Tok Tok Tok!
"Nak! Bangun, ini sudah jam berapa? Ayo cepatan!" Jawab seorang Perempuan, yang dari tadi berteriak dibalik pintu, ia tidak sabar untuk melihat Calon Menantunya yang cantik, yang akan berdampingan dengan Anak tunggalnya nanti.
"Bagaimana Mi? Adit sudah keluar?" Jawab Rangga, sambil melipat lengan baju ke pergelangan tangan dan mengancingnya.
"Papi bagaimana sih? Papi budek ya? Orang dari tadi mami teriak-teriak kenceng, ya berarti itu anak belum keluar" Ucapnya, dengan nada kesal.
"Adit! Ayo cepatan! Nanti terlambat loh!" Jawab Rangga, sambil menggedor-gedor pintu kamar Adit.
Sedangkan di dalam kamar, Adit terganggu dengan tidurnya. Lantas, Adit bangun sambil berjalan mendekati pintu, saat sudah di depan pintu lantas Adit membukanya.
"Apaan sih Pi, Mi pagi-pagi sudah ribut saja, telinga Adit sampai sakit tahu!" Ucapnya, dengan nada kesal sembari menguap, ditambah matanya yang masih mengantuk.
Lantas tak lama, Gina menjewer telinga anaknya, ia sudah kehabisan kesabaran terhadap anaknya. Bisa-bisanya Gina melahirkan anak yang tidak peka seperti itu? Apakah dia mengikuti sifat Papinya? Hah, tidak mungkin apakah jangan-jangan dia bukan anak kandungnya? Hahaha! Tentu saja bukan seperti itu juga. Orang dia yang melahirkan, mengurusinya sampai besar. Serta banyak kemiripan wajah dengannya.
"Aw!" Teriak Adit, yang dari tadi kesakitan. Karena dijewer oleh sang maminya.
"Mami apa-apaan sih, sakit tahu!" Lanjutnya, sambil mengelus-ngelus telinganya yang merah itu.
"Makanya! Jangan pura-pura lupa! Ini kan hari tunanganmu" Jawab Gina, dengan nada kesal sambil menonyor jidat anaknya.
"Memang ini hari apa sih?" Jawabnya, yang kebingungan.
"Ini kan hari tunanganmu! Kamu budek? Tadi kan Mami sudah ngomong, hari ini hari tunanganmu! Sejak kapan anak papi budek?" Jawab Rangga, yang dari tadi menahan emosinya. Kenapa anaknya tiba-tiba jadi oon begini? Apakah karena pura-pura? Apakah gara-gara mau tunangan jadi oon begini?.
"Hm, kenapa sih Pih? Bukan besok saja" Ucapnya, dengan nada memelas.
"Oh tidak, tidak bisa!" Jawab Gina.
"Pokoknya, sekarang ganti bajumu, dan berangkat!" Cetus Rangga.
"Oke-oke, Adit mandi dulu" Ucapnya.
"Tidak usah mandi, langsung ganti baju saja, soalnya sudah mau terlambat" Kata Rangga.
Lantas Adit pun, langsung masuk ke kamar untuk mengganti baju, yang semula memakai kaos polos serta celana pendek, sekarang ganti memakai jas dan celana panjang, sambil memakai dasi hitam. Sesudah memakai baju serta merapikannya, Adit pun langsung bergegas keluar menuju mobilnya. Tiba-tiba, Adit tersentak kaget, ia kaget karena ada roti buaya di atas mobilnya.
"Mengapa ada roti buaya di atas mobil segala? Dan itu pun besar sekali" Gumamnya dalam hati.
"Uluh-uluh, ganteng banget Anak Mami" Kata Gina, sambil tersenyum senang. Serta matanya tertuju pada Anaknya yang tampan itu.
"Mih? Kenapa ada roti buaya segala sih? Terus besar banget lagi" Ucapnya, dengan nada kesal. Karena, Adit malu kalau membawa roti buaya terlalu besar. Memang itu tradisi orang betawi sebab Dia orang sana.
