Share

BAB 2

Author: Rainina
last update Last Updated: 2025-09-12 11:01:42

Sophie memandangi dokumen yang berada di tangannya secara berulang-ulang. Setelah pria yang diperkenalkan oleh dokter tadi sebagai suaminya pergi, seorang pria bernama Kevin, asisten pribadi Lucas, datang dan menunjukkan dokumen pernikahan Sophie dan Lucas pada dirinya.

Lucas Campbell, nama yang sebenarnya tidak asing bagi Sophie yang sudah lama ikut terlibat dalam bisnis kedua orang tuanya. Tapi bahkan pria itu tidak mau repot-repot memperkenalkan dirinya secara lengkap dan membiarkan Sophie mengetahui nama lengkapnya dari secarik kertas.

“Nona dan tuan Campbell menikah dua tahun yang lalu, dengan persetujuan keluarga anda.”

Ucapan Kevin tadi sebelum meninggalkan Sophie kembali berputar di kepalanya. Tangan Sophie masih menggenggam dokumen di tangannya dengan terguncang. Matanya bergerak liar, seolah tulisan di sana bisa berubah jika ia membacanya lagi.

Bagaimana mungkin keluarganya membiarkan Sophie menikah dalam keadaan koma? Orang tuanya tidak mungkin tega melakukan hal seperti itu padanya!

Sophie menurunkan dokumen di tangannya, menatap perawat yang sedang sibuk menyusun sesuatu di atas meja yang terletak tidak jauh dari tempat tidurnya.

“Apa kalian benar-benar sudah menghubungi keluargaku?” 

Sophie kembali bertanya untuk kesekian kalinya. Ia sudah begitu lelah menunggu, ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, tapi bahkan setelah hampir enam jam berlalu, orang tuanya masih belum juga terlihat.

Ada keheningan yang cukup lama setelahnya, kedua perawat yang berada di kamarnya saling bertatapan untuk sesaat, sebelum senyuman tipis yang terasa mencurigakan muncul di wajah mereka.

“Ah… iya.” salah satu diantara mereka akhirnya membuka suaranya. “Mereka bilang mereka akan tiba sebentar lagi.”

Belum sempat Sophie membuka mulutnya untuk kembali bertanya, kedua perawat itu sudah bergerak untuk meninggalkan kamarnya.

“Apa orang keluarganya benar berkata begitu?”

Walau samar-samar, Sophie masih bisa mendengar obrolan kedua perawat yang masih berada di depan pintu kamarnya. Sophie melirik ke arah pintu, berusaha mendengar lebih lanjut obrolan kedua perawat itu.

“Tidak mungkin, kan?” suara jawaban membuat kening Sophie mengernyit karena kaget. “Mana mungkin mereka sudi menjenguknya, aku hanya memberikannya sedikit hiburan.”

Tawa mereka berdua mendadak terdengar begitu nyaring di telinga Sophie, dengan jelas menertawakan ketidaktahuannya.

=

Saat akhirnya kedua orang tuanya datang menjenguknya, Sophie menghela nafas lega. Perkataan dua orang perawat sebelumnya telah membuat Sophie melewati jam demi jam dengan perasaan gelisah.

“Ayah… Ibu…” Sophie mengulurkan tangannya, berusaha meraih kedua orang tuanya dalam pelukannya.

Tapi nihil. Tidak ada satupun dari kedua orang tuanya yang berjalan menyambutnya. Mereka hanya berdiri di tempatnya, cukup jauh untuk dijangkau oleh Sophie yang masih belum mampu berjalan sendiri.

Saat Sophie melihat senyuman yang muncul di wajah kedua orang tuanya, dia bisa merasakan dadanya berdetak dengan kencang. Sophie sangat mengenal senyuman itu.

Itu adalah senyuman kaku yang biasa ditunjukkan di ruang rapat dengan para kolega maupun di makan malam bisnis. Bukan sesuatu yang akan ditunjukkan oleh orang tua yang lega karena anaknya baru saja bangun dari koma yang panjang.

“Kelihatannya kamu baik-baik saja,” ujar ibunya, suaranya terdengar datar.

“Ya, sepertinya kita khawatir terlalu berlebihan. Kalau hanya seperti ini, harusnya kamu bisa melewatinya sendiri kan, Sophie?” kata ayahnya sambil meletakkan tangannya di bahu Sophie, tapi tak ada kehangatan dalam gesturnya.

