“Gimana dapat restu? Mama kamu saja menentang hubungan kita.”“Kamu tahu dari mana, Sayang?”“Mama kamu ngomong langsung ke aku,” ungkap Sandra yang seketika membuat Vino kaget.“Saat kalian ngobrol di ruang makan?”Sandra pun menganggukkan kepala dengan tatapan mata sedih sekaligus terpukul. Wanita ini benar-benar terpukul di awal perjumpaan dengan keluarga kekasihnya. Vino dengan mudah bisa menebaknya. Vino pikir itu adalah hal paling ceroboh yang dilakukan oleh mamanya. Vino segera merangkul Sandra lalu mengusap bekas air matany“Emang Nyonya Gustav tahu semua tentang aku?” tanya Sandra sesengukan.“Abang gak pernah cerita apa pun ke keluarga, kecuali hanya mau kenalin kamu ke mereka. Itu saja.”Sandra seketika mendongak lalu menatap kedua bola mata Vino. Ada kejujuran di sana.“Bukan salah kamu. Ini semua salah Abang. Cinta Abang ke kamu sudah gak bisa ditahan lagi. Kamu harus jadi milik Abang. Itu yang membuat Mami marah,” jelas Vino.“Salahnya di mana? Kita saling mencinta dan j
“Vin, besok pagi datang jam 9. Kita ditunggu penyidik,” ucap Ny. Hanggara.“Baik, Nyonya. Saya pasang alarm kalo gitu,” balas Vino.“Kalo gak pake alarm, biasa bangun jam berapa Bang?” tanya Sandra menggoda. Padahal selama mereka intim, sering kali mereka chat dan menelepon hingga pagi. Vino selalu datang selalu pagi hari di saat Sandra masih lelap. Sandra selalu penasaran dengan jadwal tidur Vino. Oleh karena setiap dia butuh teman curhat, kekasihnya ini selalu siap siaga.Vino paham sedang digoda oleh kekasihnya tersebut. Pria tampan bermata unik tersebut melemparkan senyum manis ke arah si wanita.“Abang akan siap siaga 24 jam untukmu, Cantik,” ucap Vino sembari mengerlingkan mata.Tentu saja ulah genit Vino barusan seketika membuat Sandra blingsatan. Dia tak mau mamanya mengetahui tentang kisah kasih mereka.“Udah, ah. Abang buruan pulang dan segera tidur,” ucap Sandra sembari mendorong membalikkan badan Vino ke arah pintu. Namun, badan si pria menolaknya.“Bentar, Sayang. Abang
“Yang barusan apa, Sayang?” tanya Ny. Hanggara dengan masih menyisakan keterkejutan.“Gak tau, Ma. Tapi rasanya kayak daging busuk dan terbukti, asapnya beraroma sama,” jawab Sandra setelah mereka duduk di ruang makan.“Siapa yang kasih tahu kamu? Bisa-bisanya langsung dibakar.” Ny.Hanggara sangat takjub dengan tindakan cekatan putrinya.“Gerakan refleks saja, Ma.”“Sewaktu kamu di kamar. Mama dengar panggil Abang. Vino?” tanya Ny. Hanggara dengan tatapan mata.Sandra seketika kaget mendengar ucapan dari mamanya. Dia harus segera memberi jawaban yang tepat. Dia belum siap jika harus jujur kepada Ny. Hanggara mengenai hubungannya dengan Vino.“Sandra gak sadar, Mas. Mikirnya, Bang Sandra masih di ruang tamu. Oh, ya. Bik Sumi sudah datang?” tanya wanita muda ini yang mulai curiga dengan gerak-gerik si ART.“Tadi sebelum matiin lampu, Bik Sumi sempat telepon. Dia ketemu teman sekampung. Diajakin nginap di rumah temannya,” balas Ny. Hanggara.Entah mengapa, Sandra tak percaya dengan alas
Dalam pikiran Ny. Hanggara, si ART dalam keadaan terluka parah dan harus segera ditangani oleh dokter. Salah satu tenaga medis dengan raut wajah tak kalah panik, segera menjawab,”Pasien hilang, Bu.”“Hilang gimana?” tanya Ny.Hanggara dengan nada tak terima.Sementara itu, Vino hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan tenaga medis. Sandra melirik ke arah Vino lalu mengernyitkan kening.“Abang sudah tahu pelakunya,” bisik Vino ke telinga Sandra.“Siapa?” tanya Sandra jadi penasaran.“Nanti Abang kasih lihat.”“Serius?” tanya Sandra dengan ekspresi tak percaya.Dia paham dengan ucapan Vino barusan yang berarti mereka akan mengunjungi dunia lain. Menurutnya jelas tak mungkin bisa dilakukan karena di samping hari menjelang pagi dan posisi Ny.Hanggara tak ada teman.“Bisa diatur ....” Ucapan Vino belum selesai sudah terpotong oleh kedatangan Ny. Hanggara.“Bik Sumi hilang dalam ambulans.” Wanita separuh baya ini dengan ekspresi panik.“Biar saya yang cari, Nyonya. Sekarang, saya sarankan saj
