Mirela dan Dean meninggalkan toko pakaian pengantin setelah membayar baju pengantin yang akan mereka pakai besok. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju tempat parkir mobil yang berada tidak jauh dari toko pakaian pengantin tersebut.Di dalam mobil Dean tampak sedang memasangkan sabuk pengaman untuk calon istrinya dan untuk dirinya sendiri."Ayo kita pulang!" kata Dean sambil mengecup kening calon istrinya." ... "Mirela menjawabnya hanya dengan menganggukkan kepala sambil tersenyum manis kepada calon suaminya itu.Dean menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia sebenarnya merasa enggan mengirimkan Mirela pulang dan ingin membawanya pulang langsung ke rumah pribadinya yang saat ini juga sedang melakukan persiapan untuk menerima calon nyonya yang akan datang dan tinggal di rumah itu setelah pulang dari bulan madu.Ketika mobil Dean sampai di depan tempat tinggal Mirela dia keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk calon istrinya itu.Perlakuan Dean ini tidak luput
Setelah Dean pergi, Mirela langsung memasuki kamarnya membersihkan diri dan merebahkan badan di kasurnya. Gadis itu kembali mengenang pengalamannya tadi bersama calon suaminya di toko pakaian dan di dalam mobil. Mirela memegang dadanya yang terasa mengencang. Entah mengapa mengingat semua itu membuat puncak dadanya kembali menegang. Dia mendesah frustasi merasakan semua reaksi yang tidak biasa pada tubuhnya itu.Sementara itu Dean yang sudah sampai di rumahnya dan beristirahat di kamarnya juga sedang melamun membayangkan tubuh indah dan kulit bening mulus milik calon istrinya. Dean merasa frustasi dan benar-benar tidak sabar lagi ingin membuka semua penutup yang menghalangi pandangannya atas tubuh calon istrinya tersebut. Dean sangat ingin melihat semua yang ada pada diri Mirela tanpa adanya penghalang apapun, dia ingin menyaksikan sendiri dengan matanya bagaimana keindahan gunung dan lembah milik calon istrinya itu."Selangkah lagi Mirela, selangkah lagi aku akan dapat memilikimu
Setelah para tamu undangan pulang, Mirela dan Dean sedang bersiap untuk meninggalkan kursi pelaminan menuju kamar pengantin mereka, tanpa di duga oleh keduanya dari bawah panggung meluncur sosok kecil berpakaian jas hitam menubruk Dean dan memanggilnya papa.Baik Dean maupun Mirela sama-sama tertegun mendengar panggilan bocah kecil tersebut kepada Dean. Kedua orang tua Mirela dan Pras pun tidak terkecuali.Mereka menatap bocah berumur lima tahun itu dan Dean secara bergantian seolah ingin memastikan kebenaran kata-kata anak tersebut.Dean mengerutkan kening melihat bocah laki-laki yang sangat mirip dengan dirinya. Dari mana datangnya anak ini? Dia merasa tidak pernah meniduri wanita manapun.Mirela menatap bocah kecil yang menubruk Dean dengan tatapan rumit. Dia merasa tidak percaya jika anak ini bukan milik suaminya karena wajahnya memang sangat mirip dengan Dean.Kedua orang tua Mirela saling pandang dan merasa cemas. Alangkah sialnya, apakah putri mereka akan tertipu lagi?Dean seg
Mirela memacu mobilnya hingga ke luar kota ke sebuah hotel di kaki bukit yang sejuk dan indah. Dia lalu turun dari mobilnya dan memandang berkeliling.'Sepertinya ini tempat yang lumayan untuk dijadikan tempat menyepi, tidak hanya tempatnya yang tenang dan jauh dari kebisingan, tapi hawanya juga sejuk menyegarkan,' pikir Mirela sambil memasuki loby hotel."Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis hotel ramah."Apakah masih ada kamar tersisa?" tanya Mirela ragu.Hotel ini sangat bagus, dari segi letak lokasi dan bangunan juga sangat oke, Mirela merasa tidak yakin masih memiliki kesempatan untuk menempati kamar di salah satu kamar hotel yang dia datangi ini."Masih ada kamar tersisa tapi itu di kamar vip, apakah kakak berminat?"tanya resepsionis itu ramah.Dia melihat gadis di hadapannya sekarang memiliki penampilan oke dan berkelas, sepertinya tidak akan bermasalah jika menawarkan sisa kamar vip kosong berharga lumayan tinggi yang tinggal satu-satunya di hotel mereka.Mirela mengiy