Sophie mengangguk pelan, mencoba menenangkan diri, tapi hatinya masih dipenuhi pertanyaan yang terus menekan. Ia ingin bertanya soal Lucas dan pernikahannya yang terdengar begitu absurd dan tak masuk akal.

Tapi belum sempat Sophie membuka mulutnya, orang tuanya sudah hendak beranjak.

“Kami harus segera pergi. Kami sudah berjanji untuk menemui Matthew,” kata ibunya tiba-tiba, menyebut nama sepupu yang sudah lama tidak ia dengar.

“Matthew…?” ulang Sophie.

“Dia sedang dirawat karena tubuhnya drop, terlalu lelah bekerja,” jelas ayahnya, ada rasa bangga yang terasa salah tempat di sana.

“Dia ditunjuk secara terburu-buru, tapi tetap berusaha memberikan yang terbaik, bukankah dia sangat mengesankan?” Ibunya tersenyum, senyuman yang jauh lebih tulus dari yang ia berikan pada Sophie sebelumnya.

Sophie menelan ludah. “Apa…” ia bertanya, tapi tak sanggup melanjutkan.

Ayahnya mengangguk, masih dengan sorot bangga. “Ya, dia sudah menjadi CEO Elman Corp, perusahaan kita.”

Jantung Sophie seolah berhenti berdetak.

Posisi sebagai CEO Elman Corp. itu, bukankah seharusnya untuknya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 105

    Sophie terpaku sejenak, kenapa seorang wanita menghubungi Lucas tengah malam seperti ini? dan kenapa ia begitu gencar menelpon hingga puluhan panggilan tak terjawab?Dan kenapa… wanita itu terdengar begitu terkejut saat ia mendengar suara Sophie?“Halo?” suara itu terdengar kembali, sejujurnya Sophie tidak bermaksud, tapi karena ia begitu terkejut, tangan Sophie tidak sengaja menekan tombol merah yang berada di layar. Membuat panggilan itu terputus begitu saja.Tapi hanya dalam beberapa detik, layar ponsel Lucas kembali menyala. Lagi-lagi nomor itu kembali menghubungi.Sophie ingin kembali menjawab telepon itu, tapi tiba-tiba saja Lucas sudah keluar dari Walk in Closet dan berjalan ke tempat tidur.“Kenapa kamu belum tidur?” tanyanya. “Bukannya tadi kamu bilang kamu lelah?”Sophie tidak menjawab, tapi ia mengarahkan ponsel yang berada di tangannya ke arah Lucas. Lucas yang akhirnya menyadari bahwa yang berada di tangan Sophie adalah ponselnya mengerutkan kening. Mencoba melihat siapa

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 104

    “Ayo bicara.”Sophie tertegun saat mendengar perkataan Lucas. Tidak, sebenarnya yang membuatnya tertegun adalah fakta bahwa Lucas benar-benar masih menunggu dirinya. Padahal Sophie sudah sangat sengaja berlama-lama di kamar mandi.“Tidak mau.” ucapnya cepat saat Sophie berhasil mengendalikan emosi di wajahnya. Sophie berniat berjalan menjauh dan melewati Lucas.Tapi sebelum Sophie berhasil, tangan Lucas sudah mendarat di pinggangnya. Pria itu menariknya ke belakang, hingga membuat punggung Sophie beradu dengan dadanya.“Lucas!” Sophie protes tidak terima dan mencoba melepaskan tangan pria itu dari pinggangnya. Tapi Lucas sama sekali tidak membiarkannya dan justru semakin memegangnya dengan erat.Pria itu tersenyum saat melihat wajah kesal Sophie. “Kamu kan marah aku tidak menyentuhmu. Kenapa sekarang kamu masih marah?”“Bukan itu poinnya!”“Kalau begitu jelaskan poinnya padaku. Kita punya banyak waktu. Aku sudah menghitungnya, harusnya hari ini kita bisa melakukan yang kita mau.” bisi

