Share

WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU
WANITA TUA ITU SELINGKUHAN SUAMIKU
Penulis: Pena_Kinan

Bab 1

Kring … kring ... kring

Ponsel Dewi sedari sore terus saja berdering. Namun sengaja tak ia jawab. Sebab ia masih menikmati berbincang dengan Ibu.

Karena hari ini wanita itu datang ke rumah Ibunya. Berniat menginap dua hari dua malam.

Karena kebetulan libur bekerja.

Ya, namanya Dewi Arum Sari. Menikah Dengan Veri dua tahun lalu. Sekarang sudah dikaruniai satu putri.

"Nduk, teleponmu itu bunyi terus. Angkat saja, siapa tahu penting!" Ibu meminta Dewi mengangkat telepon. Segera diraih benda pipih yang tergeletak di meja.

Ditatap layar pipih itu. Terpampang jelas nama Anis yang berkali-kali menghubungi sang kakak ipar. Anis adalah adik perempuan satu-satunya yang dimiliki Veri.

"Halo, Nis. Ada apa?" jawab Dewi langsung pada intinya.

"Mbak Dewi, kamu disuruh pulang sekarang!"

"Lho kenapa tho, Nis? Aku kan rencana tidur dirumah Ibu. Kenapa disuruh pulang? Ada apa?"

"Anu, Mbak. Mas Veri."

"Mas Veri kenapa? Sakit? Dia kan kerja shift malam."

"Pokoknya Mbak Dewi pulang sekarang. Ditunggu Ibu." Anis langsung mematikan ponselnya. Sedangkan Dewi masih menatap layar ponsel dengan rasa bingung mendengar ucapan Anis baru saja. Dia meminta Dewi untuk segera pulang, tapi entah kenapa tiba-tiba Anis memaksa Dewi untuk pulang.

"Kenapa, Wi?"

"Anis lho, Bu. Nyuruh Dewi pulang."

"Ada apa? Ibu mertuamu sakit? Atau bapak mertuamu?"

"Ndak, Bu. Bukan mereka tapi Mas Veri."

"Veri? Suamimu kenapa, Wi?"

"Ndak tau aku, Bu. Aku mau siap-siap dulu ya, Bu. Malam ini aku pulang. Takut kalau terjadi apa-apa sama Mas Veri."

"Ya sudah, hati-hati. Nanti biar Lek Tarno yang nganter pulang!"

Dewi segera mengemas pakaian kedalam tas ransel. Wanita itu melirik jam yang berada di atas nakas. Sedikit tenang karena masih jam tujuh tepat. Setidaknya belum terlalu malam dan Putri kecil yang saat ini dalam gendongan juga belum tertidur. Segera Dewi menguatkan gendongan Sania menaiki motor.

"Nduk, biar Ibu ikut. Ibu juga ikut khawatir kenapa malam-malam begini kamu disuruh pulang. Lagian kasihan Sania kalau digendong begitu, lagian sudah malam. "

"Ya sudah. Hayuk, Bu!"

"Sebentar ya, Ibu tak panggil Lek Tarno dulu!"

Ibu akhirnya ikut menemani Dewi pulang kerumah mertua. Entah ada masalah apa atau sedang kenapa Mas Veri hingga Dewi yang tengah berada di rumah Ibu harus segera pulang malam ini juga. Pikiran wanita itu sepanjang jalan terus saja tak tenang.

Eong ….

"Astagfirullahaladzim," ucap Dewi spontan. Seketika itu Dewi berhenti mendadak. Tak sengaja ia menabrak kucing yang tengah melintas. Beruntungnya kucing itu tidak papa, dia masih bisa berlari kencang menjauhi kami.

"Ati-ati tho, Nduk. Ndak usah buru-buru, sing tenang!" Wanita tua itu meminta Dewi tetap tenang. Meskipun dalam hatinya tetaplah resah.

"Nggih, Bu."

"Nduk, kamu memangnya ada masalah apa tho sama Nak Veri?" Ibu memulai pembicaraan di atas motor yang masih melaju pelan.

"Ndak ada Ki, Bu. Memangnya ada apa tho?"

"Perasaan Ibu nggak enak. Semoga saja Veri baik-baik saja ya?"

"Ibu jangan bikin Dewi makin takut, Bu."

"Iya maafin Ibu. Cuma akhir-akhir ini kan suamimu itu sedikit berubah. Dia jarang menemani kamu nginep dirumah Ibu. Sebenarnya Ibu mau nanya sama kamu. Tapi Ibu takut nanti kalau kamu tersinggung."

"Mas Veri cuma lagi sibuk, Bu. Teman satu kerjaannya lagi sakit, dia opnam dirumah sakit. Jadi Mas Veri mesti gantian sama teman yang lain."

"Ya sudah kalau begitu. Nduk, kamu Ndak beli jeruk dulu atau buah yang lain? Buat oleh-oleh, masak Ibu datang ke rumah besan dengan tangan kosong. Kita mampir dulu di toko buah ya?"

"Iya, Bu. Nanti di depan ya." Dewi kembali melajukan motor dengan kecepatan sedang. Membelah jalan raya yang masih ramai lalu lalang. Segera wanita itu menepi ketika melihat deretan tenda kaki lima memamerkan buah di pinggir jalan.

Meminta satu kilo jeruk dan juga satu kilo apel buah kesukaan Veri, suaminya. Segera Ibu merogoh sakunya berniat membayar buah yang kami beli. Namun dengan cepat Dewi melarangnya.

"Pake uang Dewi saja, Bu." Ibu mengangguk. Lalu kembali memasukan uangnya dalam saku. Sekantong plastik berisi buah sudah ditangan. Kini Dewi kembali melanjutkan perjalanan pulang.

Tak berapa lama Dewi dan juga Ibu dan tidak ketinggalan Lek Tarno memasuki pekarangan rumah. Hatinya tambah tak tenang ketika rumah sudah dipenuhi banyak orang.

Membuat tambah penasaran adalah Pak Rt. Dia langsung menghampiri Dewi dan memintanya tetap diam tak bersuara.

Sebenarnya ada apa ini?

Ada apa dengan Mas Veri?

Apakah dia baik-baik saja?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status