"Ini kan tradisi kita sayang" Jawab Gina, sambil mengelus-ngelus rambut Anaknya.
"Boleh sih bawa roti buaya, tapi? Ya jangan kek begitu juga kali Mi, jangan terlalu besar kan ada yang ukuran kecil?" Kata Adit.
"Ini ide Kawanmu! bukan idenya Mami sama Papi" Sahut Rangga, yang dari tadi mendengarkan percakapan Anak dan Ibunya.
"Dasar itu Anak ikut-ikutan terus sih!" Gumam Adit, sembari matanya mencari-cari kedua Teman bangsatnya tersebut. Namun, disisi lain Gara dan Aji sudah menyadarinya, pasti Adit akan marah besar. Karena, sudah mencampuri urusannya. Lantas, kedua Orang tersebut langsung bersembunyi di belakang jok mobil sambil melihat jendela mobilnya.
"Loh si, mangkanya Gue kan sudah bilang? Jangan ikut-ikutan urusan Dia" Jawab Aji, sambil menonyor bahu Gara, yang dari tadi masih mengintip kaca mobil.
"Ya Gue kan sebagai Sahabatnya, Gue mau bantu dialah bagaimana sih?" Ucapnya, dengan nada santai.
"Ia sih memang tapi, jangan kek begitu juga kali" Balas Aji, sambil pasrah.
Saat Adit masuk mobil, Adit langsung memencingkan mata ke arah kedua Sahabatnya, Dan langsung duduk berdampingan dengan Gina.
"Wih asyik nih! Bentar lagi ada yang temani tidur bareng ya, enak dong" Sindir Gara, kepada Adit sambil matanya menuju ke arahnya.
"Heh! Baru tunangan bukan kawin" Lanjut Aji.
"Eh, bukanya kawin kalau buat tanam bibit ya?" Sindir Gara lagi.
"Eh ia maksudnya nikah, maaf ya sengaja keceplosan" Jawab Aji, sambil kedua tangan menutupi mulutnya.
Disisi lain, Rangga dan Gina cuman bisa tertawa. Saat, mendengarkan kedua ocehan teman Adit yang suka asal bicara. Tetapi, beda dengan Adit di mana, muka Adit yang sudah memerah sembari menahan amarahnya. Karena, Sahabatnya yang selalu menyindirnya.
Disisi lain, di tempat rumah tunangan Wanitanya.
"Eh Caca, Dewi bagus tidak" Ucap Eca, sambil membalikkan tubuhnya menghadap ke arah kedua Sahabatnya .
"Ya elah, malah marah banget kalian berdua!" Ucapnya lagi.
"Ya Elo, mau tunangan tidak bilang-bilang" Kata Dewi sembari muka ditekuk.
"Iya, Loh mah tidak kompak sama kawan sendiri, harusnya bilang kalau Loh mau tunangan kan pasti Gue buatkan kado buat Loh Nyet!" Lanjut omongan Caca.
"Iya-iya Gue minta maaf, Gue salah, soalnya ini juga dadakan. Pas saat pulang malam Bunda Gue suruh Gue pakai baju ini. Katanya buat acara tunangan Gue, pas Gue pertama menolak karena mau di tunangkan. Tapi, saat bunda Gue ngomong karena wasiat almarhum. Ayah, Gue harus tunangan sama anak temannya Ayah Gue, ya sudah Gue mau secara terpaksa.
"Ya sudah Gue maafkan, tapi? Lain kali cerita sama Kita!" Kata kedua Sahabatnya.
"Iya janji Bos!" Sahut Eca, sembari mengangkat jari kelingking keduanya dan melingkarkan jari kelingking dengan Sahabatnya sambil tersenyum ceria.
"Eh, ngomong-ngomong Lo cantik, pakai gaun itu" Ucap salah satu sahabat Eca, Sambil memegang gaun yang Eca pakai.
"Thanks Sayang, memang sih Gue tahu kalau Gue cantik" Jawabnya, dengan mengibaskan rambutnya yang panjang berwarna hitam pekat.