“Tubuh Bik Sumi sedang dikuasai jiwa lain, Nyonya,” jawab Vino.“Ini yang dimaksud Sandra tadi. Saya disuruh hati-hati terhadap Bik Sumi. Tapi, begitu si bibik ilang, dia nangis. Coba jelaskan secara detail, Vin!”Sandra segera melotot ke arah Vino lewat kaca spion. Wanita muda ini tak ingin mamanya lebih syok begitu tahu kenyataan tentang ART mereka. Biar dirinya dan Vino yang mengatasi soal Bik Sumi. Sudah cukup banyak persoalan yang membebani Ny. Hanggara.“Nanti saja, Nyonya. Saat sampe apartemen,” balas Vino demi memenuhi keinginan Sandra.Si wanita muda pun tersenyum mendengar omongan kekasihnya. Sesaat setelahnya, Ny. Hanggara telah sibuk menerima telepon dari pihak penyidik.“Baik, Pak. Saya akan segera ke sana.”Wanita berumur setengah abad tersebut tampak tertegun setelah mengakhiri hubungan telepon. Kedua mata Ny. Hanggara berkaca-kaca.“Ma, ada kabar apa?” tanya Sandra sambil menggenggam tangan kanan Ny. Hanggara yang terasa dingin.Wanita separuh baya tersebut menoleh ke
“Mama asyik mainan hape. Lupa jalan pulang, deh,” balas Sandra dengan bercanda demi mencairkan suasana.Vino tersenyum lebar tampak dari pantulan kaca spion. Dia lega, Sandra telah membantunya untuk menepiskan kecurigaan Ny. Hanggara. Dia merasa salut juga dengan kecerdasan daya tanggap Sandra terhadap sekeliling.Kesehatan metal Sandra telah sembuh 100 %. Vino sangat bahagia karenanya. Tak sia-sia usahanya untuk mengajak kekasihnya berendam di sungai keabadian. Vino cekatan turun dari mobil lalu buru-buru membuka pintu penumpang.“Maaf, Nyonya dan Nona. Kita harus buru-buru masuk. Ada yang ngikuti kita,” jelas Vino yang segera dipahami oleh Sandra.“Aku dan Mama bisa masuk sendiri. Abang buruan kejar orang itu saja,” ucap Sandra yang segera turun diikuti oleh Ny. Hanggara.“Benar kata Sandra. Lebih baik kamu kejar orang itu,” sahut Ny. Hanggara dengan raut wajah cemas.Wanita tersebut tak ingin mengalami nasib serupa dengan Bik Sumi. Dia memikirkan Sandra yang beberapa kali dijadika
“Tolooong! Tolooong!” Dari kejauhan terdengar suara pria berlari sedang ketakutan. Alexander dan Vino bersamaan berubah wujud menjadi manusia kembali. Mereka tahu persis bahwa pria ini adalah manusia. Mereka tak ingin membuatnya lebih ketakutan dengan penampakan asli keduanya.“Tolooong saya!” teriak seorang pria separuh baya dan Vino segera mengenalinya.Pria ini bertubuh sangat kurus dengan pakaian kumal. Kulitnya lebih gelap tak seperti terakhir mereka bertemu.“Tuan Hanggara!” pekik Vino yang langsung menyongsong kedatangan pria tersebut.“Jangan sembarangan nolongin!” Alexander berusaha memperingatkan Vino.“Kenapa?”“Dia telah ditarget Tuan Alfonso,” jawab Alexander yang segera berlalu.Dia terbang menuju puncak pohon pinus tertinggi. Dari ketinggian tersebut, pria yang di dunia nyata berprofesi kepala polisi melihat sekolompok pasukan serigala yang dipimpin oleh Derick sedang ke arah mereka.Dia pun segera memberi tanda akan kehadiran pasukan serigala kepada Vino. Sebuah ranti
Vino mengelilingi wilayah kekuasaan Tuan Alfonso. Tiba-tiba dirinya melihat penampakan Alice yang berlari di antara pepohonan pinus.Apa yang dilakukan Alice di sini?Dia telah berubah jadi kelompok serigala?Di mana Papi dan Mami?Vino segera mengirimkan kabar kepada kedua orang tuanya lewat telepati. Dia berdiam di atas pohon pinus tertinggi sambil menunggu respon orang tuanya. Sementara itu, kedua mata sibuk mengawasi pergerakan Alice yang sedang menuju air terjun. Dia tak ingin memanggil kakaknya demi tak terlacak.“Ya, Vino. Ada apa?” Terdengar suara Nyonya Gustav lewat telepati.“Ngapain Kak Alice ke wilayah serigala?”“Bukannya kamu yang minta ke sana?”“Vino gak ada ke sana. Lagian siapa kasih kabar itu?“Kata Alice itu pembantu Sandra.”“Kalian ketemu langsung sama Bik Sumi?”“Iya, dong. Wanita itu kemari.“Kalian gak berpikir kalo itu aneh. Bisa-bisanya bangsa manusia berkeliaran di area bangsa kita?”“Vin ...Vino!”Vino teramat kesal dengan perilaku keluarganya yang asal-as