dari masalah ini.           

Kedua tangan Regar mengepal menahan amarah. Ia menghirup napas dalam – dalam lalu membuangnya perlahan, mencoba untuk menetralkan emosinya. Regar harus paham jika sekarang ia sedang berhadapan dengan seorang cewek, sehingga Regar harus sabar. 

Regar melangkahkan kakinya ke arah Nessa, “lo tau, kan, gue dari tadi lagi nyariin dompet?” tanya Regar mencoba tenang, meskipun rasanya ia ingin sekali marah – marah kepada Nessa.

“Tau,” balas Nessa santai.

Kini, Regar dan Nessa menjadi pusat perhatian seisi kelas. Mereka menghentikan aktivitas masing – masing lalu memperhatikan dua manusia itu. Suasana menjadi hening.

“Trus, kenapa lo diem aja?”

“Suka – suka gue, dong,” jawab Nessa tanpa dosa.

Lagi – lagi Regar menghela napas, emosinya tidak boleh tersulut. Lawannya kali ini adalah seorang cewek, makhluk lemah. Tidak sebanding dengan dirinya.

“Oke, sekarang balikin dompet gue,” pinta Regar.

“Emang isinya berapa duit, sih? Paling cuma receh,” ejek Nessa diakhiri dengan tawa lantang.

“Sa, udah balikin aja,” bisik Kayra. Ia khawatir Nessa akan semakin menjadi – jadi dan timbul masalah baru.

Nessa tidak menghiraukan saran Kayra. Ia malah memasukkan dompet Regar ke dalam saku baju seragamnya, “kalo butuh ambil aja sendiri,” tantang Nessa.

WHAT? Apa Nessa sudah gila? Semua yang berada di dalam kelas terkesiap mendengar ide konyol yang diutarakan Nessa. Suasana sempat ricuh sebentar lalu tenang kembali. Mereka sibuk menerka – nerka dalam hati apakah Regar akan mengambil dompetnya atau tidak.

Semua terdiam menatap Regar tanpa berkedip, menunggu apa yang akan Regar lakukan selanjutnya.

Regar mengusap rambutnya kasar, “mau lo apa, sih?” tanya Regar dengan kening berkerut.

Nessa tersenyum miring. Ia suka melihat Regar frustasi. Puas rasanya bisa menghukum Regar. Walaupun sebenarnya Nessa agak takut menantang Regar seperti ini. Namun, Nessa yakin jika Regar tidak akan melakukannya sehingga Nessa pun berani.

Di sebelah Regar, Miko cepat – cepat mengeluarkan ponsel kemudian merekam kejadian ini, tetapi batal karena Regar sudah memberikan ancaman, “matiin atau gue banting HP lo,”  

Miko pun langsung mematikan kamera ponselnya. Padahal ia ingin memposting videonya di TikTok. Siapa tahu viral dan banyak yang mengunjungi akunnya sehingga Miko bisa menjadi seleb.

“Balikin,” nada Regar mulai naik satu oktaf.           

“Gue bilang ambil sendiri kalo butuh,” Nessa masih tetap dengan pendiriannya.

Kayra dan Dara terus – menerus memaksa Nessa agar segera mengembalikan dompet Regar. Mereka tidak ingin ada hal buruk terjadi, tetapi Nessa tidak mau mendengarkan dua sahabatnya itu.           

“Mau lo apa, sih, Nessa?” tanya Regar bingung. Ia tidak tahu apa yang diinginkan Nessa. Tinggal mengembalikan dompet saja susahnya minta ampun.

“Gue mau,” ucap Nessa tertahan.

Nessa mengamati sekeliling. Semua orang sedang memperhatikan dirinya dan Regar. Mereka paham betul siapa Regar. Cowok nomor satu di sekolah, paling disegani, paling dihormati, seolah Regar menduduki kasta paling tinggi. Belum pernah orang – orang mendengar kasus yang menyeret nama Regar. Sepertinya akan menarik jika Regar yang terhormat itu dijatuhkan kastanya.

“Mau apa?” tanya Regar tidak sabar.

Nessa tersenyum miring, “gue mau lo berlutut sama gue dan minta maaf karena udah ngecap gue sebagai cewek murahan,”

Seisi kelas dibuat menganga. Ternyata itu masalah utama yang membuat Nessa menghukum Regar seperti ini.

Kelas kembali ricuh. Semua mulai bertanya – tanya, mengapa Regar tega menyebut Nessa murahan padahal Nessa adalah wakil Regar.

Regar tertegun menatap Nessa. Ia kira Nessa benar – benar santai menanggapi ucapannya, ternyata tidak. Nessa merasa sakit hati, tetapi Nessa berpura – pura untuk baik – baik saja.

Namun, semua ini bisa dibicarakan baik – baik. Tidak perlu sampai meminta Regar untuk bertekuk lutut kepada Nessa disaksikan satu kelas. Apa Nessa ingin menghilangkan harga diri Regar?

Kayra dan Dara saling bertatapan. Mereka tidak menyangka dengan rencana Nessa.

Dara berjongkok di samping Nessa lalu berbicara pelan, “Nessa, gue tau lo sakit hati sama Regar, tapi menurut gue berlebihan kalo lo suruh dia berlutut. Mau gimana pun juga, dia itu ketua lo, ketua OSIS. Lo harus tetep menghargai Regar,”

“Gue setuju sama Dara. Jangan sampe lo dinilai sebagai wakil yang nggak tahu diri. Posisi Regar itu di atas lo, Regar juga banyak fans. Lo mau nanti dihujat satu sekolah? Katanya lo mau hidup tenang tanpa haters. Dan kalo sampe guru – guru denger, bisa bahaya, Sa,” tambah Kayra.           

Nessa terdiam. Nasihat dari kedua temannya ada benarnya juga. Lebih baik segera disudahi saja daripada ia diserbu oleh penggemar Regar.           

“Gimana?” tanya Nessa melihat Regar yang masih tak berkutik.

Eza mendekat pada Regar, “Gar, will you?”

Regar tidak menyahut. Ia tahu dirinya bersalah, tetapi, permintaan Nessa terlalu gila untuk dituruti.           

“Oke, oke. Minta maafnya biasa aja,” final Nessa. Seketika, aura mencekam di kelas pun menjadi tenang kembali.           

“Kok diem aja? Atau emang gak ada niat buat minta maaf sama gue?” bingung Nessa melihat Regar yang masih saja diam.           

Kelegaan tersirat di wajah cowok itu. Dalam hati, Regar sangat bersyukur Nessa batal menjatuhkan harga dirinya. Regar pun maju satu langkah kemudian mengulurkan tangannya, “sorry soal omongan gue tadi,”           

“Gue maafin. Jangan diulangin lagi ke gue ataupun cewek lain,” balas Nessa sembari menjabat tangan Regar lalu mengembalikan dompet cowok itu.           

Regar mengangguk,  “makasih,”

           

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status