"Ye, baru dibilang cantik sudah geer banget" Jawab Caca dengan nada meledek.
Sontak Caca, Eca dan Dewi tertawa bersama dengan gembiranya. Namun, dibalik pintu ada Wanda, yang sedang menguping percakapan Mereka, sambil tersenyum getir. Sebab, Wanda tak tega kalau Anak tunggalnya, yang masih berumur 19 tahun. Sudah harus dijodohkan. Padahal, umur yang masih tergolong Remaja, biasanya sedang mencari jati dirinya. Tapi dia berbeda, karena harus berurusan tentang perjodohan. Karena wasiat almarhum. Ayahnya sebelum meninggal.
Empat bulan berlalu. Abi, bulan ini akan masuk sekolah dasar kelas satu. Ia sudah sangat bersemangat untuk hari pertama masuk sekolah dasar. "Wahh, cucu nenek ganteng sekali" Kata bunda Wanda. Ya! Kali ini, keluarga Prajana dan keluarga Eca sedang berkumpul. Untuk, sekedar melihat calon bayi dan cucuk kesayanganya masuk sekolah dasar. "Iya dong nenek wanda, kan sekarang Abi sudah gede jadi tambah ganteng" Ucapnya, membuat semua orang yang ada di sana, tertawa lepas dengan jawaban Abi. Sekarang Abi, sudah fasih berbicara huruf R dan sudah lancar dengan ucapannya. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu, membuat suasana ketawa menjadi terdiam, saat ada orang yang mengetuk pintu di depan. "Sebentar ya...." Kata Eca. Eca pun, yang tadi sedang duduk di sofa. Langsung, bangun dan berjalan ke arah pintu tersebut. Untuk membukannya. Cklekk! (Suara pintu di buka) Saat Eca membuka pintu depan, ia langsung terke
"Kalau adiknya perempuan gimana?" Tanya Ilma lagi.Abi, mulai berpikir sejenak ia. Sangat bingung untuk menjawab pertanyaan ini."Ehmm.....coba Abi pikil dulu" Jawab Abi.Lantas, Abi mulai terdiam memikirkan apakah dirinya mau punya adik perempuan? Apakah sebaliknya ia tidak menyukainya? Setelah itu. Abi mulai menjawabnya lagi."Tidak mau!" Jawab Abi cepat.Ilma, langsung mengerutkan keningnya bingung."Kenapa tidak mau?" Tanyanya."Kalena, Abi jadi tidak punya teman untuk, main bola mba ilma" Jawab Abi.Ilma cuma bisa mengangguk-angguk mengerti. Dengan jawaban Abi itu."Hmm, begitu yah."Abi menjawab dengan anggukan "Iya."Di sisi lain,Eca sedang menyiram tanaman miliknya, yang ada di belakang rumah. Saat itu, Abi berlari ke arah Eca sambil memanggilnya."Mommy!" Panggil Abi sambil berlarian.Eca lantas, menengok ke arah Abi saat Abi memanggilnya tadi."Eh sayang, ada apa?" Tan
"Mommy sama daddy kok belantem?" Tanya Abi, yang sedang membawa obat untuk mommy Eca.Lantas, baik Eca maupun Adit. Langsung, menengok sama-sama ke arah Abi anaknya itu. Dengan muka terkejut."Abi?" Tanya Adit."Daddy, kenapa malahin mommy sih!" Kata Abi kesal.Adit pun, di buat bingung oleh kata-kata Abi barusan "Loh? Siapa yang marahi mommy?" Tanya Abit bingung."Itu" Tunjuk Abi ke arah Eca dengan, muka yang cemberut.Adit mengikuti, tangan Abi yang menunjuk ke arah Eca dengan seksama "Itu kenapa?" Tanya Adit, masih tidak paham yang Abi tunjukkan."Itu, raut mommy malah! Belalti? Daddy sudah malah-malahin mommy" Jawab Abi.Adit langsung menghela nafas sabar, ia sangat gemas dengan tingkah Abi anaknya itu. Sampai-sampai dirinya di buat greget."Abi? Mommy tidak marah sama daddy" Kata Eca lembut."Benelan mommy?" Tanya Abi."Iya sayang."Setelah dirinya sudah selesai makan. Abi, Eca dan Adit berjalan
