Home / Fantasi / VAMPIRES UNITED / 6. Ketegangan di Akhir Malam

Share

6. Ketegangan di Akhir Malam

Author: Joko D Mukti
last update Last Updated: 2021-07-09 10:48:41

Rastri menyumpah panjang pendek untuk sesaat. Jantungnya seakan berhenti sedetik, dan koran yang berada di genggamannya nyaris terlepas. Matanya menangkap sosok redaksi bahasa baru itu tiba-tiba muncul di belakangnya. Rastri terdiam menenangkan dirinya. 

“Brengsek, kau membuatku kaget,” omelnya. Lalu tanpa banyak berkata lagi Rastri berbalik beranjak pergi. Sam mengikutinya tanpa suara. Di ambang pintu ke bagian pra-cetak Rastri berhenti. Tatapannya keras dan menolak.

“Mengapa kau mengikutiku?” tegurnya panas.

“Kau puas beritamu telah dimuat?” ulang Sam.

“Apa maksudmu?”

“Kau akan mendapat masalah karena berita itu.” 

Rastri melipat koran di tangannya, lantas mengepitnya di ketiak. Sikapnya tak peduli. Ada seringai masam di wajahnya yang dingin, tapi ia berhasil menghapusnya dengan bersikap sinis. 

“Jangan takut. Kau tak akan kehilangan pekerjaanmu,” sentak Rastri.

“Kau akan mendapat masalah kalau berita itu tidak benar.”

Rastri menatap sepasang mata yang menatapnya lurus. Mendadak ia sadar—berkebalikan dengan penampilannya yang pendiam dan menarik diri—orang baru itu memiliki sepasang mata yang membuatnya ngeri. Rastri menunduk. Dan ia benci telah menunduk di hadapan orang baru yang selalu membuatnya gelisah dalam tiga bulan ini. Orang baru itu lebih mengkhawatirkan kebenaran beritanya. Siapakah orang baru itu? Apakah ia orang seperti dirinya? Lalu mengapa ia selalu membuat perasaannya tidak enak? Perasaan aneh memualkan seperti perasaan yang menghunjam hatinya saat...

“Kau pikir wartawan seperti apa aku? Tentu saja aku tidak mengarang beritaku!” bentak Rastri sengit.

Sam tersenyum, namun Rastri tak melihat keramahan di situ. Ia ingin meneliti sekali lagi mata yang menatapnya. Alih-alih melakukannya Rastri bergegas pergi dan menerabas langsung ke pintu keluar. Di halaman yang gelap dan dingin, ia menoleh dan sesaat dadanya kembali berdebar kencang melihat Sam masih mengikutinya.

“Mengapa kau mengikutiku?” 

“Kau begitu yakin dengan beritamu?”

“Aku yakin seratus persen!” serunya seperti ledakan marah. Sambil mengatakan itu Rastri berlari kecil ke halaman depan, menuju gerbang depan yang terang di mana sejumlah satpam duduk dengan muka berminyak yang letih dengan rokok menyala di tangan mereka. Sam mereka-reka sesuatu yang ada di balik emosi kata-kata Rastri. Putus asa? Marah? Tertekan?

Tepat tengah malam. 

Nanar Sam menatap ke langit. Jadi benar vampir telah menjadi gangguan kembali? Sam bertanya-tanya bagaimana Rastri akan pulang. Jika ia merasa yakin akan beritanya ia seharusnya tidak akan ceroboh pulang sendirian. Pada jam selarut ini tak ada kendaraan umum kecuali omprengan yang sesekali muncul. Apakah seseorang menjemputnya? Dengan langkah tak tergesa Sam menyusul. Bukankah ia juga harus pulang? 

Mata Rastri nanar melihat Sam muncul dari balik gerbang. Ketika tahu Sam menatapnya, ia melengos. Langkah malas Sam yang seolah ia memiliki semua waktu di dunia ini menjengkelkannya. Rastri cepat berpaling dan memencet tombol ponselnya. Tak ada jawaban. 

Jalan cukup lengang. Tetapi ketika Sam sampai di sebelah Rastri mendadak terdengar suara raungan sekelompok sepeda motor dari kejauhan. Asap menghantam hidung Sam ketika lima orang berkendaraan sepeda motor itu berhenti mendadak di depan Rastri. 

“Brandal bising ini menjemputmu?” tanya Sam heran. Tanpa menoleh Rastri melompat ke belakang pengendara terdepan. Wajah-wajah yang menatap Sam keras dan garang. 