Dean mengerutkan kening setelah bolak balik menelepon Mirela masih juga tidak di angkat oleh istrinya tersebut.Dengan penasaran dia terus mengulang panggilan teleponnya ke ponsel Mirela. Dean tahu istrinya itu masih marah dan terkejut. Dirinya sendiri merasa kaget mendapati kenyataan kalau dirinya telah memiliki anak berusia balita. Padahal dia sama sekali tidak pernah berhubungan intim dengan wanita manapun."Halo?" sapa Mirela ragu.Walau enggan akhirnya dia memutuskan untuk menerima telepon dari pria yang sudah resmi menjadi suaminya dan membohonginya itu."Sayang, di mana kamu?" tanya Dean lembut." ... "Mirela hanya diam, tidak tahu harus menjawab apa, dia tidak ingin Dean datang ke hotel tempatnya menginap di saat dia sedang enggan untuk menemuinya."Baiklah, kalau kamu merasa berat untuk mengatakan di mana kamu, tidak apa, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku akan menyelesaikan masalah ini secepatnya, aku janji.""Aku tidak peduli!""Tapi aku peduli, aku sendiri merasa bingun
Mirela merasa segar sekali ketika bangun di pagi hari. Hotel ini benar-benar nyaman dan pelayanannya pun ramah. Mirela jadi betah tinggal di sini dan berencana ingin menambah hari jika masa menginapnya di hotel ini habis.Dia membersihkan diri sebelum turun ke ruang makan untuk sarapan pagi. Mirela berdecak kagum melihat makanan pagi ini, itu lebih beraneka ragam dan terlihat lezat. Di ujung meja tampak seorang pelayan berjaga sambil tersenyum menyodorkan piring kepada Mirela. Dia mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.Mirela mulai mengambil makanan yang dia suka, tapi dalam porsi yang sangat sedikit, membuat pelayan hotel itu merasa tidak enak. Mengapa istri bos makannya sedikit sekali? Apakah makanan yang mereka hidangkan kurang lezat? Sepertinya dia harus melaporkan hal ini pada atasannya."Maaf, apakah masakan hari tidak baik?" tanya pelayan hotel ramah."Ini sangat baik," jawab Mirela sambil tersenyum. "Hanya saja ketika sarapan aku tidak terbiasa makan banyak," lanjutnya."
Dean meneliti kembali wajah Sinta yang sudah memiliki banyak perubahan dari gaya berdandan yang alami menjadi menor dan seksi seperti sekarang ini.Sinta sendiri tampak acuh tak acuh menghadapi sikap sarkasme Dean. Dia tahu saat ini ada banyak perubahan yang terjadi pada dirinya yang membuat Dean merasa tidak yakin kalau dia adalah Sinta yang dulu dikenalnya.Namun, Sinta tidak peduli, bagaimanapun Dean tidak akan dapat menolak kemiripan putranya dengan dirinya sendiri. Jadi Sinta merasa yakin kalau Dean tidak akan menolak untuk menerima putranya. Jika putranya diterima maka otomatis dia sebagai ibunya juga harus ikut mendampingi. Sinta tidak keberatan menjadi istri ke dua Dean.Sayangnya Sinta tidak mengerti bahwa tidak semua wanita mau menerima wanita lain di dalam biduk rumah tangganya. Tidak semua wanita juga mau berbagi suami dengan wanita lain sebagaimana dirinya yang bersedia menjadi istri ke dua Dean."Jadi apa mau kamu sekarang?" tanya Dean ingin tahu."Apakah kamu mau meneri
Sinta tersenyum sinis mendengar perkataan Dean. Dia sangat percaya kalau Dean bisa melakukan apa saja pada orang-orang yang berusaha menghalangi jalannya untuk memiliki Mirela. Apa yang terjadi pada Rengga juga telah di dengar oleh Sinta. Namun, Sinta mengetahui titik lemah Dean, selama Mirela sendiri yang menyetujui Sinta menjadi istri ke dua Dean, Sinta yakin Dean pasti tidak akan menolak lagi untuk menikahi dirinya."Jika kamu ingin anak itu aku yang mengurus aku akan mengurusnya, tapi aku tidak akan mengikuti keinginanmu untuk menikah denganku atau menjadi istri keduaku!" kata Dean tegas.Sedikitpun Dean tidak ingin membuat kesalahan dalam membangun mahligai rumah tangganya bersama Mirela. Dean mendapatkan Mirela dengan susah payah setelah sekian lama mengincarnya, jadi wajar kalau Dean tidak ingin diganggu oleh siapapun atau apapun yang dapat merusak hubungannya dengan Mirela."Bagaimana kalau Mirela menyetujui?" tanya Sinta penuh harap."Sekalipun dia menyetujui, aku tetap tida