Pagi ini, semua orang berkumpul di meja makan. Untuk sarapan pagi, tidak lupa Eca selalu rutin, menyuapi anaknya Abi makan. Membuat Adit yang melihatnya, di buat iri pada anaknya sendiri."Udah gede di suapin mulu. Katanya, jagoan daddy kok di suapin," Sindir Adit ke Abi.Abi yang mendengar kata-kata sindiran dari daddynya, langsung protes tidak terima."Bialin, orang mommy Abi nggak nolak ye...." Jawab Abi. Sambil, menujurkan lidahnya.Setelah itu, tidak lama perut Eca terasa mual mau munta. Ia pun, segera berlari menuju ke toilet. Yang ada di dekat dapur.Baik Abi maupun Adit, di buat bengong dan bingung. Karena Eca, tiba-tiba langsung berlari cepat begitu saja."Kan, gara-gara daddy. Mommy jadi pelgi" Rajuk Abi kesal.Adit yang melihat muka Abi, yang ngambek begitu saja, terlihat sangat lucu dan menggemaskan."Loh? Kenapa daddy yang di salahin, bukankah Abi yang buat repot mommy? Jadi, mommy pergi deh" Jawab Adit. Tidak mau
Setelah pesta atau kejutan subuh tadi, akhirnya telah selesai. Baik Eca, maupun Adit. langsung segera tidur untuk beristirahat.karena, badan mereka berdua sudah mulai merasakan kelelahan dan pegal-pegal. Karena, pesta tadi yang di adakannya larut malam.Akan tetapi, saat Eca hendak mau tidur memejamkan matanya, Adit mulai memeluk Eca dengan sangat erat. Membuat Eca tersentak kaget."Mas! Kalau Abi, kesini gimana?" Tanya Eca kaget. kepada Adit."Suruh pengurus baby sister, suruh Abi jangan ke sini dulu" Jawab Adit enteng.Eca yang mendengar jawaban dari Adit, cuma bisa menghela napas pasrah."Tapi, tetap saja Abi akan ke sini loh?" Kata Eca lagi.Seketika, Adit yang sudah gercep memeluk Eca, langsung mengurungkan niatnya. Ia pun, bangun dari tempat tidur."Sayang? Kita sudah lama enggak kaya gitu. Saat kamu, menyusui Abi kita jadi jarang loh" Jawab Adit merajuk. Sepeeti anak kecil saja."Ya tapi kan, kalau Abi liha
Eca pun, menghela nafas kasar. Saat mendengar penjelasan dari Olivia sambil memohon-mohon seperti itu. Untung saja, hati Eca selalu luluh pemaaf.Ia pun, mau memaafkan Olivia walau, hatinya masih sakit saat mengingat kejadian pada waktu itu."Baiklah, aku akan memaafkanmu. Tapi, lain kali jangan di ulangi lagi yah" Ucap Eca.Olivia yang mendengar jawaban dari Eca, ia langsung tersenyum senang. Ia sangat puas bahwa Eca mau memaafkan dirinya."Terima kasih Eca, aku janji tidak akan mengulanginya lagi" Jawab Olivia. Sambil menggoyangkan jari kelingkingnya. Untuk berjanji bahwa ia, tidak akan mengulanginya lagi."Sama-sama."Akhirnya, Eca dan Olivia saling berpelukan satu sama lain. Membuat suasana makin terenyuh karena, suasana malam yang sepi dan penuh ke hangatan.Adit yang melihatnya, cuma bisa tersenyum ikut merasakan kebahagiannya. Begitu juga, dengan sekretaris Xiao jin. Yang dengan senyuman khasnya membuat wanita meleleh dengan se