Di sebuah ruangan, obrolan serius sedang berlangsung antara Dokter dan pasiennya. “APA?“I-Ini,ini tidak mungkin! “Ini tidak mungkin Dokkkk. “Andre benar-benar sok saat mengetahui sang istri yang terkena kanker rahim, ya sudah benar-benar di ujung tanduk keadaan yang dihadapi laki-laki itu. “Kenapa semua harus terjadi!”Kesal, marah, semua bercampur dan berkecamuk dalam hati laki-laki itu. Dirinya yang baru saja dihadapi masalah yang sebelumnya kini harus menghadapi masalah baru, sebuah kenyataan pahit itu harus dia alami. Tangisan sayup-sayup terdengar sangat memilukan seketika dalam sebuah ruangan khusus. Ya, sang Dokter memberikan hasil uji laboratorium yang diterima tepat beberapa hari yang lalu. Kali ini sang Dokter perempuan itu harus menyampaikan amanah yang dia pegang pada pasiennya, Devita. Andre mencoba menghela napas panjang, wajahnya membeku diam seketika dengan ekspresi amat datar, dia tidak dapat menerima kenyataan ini yang sangat begitu pahit. “Dok, tolong kata
“Ayah, ibu, ada yang ingin aku ceritakan. “Andre yang baru saja tiba di rumahnya, menemui kedua orang tuanya itu tepat di ruang tengah, sebuah ruangan khusus yang memang tempat favoritnya keluarga itu berkumpul, tapi tidak dengan Devita, sekali pun dia tidak diizinkan untuk bersantai bahkan duduk di tempat tetap itu. Nyonya Marta dan tian wicaksono yang tadinya sedang fokus menatap layar televisi itu, kini berbalik ke arah putranya yang tiba-tiba duduk bersama mereka. “Bicara? “Apa maksudmu, apa yang ingin kau bicarakan? Kenapa wajahmu terlihat begitu pucat? “Ya, begitulah ragam pertanyaan yang dilontarkan oleh nyonya Marta dan juga tuan wicaksono saat itu. Tak pernah mereka melihat wajah seserius itu saat bicara pada mereka. Begitu pun sebaliknya, Nyonya Andre yang semula berpikir putranya akan menuruti kata-katanya untuk membuang Devita, bahkan untuk meninggalkan Andre sejenak berubah menjadi sangat cerah wajahnya. “Jangan membuang waktu santai ibu dan ayahmu, ini ruang keluarg
“Mau tidak mau, suka tidak suka! 'Kau harus menerima keputusan ini! “Ya, kalimat akhir itu dikatakan oleh Andre saat dia bicara empat mata pada Devita.Pembicaraan itu terjadi dalam kamar, Lagi-lagi hati kecil Devita harus terluka parah, mendengar keputusan Andre yang memang berniat ingin menikah lagi demi menuruti keinginan orang tuanya yang tak sabar ingin mendapatkan keturunan.Tangisan pecah setelah Devita mendengar apa yang dikatakan oleh laki-laki yang begitu sangat dia cintai itu, namun harus bagaimana dan apa daya, dia hanya perempuan lemah. Entah apa yang harus dia lakukan, dirinya saja tak bisa mencegah takdir yang sudah ditentukan maha Kuasa. Andre hanya berdiri kaku, dia tak banyak memalingkan wajahnya pada Devita. Sebaliknya, Devita hanya bisa pasrah dalam duduk diamnya penuh tangisan dan air mata yang sudah tak dapat membendung luka. Andre lebih banyak bicara pada intinya saja, lagi lagi laki-laki itu tidak ingin berlama-lama di dalam sana. Sementara itu, Devita menan
"Apa yang harus kulakukan?"Devita, sangat gadis malang itu mulai terjebak dalam keadaan. Dia tak bisa membayangkan Seandainya apa yang dikatakan oleh Andre benar-benar terjadi. Dalam lamunan kosong itu, Tiba-tiba saja pintu terbuka dengan lebar. “Bukankah sudah aku katakan dari dulu! “Jangan mendekati putraku Andre! “Kau berbeda status sosial dengan keluargaku bukan? sekarang kau tahu akibatnya bukan!”Perkataan itu benar-benar menusuk hati Devita, dia benar-benar tidak habis pikir, kenapa sang mertua selalu tidak pernah memiliki rasa belas kasihan padanya. Selain hari keadaan Devita semakin parah saja, meskipun dia tidak melakukan apapun di rumah itu, namun terkadang penyakit itu kambuh dan melemahkan seluruh tenaganya. “Kau hanya menyusahkan hidup putra dan keluarga besarku! “Untuk apa Andre memelihara perempuan sakit-sakitan seperti dirimu, jika kau manusia, mungkin kau paham apa yang aku maksudkan. “Agak bertiga pinggang, Marta selalu saja menghina dan merendahkan orang ya