“Apakah orang ini mengganggumu, Rastri?” setengah menoleh si pengendara motor bertanya. Wajah tirus yang dibingkai rambut gondrong itu didominasi oleh dua pasang mata yang lebar dan tajam, serta sebuah mulut berbibir hitam tipis yang tampak agak feminin untuk lelaki segarang itu. 

“Tidak, hanya ....”

“Gue ingin gue tidak lagi melihat lo ketika menjemput Rastri besok!” sembur si gondrong pengendara sepeda motor itu langsung kepada Sam. 

“Para penjemputmu sangat mengesankan, Rastri. Sangat ramah!” tukas Sam berusaha mengalahkan bunyi derum motor. Si gondrong melompat dan dalam gerakan yang gesit penuh kemarahan ia berhasil mencengkeram baju Sam. Sam mundur tanpa berusaha melepaskan diri. Dan ini semakin meningkatkan kemurkaan si pengendara itu. Ia membanting Sam ke samping. 

Matanya terbelalak. 

Sam sama sekali tak bergerak seperti pilar beton baja. Mereka berdua berdiri berhadapan sesaat. Sam menatap penyerangnya tenang, sementara pengendara motor itu memegangi baju Sam dengan marah bercampur jengah. Situasinya nyaris menggelikan. Para pengendara sepeda motor menatap mereka dengan bingung sebelum penyerang Sam berteriak sebal dan melepaskan Sam dengan kasar.

“Kau sudah selesai melampiaskan marahmu, gondrong?” tanya Sam tanpa nada humor. Penyerangnya telah meloncat kembali ke atas sadel, di belakangnya Rastri menatap Sam dengan pandangan heran.

Jawaban yang Sam terima derum yang lebih memekakkan telinga dan asap yang menyembur lebih banyak dari lima sepeda motor itu. Hantu-hantu penasaran akan bangun jika mereka terus membuat kebisingan dan berulah seperti itu. 

Setelah menatap dingin ke arah Sam, mereka pergi meninggalkan Sam sendirian di kota yang mulai sunyi. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • VAMPIRES UNITED   50. Permintaan Sam

    Sonia bangun terkejut. Sedetik dua detik ia meraup kesadarannya kembali dengan menghela napas panjang. Dan tahulah ia suara apa yang ia dengar dalam ketidaksadarannya sebelumnya. Pintu ruang kesehatan telah terbuka dan angin panas yang menerobos dari luar mengibas-kibaskannya, membentur dinding, dan menjatuhkan benda-benda. Rastri tidak ada lagi di sebelahnya.Sonia menyentuh pipinya. Basah. Jadi ia benar-benar menangis seperti dalam mimpinya. Mimpi yang aneh dan ganjil di siang hari. Apa yang ditangisinya? Dalam mimpinya? Ah, ya. Ia bermimpi Sam mendatanginya. Semuanya gelap. Ia merasa tersesat. Ia gembira Sam dating. Namun Sam sama sekali tak menyapa. Ia hanya lewat dan pergi. Dan ia menangis. Karena entah kenapa ia merasa begitu sendirian dan terasing. Mendadak semua masalah dan kesulitannya hadir kembali di benak Sonia. Gadis itu tersenyum masam, dan menapakkan kakinya yang telanjang ke lantai. Son

  • VAMPIRES UNITED   49. Perbincangan Letih

    Rastri dan Sonia terpaksa harus tiduran di ruang kesehatan kantor setelah menyelesaikan tugas harian mereka. Matahari sudah terasa panas pada jam 10.30 saat itu. Pendingin ruangan hanya mampu memberikan kesejukan yang membuat kulit mereka terasa kering dan sangat tidak nyaman, karena keletihan yang mereka derita seakan tersekap di dalam tubuh dan tak mau keluar. Kini mulai terasa betapa letih dan pedih mata mereka, akan tetapi berkebalikan dengan keinginan hati mereka kedua pasang mata mereka tak juga mau dipejamkan. Dalam desahan ke sekian akhirnya Sonia menyadari keluhan tak akan menghilangkan keletihan yang menguasai sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa melayang, seakan tak mau berkoordinasi dengan bagian tubuh lainnya. Ia berusaha memejam. Namun suara-suara kesibukan di luar tak juga mampu ia kesampingkan. Napasnya terasa berat, dan gendang telinganya berdenging dan terasa seakan sebuah benda padat menggumpal di sana.Sonia terlentang dan mengatur napasnya

