Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / BAB 9. Ibu Syok tahu bapak menikah lagi.

Share

BAB 9. Ibu Syok tahu bapak menikah lagi.

Author: Kencana Ungu
last update Last Updated: 2022-07-15 18:27:02

🌸🌸🌸

Aku was-was menunggu hari ini . Entah kenapa aku merasa hari ini akan ada peristiwa penting di rumah ini. Perang dunia mungkin. Yang jelas setelah membaca status W* Ika aku jadi tidak tenang.

“Mbak, pinjam tas ini, ya?” Intan nyelonong masuk kamar tanpa izin dan mengambil tas baruku yang ada di cantolan paku dekat lemari.

“Enggak boleh! Pakai saja tasmu!” Kurebut tas yang sudah bertengger cantik di bahu Ika.

“Pelit banget sih, Mbak!” teriaknya.

“Emang, kan, kamu sendiri yang bilang aku pelit. Jadi, sekalian aja deh!” jawabku santai.

“Ibuuuuu!” Nah, kan, mulai lagi ngadunya. Kalau dulu akan segera aku berikan, tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya. Cukup sudah aku baik hati pada mereka yang tidak punya hati.

“Ada apa, si, Intan! Pagi-pagi sudah teriak-teriak tidak jelas!” sahut ibu sewot.

“Aku mau pinjam tas itu, tapi enggak dikasih sama Mbak Fatki! Hanya tas itu yang matching dengan baju dan sepatu yang aku pakai, Bu,” rengek Intan.

“Perkara tas saja ribut! Kasih pinjamkan pada Intan, pelit amat jadi orang!” bentak ibu.

“Tidak! Ini milikku tidak ada orang lain yang boleh memakainya. Kalau mau tas baru ya, beli sana jangan bisanya hanya nebeng. Lagi pula nih, sudah banyak tasku yang kamu pinjam tidak dikembalikan.”

“Tuh, kan, Bu. Pelit banget Mbak Fatkinya!” teriak Intan.

“Fatki pinjami Intan, nanti juga dikembalikan. Cuma tas itu yang matching sama bajunya,” bela ibu.

“Kamu mau kuliah apa mau gaya-gayaan. Aku enggak mau kasih pinjam. Sudah sana pergi dari kamar ini!” Usirku.

Pintu kamarku ditendang-tendang oleh Intan makian dan cacian terlontar dari mulut lemesnya. Untung saja kupingku sudah kebal.

Sesuai rencana aku hari ini mau ke pasar belanja kain dan juga ke toko bunga. Aku mau beli beberapa bunga untuk kupajang di depan jendela kamar.

Karena perut lapar aku mau sarapan sereal dulu nanti aku akan makan di luar saja.

Begitu ke luar dari kamar, ruang dapur sudah seperti kapal pecah membaut jiwa beberesku meronta-ronta. Sangat berantakan.

“Fakti, rapi banget kamu mau ke mana?” tanya ibu.

“Ke pasar cari kain.”

“Kamu suami capek-capek kerja malahan pergi-pergi. Istri itu harus taat di rumah kalau suami sedang cari nafkah. Kamu lihat dapur ini? Berantakan bukan? Sudah sana bereskan!” titah ibu.

“Ogah, yang berantakan kan, Ibu dan menantu kesayangan Ibu. Kenapa aku yang disuruh beresin.”

“Reni kerja jadi kamu yang harus bereskan.”

“Aku pun kerja, meski bukan kerja di toko dengan seragam rapi. Tuh, sudah banyak jahitan menanti.”

“Jawab saja kamu itu! Pokoknya beresin!” bentak ibu.

“Tidak. Aku tidak mau, Bu. Aku sibuk.”

“Sibuknya kamu bisa ditunda. Sudah sana ganti baju lagi. Lagi pula istri itu di rumah aja jangan ke mana-mana!”

“Ibu juga pergi ke mana-mana saat bapak enggak ada di rumah. Jadi, tidak usah ngajarin aku kalau kelakuan Ibu pun tidak bisa dicontoh. Sudah ah, aku telat. Aku mau berangkat. Assalamualaikum.” Tidak kudengar ibu menjawab salamku yang ada malah makian dan sumpah serapan yang diucapkannya.

“Fatki?” sapa seorang pedagang sepatu padaku.

“Benar. Siapa, ya?”

“Ilham, masa lupa. Teman Aliyah kamu,” jawabnya ramah.

“Oh, iya. Apa kabar kamu Ilham. Hampir saja aku lupa.”

“Alhamdulillah ... sehat.”

Entah dari mana datangnya tiba-tiba Mas Arman sudah tiba di sini dan memukuli Ilham.

Jeritan ibu-ibu yang sedang belanja pun menambah suasana jadi makin kacau.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipiku.

“Berani sekali kamu selingkuh di belakangku. Istri itu di rumah saat suami kerja bukan malah keluyuran begini!” bentak Mas Arman.

“Aku ke sini bukan untuk main. Aku belanja kain. Kenapa kamu menuduhku yang tidak-tidak!” bantahku tidak terima.

“Belanja kamu bilang? Lalu ini siapa!” Mas Arman menunjuk Ilham. Dia cemburu tidak jelas.