Di dalam sebuah kamar bak istana itu, sudah berdiri Andre yang membelakangi istrinya yang sedang terbaring sakit. Semakin bertambah hari, penyakit yang dialami Devita semakin bertambah parah. Keluarga Andre akan melakukan pengobatan pada gadis malang itu, mereka berbicara dengan beberapa permintaan yang sudah Andre dan ibunya siapkan untuk gadis malang yang hanya pasrah menjalani hari harinya. “Aju dan Andre akan menawarkan dua pilihan padamu!“Yaaaa, kami tahu kau semakin hari semakin menyusahkan keluarga ini, pasti kau membutuhkan biaya operasi bukan? Tentu saja untuk mengobati penyakit kutukan itu? Satu permintaan, asal kau izinkan Andre putraku untuk menikah lagi!”Nyonya Marta berkacak pinggang, berdiri tak jauh dari Devita yang terbaring lemah itu, dia bersama putranya kini benar-benar sudah tidak punya hati, dia tidak ingin menceraikan gadis malang itu, sebelum benar-benar merasakan apa yang namanya kemalangan. “Yaaaaa, kau harus setuju dengan permintaan aku dan ibuku!”“Itup
“Andre??? “Andreeee, dimana kau? “Kemarilah, ada yang ingin bertemu denganmu. “Suara teriakannya itu memang terdengar begitu nyaring, suara dari nyonya Marta yang memanggil putranya yang saat itu memang tidak pergi kemana-mana. Di depan nyonya Marta duduk seorang gadis cantik, memakai rok pendek dan baju kemeja lengan pendek, terlihat maching dan rapi serta kekinian. Tubuh gadis itu begitu langsung dan menarik, kulitnya putih mulus bening terawat, berambut sebahu dengan hitam legam, ya perempuan itu bernama Cley, sosok perempuan cantik dan kekinian yang akan Nyonya Marta kenalkan pada putra semata wayangnya. “Kemana anak itu? “Apa dia tidak mendengar suara teriakanku?”Wajah itu mulai gusar, dia menatap suaminya tuan wicaksono yang tentunya sudah lebih dulu duduk di sana sebelum nyonya Marta dan Cley, gadis cantik yang hanya menatap keadaan rumah dengan tas yang dia sisingkan di samping, membuat gaya gadis itu benar-benar elegan. “Sudahlah tante, tidak apa-apa, mungkin saja dia
“Apa aku masih hidup???“ Aaaaa.... Sakit sekaaaali!!“Devita mencoba untuk menggerakkan tubuhnya di ranjang rumah sakit, namun tetap saja dia belum mampu melakukannya. Terlihat di sebuah ruangan tempat gadis malang itu kini dirawat, selang kecil oksigen itu masih menempel di hidungnya, pandangan matanya yang baru saja terbuka itu kini tertuju pada tabung oksigen di samping tubuhnya. “Kau sudah sadar Ndooook? “Alhamdulillaj syukurlah,,, ““Tunggu! Sebentar, Bibik akan panggil Dokter dulu. “Bibi Ijah hendak keluar melangkah menuju pintu keluar, dia segera ingin mengabarkan kabar baik itu pada sang Dokter. “Kau harus tetap tenang ya Ndokkk. “Bi Ijah yang bangun dari tidur lelapnya tadi setelah mendengar suara erangan kesakitan Devita yang memang belum sepenuhnya tersadar dari obat biusnya itu. Ya, untunglah operasi pengangkatan rahim pada Devita berjalan dengan lancar, untungnya dia masih diberikan kesempatan seperti apa yang dia harapkan. Bi Ijah ingin membuka pintu kamar ruang
"Kau harus banyak bersabar ndok, " Memang watak nyonya seperti itu adanya, dia memang tidak pernah menyukai gadis seperti dirimu, "Tapi suatu saat dengan sikap dan kesabaran yang kau miliki,, nyonya pasti akan memaklumi dan menerima kehadiran dirimu sebagai menantu. 'Mbok Ijah bicara pada Devita, gadis malang itu hanya bisa mengganggu pelan. Devita benar-benar tidak habis pikir, kenapa mertuanya itu selalu saja membanding-bandingkan dia dengan wanita yang mungkin lebih baik di luar sana, padahal apa yang sudah dilakukan oleh gadis ini sudah dia kerahkan, hanya untuk menyenangkan hati sang mertuanya yang begitu sangat keras. "sudahlah, badai pasti akan berlalu. "Mbok mengusap kening Devita dengan lembut, seolah dia bisa merasakan apa yang ada dalam isi kepala perempuan malang yang memang tidak pernah merasakan apa yang namanya kebahagiaan dalam perkawinan. "Aku sudah melakukan semua apa yang diperintahkan, bahkan hati nurani kucoba untuk tetap bisa bertahan dalam kehancuran hati