  • VAMPIRES UNITED   48. Undangan Pembasmi

    Tak ada siapa-siapa di ruang belakang yang porak poranda. Separuh pintu gudang tergeletak dengan palang-palang yang terpelanting beberapa meter. Mereka segera membuka dua pintu keluar dan empat jendela kecil di bagian belakang rumah. Cahaya yang memasuki ruang di situ belum sepenuhnya berhasil menerangi setiap sudut rumah, namun mereka mampu melihat ceceran debu-debu vampir dari ujung ke ujung. Tak ada barang yang masih tetap tinggal di tempatnya. Semua terserak, setengah terbakar, setengah hancur atau seluruhnya, menjauh dari tempatnya semula, seolah telah terjadi gempa hebat di tempat itu. Ada kelegaan dan kecemasan sekaligus saat Rastri mengetahui tak ada Sam di situ. Rastri mengerling ke arah Sonia. Yang dipandang menunduk. Ketika menyadari ia sedang berdiri di atas debu vampir, Sonia menjauh dengan langkah hati-hati. Svida menyentuh hampir semua benda dan permukaan tembok dengan ujung celuritnya seakan dengan perbuatannya itu

  • VAMPIRES UNITED   47. Senyap Setelah Pertempuran

    Ketika Svida tiba vampir-vampir telah pergi. Svida menggedor pintu depan sebelum dibukakan, dan mereka semua terheran-heran menyaksikan tak ada vampir yang menghadang. Tak ada vampir yang tersisa. Sonia bersama Rastri mengawasi sekitar rumah dan cahaya terang dari sebelah timur menyadarkan mereka semua.Fajar menyingsing Itulah kenapa.Svida menyisir setiap sudut dan menjelajahi setiap titik di seputar rumah Rastri. Lalu dengan ketelitian yang mengagumkan mereka menyibak setiap semak dan memeriksa setiap celah. Nihil. Matahari mulai muncul ketika Sonia berkacak pinggang dengan celurit masih tergenggam di tangan kanannya. Ini semua keajaiban. Mereka semua selamat. Semalaman mereka begitu sibuk bertempur sehingga tak menyadari waktu berjalan. Dan kini hari hampir pagi. Mereka diselamatkan oleh matahari. Mereka mengitari rumah dan mendapati ceceran debu-debu di sana

  • VAMPIRES UNITED   46. Hidup dan Mati

    Sonia mendengar kebisingan memuncak dengan suara pintu hancur di belakang rumah. Isak tangisnya berhenti. Dengan air mata masih bercucuran, ia fokus kepada suara-suara pertempuran di lorong di bagian belakang rumah. Pintu gudang itu telah terjeblak terbuka, desisnya. Dan suara ketika para vampir membanjir masuk nyaris seperti suara ribuan kelelawar menyerbu. Tapi mereka tak mampu menyerbu langsung semuanya, mereka dibatasi oleh sempitnya lorong, sehinggga meskipun yang Sam hadapi puluhan vampir, bahkan mungkin lebih, akan tetapi mereka hanya mampu menyerang satu demi satu. Rastri menyadari hal ini, sehingga senyumnya makin lebar. Bangsat itu tidak sekedar nekat ternyata, batin Rastri. Lalu terdengar pertempuran. Begitu cepat dan tergesa. Ada jeritan kesakitan bersahutan.Letupan-letupan cepat yang susul-menyusul dengan suara benda-benda berat berjatuhan dan hancur.Hara tersentak ketika suara bising da

  • VAMPIRES UNITED   45. Menyongsong Maut

    Sam melangkah keluar kamar Jani, kini celurit dan pedang samurai pendek berada di kedua tangannya. Raut wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa-apa, hanya matanya menatap liar. Hara bersama anak buahnya menunggu, ketika melihat Sam tampak akan mengatakan sesuatu. Akan tetapi Sam hanya menoleh dan menatap Rastri dan Sonia, kemudian dengan langkah tergesa ia menuju ruang depan dan saat itulah kaca-kaca jendela di sana—prang!—hancur oleh hantaman para vampir yang meringis ganas dari luar. Sam menatap wajah-wajah liar yang melongok ke dalam dari balik teralis baja yang menutupi ambang jendela. “Rastri, berapa lama kira-kira kita akan mampu bertahan dengan teralis dan pintu yang ada?” “Teralis itu cukup kuat, kukira. Dan pintunya cukup tebal untuk bertahan sampai pagi. Apalagi dengan palang besi berlapis yang kami pasang. Yang aku khawatirkan, bangunan belakang lebih lemah daripada bangunan utama. Tidak seperti gudang di belakang, y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status