Share

Bab 3

"Kamu ini di kamar ngapain sih, Wi? Lama banget, semua orang nungguin kamu!" tutur mama mertua Dewi yang sedikit sewot.

"Maaf, Ma. Dewi tadi coba menghubungi Mas Veri."

"Terus?" tanya Anis dan juga Mama bersamaan. Kedua wanita itu benar-benar penasaran dengan keberadaan Veri.

"Nggak dijawab, Ma. Dewi juga sudah kirim pesan. Namun juga nggak dibales. Sebenarnya ada apa sih, Pak?" Dewi berjalan menghampiri mereka bersama ibunya. Lalu menjatuhkan bobot tubuh mereka di sofa berdekatan dengan Mama Mertua.

Ibu Dewi mencoba menyapa sang besan dengan senyum tipis lalu menunduk. Dan terlihat Mama mertuanya tidak membalas senyumannya, Mama justru terkesan tidak suka dengan keberadaan besan yang tengah duduk di sampingnya.

Pandangan Dewi kini beralih dari Pak RT kemudian kepada Bapak mertuanya. Lagi-lagi beliau hanya diam. Justru terkesan menunduk, ada sesuatu yang Bapak sembunyikan. Tapi apa?

"Pak Rt, kami berangkat dulu. Sudah banyak warga yang menunggu dan juga bersiap." Tiba-tiba salah satu warga berpamitan.

"Ow, ya sudah. Kalian pergi dulu, awasi. Hingga saya datang!" titah Pak RT pada salah satu warga.

Hingga akhirnya semua warga pergi, dipandangi mereka yang berjalan menuju rumah Bu Dian. Tapi kenapa arahnya saling berlawanan? Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi?

"Mbak Dewi ikut ndak bersama kami para warga pergi ke rumah Bu Dian?"

"Lho memangnya kenapa saya mesti ikut Pak?" tanya.Dewi bingung. Jelas dia bingung, kenapa dia harus ikut jika mereka ingin pergi ke rumah Ibu Dian. Memangnya ada hubungannya dengan Dewi? Jika mereka memiliki kepentingan tidak perlu kan melibatkan Dewi? Apalagi wanita itu masih memiliki balita.

"Yu, sini!" Lek Tarno memanggil Ibu dengan melambaikan tangan diambang pintu depan. Ibu menatap Dewi memberi isyarat bahwa meminta izin untuk keluar menemui adik kandungnya. Dewi mengangguk. Hingga ia kembali fokus dengan Pak RT.

"Mbak Dewi, sebaiknya ikut bersama rombongan warga ke rumah Bu Dian. Mbak Dewi akan tahu sebenarnya apa yang terjadi. Mari ikut saya!" Pak RT beranjak dari kursi menuju ke luar rumah. Dewi pun spontan beranjak dari sofa mengikuti langkah Pak RT.

Tapi baru beberapa langkah, Dewi sudah berhenti lalu menoleh ke belakang. Menoleh ke arah kedua mertuanya yang masih duduk. Anis pun tidak beranjak dari tempat ia duduk.

"Kalian Gak ikut?" tanya Dewi dengan nada biasa saja.

"Kami di rumah saja, Wi. Kamu saja yang ikut, Mama nungguin Arumi. Takut dia bangun lalu menangis kalau tak ada orang di rumah." Alasan Mama masuk akal. Arumi tetap harus ada yang menjaga.

"Anis nemenin Mama aja, Mbak. Anis juga nggak ikut." Aku menghela nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.

"Bapak mau ikut gak?" Kini pandangan wanita itu beralih pada lelaki yang sedari tadi diam.

"Bapak Ndak perlu ikut. Kamu sendiri saja, Wi!"

Astaga, keluarga ini benar-benar kompak. Menolak ajakan sang menantu untuk pergi ke rumah Bu Dian. Sebenarnya ada apa dengan rumah wanita itu? Hingga keluarga Veri tidak mau pergi ke sana? Apa ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari Dewi? Atau mereka punya masalah pribadi. Ah sudahlah, sebaiknya Dewi

pergi menyusul Pak RT yang sudah lebih dulu berjalan menuju rumah Bu Dian.

"Lho Ibu sama Lek Tarno nggak ikut ke rumah Bu Dian?"

"Rumahnya dimana tho, Nduk? Jauh?" tanya ibu ketika melihatku berhenti berjalan.

"Nggak jauh kok Bu. Cuma rumah depan sana, kira-kira lima rumah lagi sudah nyampe. Ayo kalau mau ikut bareng sama Dewi." Ibu dengan lek Tarno malah saling memandang. Entah apa yang tadi mereka bicarakan. Seolah-olah diantara mereka hanya Dewi yang tidak tahu apa-apa.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vhia Vhioletta
kebanyakan berbelit belit
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status