“Ini orang kesurupannya apa, ya? Mas Ini wajarlah ramah pada pembeli dia kan, penjual sepatu,” sahut ibu-ibu yang tadi teriak-teriak.

Kerumunan kembali bubar. Kuhampiri Ilham dan meminta maaf padanya.

“Sudah tidak perlu merasa bersalah begitu Fakti, suamimu hanya salah paham saja. Aku yang harusnya minta maaf. Gara-gara aku jadi kamu ditampar suamimu,” jawab Ilham.

Aku tersenyum kecut menanggapi ucapannya. Lalu aku pamitan dan masuk ke dalam toko kain yang mau aku beli. Mas Arman masih mematung di depan cukup lama sampai ada seseorang yang menghampiri dan mengajaknya pergi.

Sampai rumah sudah sore. Aku memang sengaja pulang lama. Rasanya sumpek di rumah terus, sekalian aku tanya-tanya ruko di pasar yang baru mau lounching.

Tabunganku memang tidak cukup, tapi aku bisa minta tolong sama ibuku di kampung mudah-mudahan ada dan cukup untuk menyewa.

Mas Arman dan Reni duduk mesra di ruang tamu. Aku sama sekali tidak berniat untuk menyapanya.

Di ruang tengah ibu dan intan sedang nonton TV.

Kuletakkan semua kain yang aku bawa ke lemari di ruang jahitku.

 Kulongok dapur sudah kinclong lagi entah siapa yang membereskan.

“Dik, Mas minta maaf, ya? Tadi sudah kasar padamu,” ucap Mas Arman tiba-tiba dia memeluk dari belakang.

Aku diam saja tidak mau menanggapi. Hatiku sakit.

Kulepaskan pelukan Mas Arman dan merapikan lagi belanjaanku.

“Sudah enggak usah lebai gitu, Arman. Nanti yang ada istrimu makin ngelunjak,” ucap ibu dari dapur.

“Kebagusan banget jadi perempuan!” sahut Intan.

“Kenapa, Tan? Masalah buat kamu? Aku memang bagus sejak lahir. Lihat kamu masih gadis badan sudah melar begitu macam emak-emak anak tiga,” kataku telak.

“Aku bukan gemuk dan melar aku hanya berisi saja, alias semok begitu kata orang-orang di luar sana,” protes Intan.

“Maknya kalu tidak mau di ganggu dan dikatain orang enggak usah mulai duluan.” Kutinggalkan mereka ke ruang tengah sambil nonton TV.

Terdengar suara mobil dari depan. Kukira bapak yang pulang ternyata mobil pengangkut barang-barang.

Ada spring bed, lemari baju, dan juga meja rias. Aku tahu pasti itu pesanan Reni semua.

“Wah, bagus sekali spring bednya. Kamu beli kenapa enggak bilang dulu sama aku, Ren?” ucap Mas Arman. Dia pasti kecewa.

“Biarin. Kalau ngomong juga belum tentu kamu izinin kan, Mas? Jadi, diam saja yang penting bayar cicilannya tiap bulan,” jawab Reni santai. Aku rasanya ingin tertawa terbahak-bahak, tapi kuurungkan.

“Apa? Kamu kredit?” Ibu dan Mas Arman kompakkan kagetnya.

“Biasa aja sih, Mas. Enggak usah heran gitu yang penting bisa bayar, kan?” ujar Reni.

“Biasa aja kamu bilang? Ini pasti mahal, Ren. Dapat duit dari mana aku?” Mas Arman tampak frustasi.

“Murah Mas ... cicilan semuanya cuma  3,4 juta per bulan kok,” jawab Reni enteng.

“Duit segitu kami bilang cuma? Dapat dari mana aku!” bentak Mas Arman.

“Kan, ada Fatki dia juga kerja kan, minta bantu dia juga lah. Kan, sekarang kita keluarga. Fatki juga istri kamu jadi kita ini satu kesatuan yang harus saling menolong dan  memberi,” jawab Reni lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 615. Selamat jalan, Bang! End.

    POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.“Abang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 614. Ketenangan Bang Dafa.

    POV Kayla. “Kamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!” usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu ‘kan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.“Cepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!” usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.“Lepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!” bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.“Kamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!” Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 613. Kedatangan.

    POV Kayla.“Dasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!” teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja ‘toh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 612. Meninggal.

    POV Kayla. “Wah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!” kata Kak Siwi lagi. “Kalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,” jawabku. Kak Siwi bengong.“Dasar nggak waras! LAWANG!” umpat Kak Siwi.“Kok, orang gila ngatain gila, sih!” kataku lagi.“Diam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!”“Enggak takut! Lakuin aja kalau bisa,” jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.“Mak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 611. Emak ketakutan.

    POV Kayla. “Halo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,” sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.“Eh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?” kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.“Apa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!” protesku.“Aku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!” jawabnya.“Oh ... iya? Yakin?” jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.“Aww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!” jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.“Duh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!” ucapku.“Emph! Emph!” Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.“Kenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 610. Ada yang tidak ridho.

    POV Kayla. “Oo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!”“Dokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!”“Namanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!”“Amit-amit na’uzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.”“Sekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!”“Iya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!”“Pelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!”“Iya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!”“Iya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!”“Jangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!”“Pendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!”“Makanya itu harus belajar adab juga.”“Dokter Dafa bingung kali milih sal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status