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 103

    Lucas menjauhkah wajahnya dari Sophie, tangannya masih memegang bahu istrinya itu. Tapi wajahnya yang menatap Sophie terlihat begitu kebingungan.“Apa?” tanyanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tapi tangan Sophie yang masih berada tidak jauh dari wajahnya seolah menegaskan bahwa itu bukan hanya pikirannya saja.“Tidak mau.” ucap Sophie lagi, menegaskan kembali apa yang baru saja ia katakan.Mulut Lucas terbuka, seperti ingin mengatakan sesuatu, hanya untuk dia tutup lagi. Pria itu benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.Tapi Sophie tidak ingin memberikan kesempatan bagi Lucas untuk berpikir, ia membuka pintu kamar mandi dan…BLAM!Ia membanting pintu tepat di hadapan wah Lucas yang masih terperangah.Lucas berdiri mematung di depan pintu kayu yang kini tertutup rapat. Hidungnya nyaris bersentuhan dengan permukaan pintu itu saking cepatnya Sophie membantingnya.Ditolak?Dia? Lucas Campbell? Ditolak oleh istrinya sendiri, tepat saat suasana sedang sedang menduku

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 102

    Sophie masuk ke ruang sidang itu dengan nafas yang terasa begitu berat. Tangannya menggenggam lengan Lucas dengan begitu erat, Sophie bahkan yakin ia bisa saja meninggalkan tanda di lengan suaminya itu.“Ingat perkataanku Sophie.” Lucas berkata, memahami apa yang dirasakan oleh Sophie saat ini. “Katakan kalau kamu tidak nyaman dan kita akan pergi saat itu juga.”Sophie mengangguk. Tapi bahkan walau ia tahu Lucas akan selalu berada di sampingnya, Sophie tidak bisa menghilangkan rasa takut dan memori buruk yang tetap menghantuinya.Sophie melihat sekeliling, menyapu sekeliling ruangan. Sebuah keputusan yang buruk, karena detik berikutnya tatapannya justru jatuh pada Ryan yang juga sedang melihat ke arahnya.“Sophie!” panggilnya, suara Ryan sedikit parau. Sophie berniat untuk mengabaikan panggilan dari pria itu, tapi Ryan berdiri dengan cepat dari tempat duduknya.Ingatan pada hari terakhir pertemuan mereka di tempat parkir apartemen milik Maya menghantam Sophie. Bagaimana pria itu menco

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 101

    Sophie meremas tangannya sendiri dengan kuat. Sekarang saja mereka sibuk ingin bertemu dengannya?Kemana mereka saat ia masih terbaring di ranjang rumah sakit? Atau saat Sophie direndahkan di pesta keluarga mereka sendiri.“Katakan kalau aku tidak ingin bertemu dengan mereka.” ucap Sophie. Ia berusaha untuk terdengar tegas, walau sebenarnya dadanya berdetak kencang karena informasi yang diberikan oleh pelayan itu.“Apa anda yakin, Nyonya?” tanya pelayan itu lagi.“Ya.” Sophie akhirnya bangkit dari tempat duduknya, berniat menjauh dari pelayan itu sebelum ia mendengar satu pertanyaan lagi yang bisa membuatnya goyah. “Minta mereka mengingat apa yang mereka janjikan pada Lucas.”Sophie berjalan beberapa langkah sebelum akhirnya kembali membaikkan tubuhnya. “Katakan juga pada mereka jika mereka datang kemari lagi, aku akan mengatakannya pada Lucas. Dan Lucas akan membuat mereka membayar karena melanggar perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.”Pelayan itu akhirnya membungkuk dan terburu-

  • Usai Tidur Panjang, Aku Menjadi Istrinya   BAB 100

    Jari-jari Sophie gemetar saat meraih ponsel itu dari tangan Lucas. Tulisan Ayah yang muncul di layarnya membuat dada Sophie berdenyut, antara kerinduan yang coba ditahan wanita itu sembunyukan dan kemarahan yang terus mencoba meledak.Lucas mengamati reaksi Sophie tanpa berkata apa pun, memberi ruang bagi istrinya untuk berpikir sejenak.“Sudah ada puluhan panggilan tak terjawab, dan beberapa pesan singkat,” ujar Lucas akhirnya setelah menunggu beberapa lama. “Sejak semalam, setelah Kevin memberikan laporan itu pada mereka.”Sophie menelan ludah, ragu untuk bertanya. “Apa isi pesannya?” Sophie bahkan tidak tahu apakah dia benar-benar ingin tahu atau tidak.“Aku belum membukanya. Itu hakmu, bukan aku,” jawab Lucas. Ia mengangkat bahunya pelan. “Tapi aku bisa membayangkan isinya. Penyesalan, permintaan maaf, dan mungkin… pengakuan bahwa mereka salah mempercayai rumor tentangmu selama bertahun-tahun.”Air mata Sophie mulai menggenang, tapi bukan karena perasaan haru. Tapi karena bayangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status